2. The Party

15.1K 803 7
                                        

"Yacht?"

Di depanku, Jihane membentangkan tangannya. "Welcome to the real party."

Semula aku pikir, seiring perkembangan usia, Jihame alan menguranhi kebiasaan berpesta. Kenyataan malah sebaliknya. Nothing can stop her.

"Luca yang sewa. You know how he is." Jihame menyebut nama pacarnya.

Luca, bule Italia yang ditemuinya saat liburan di Monaco tiga bulan lalu. Aku pikir hubungan tersebut akan berakhir setelah liburan usai, sepertinya hubungan mereka masih bertahan. Namun aku cukup mengenal Jihane. Dia hanya bersenamg-senang, sebentar lagi dia akan bosan dengan Luca.

Sagu lagi perbedaan mencolok antara aku dan Jihane. Di saat aku menjalani kehidupan pernikahan penuh paksaan demi membuktikan kepada Papa aku layak menggantikannya, Jihane menjalani hidup dengan caranya sendiri. Dia tidak ingin terikat, dan sampai saat ini belum ada yang bisa mengikatnya.

Aku mengikuti Jihane memasuki yacht yang bersamdar di perairan Bali. Saat sampai di dek, seorang pria berusia di pertengahan empat puluhan menyambut. Jihane berlari ke pelukannya. Aku melengos saat Jihane mencium Luka. Sepupuku itu tidak perlu tahu bahwa sebenaryua aku iri. Jauh di dalam hati, aku menginginkan pria yang menyambut kehadiranku dengan senyum lebar dan mata berbinar seperti Luca.

"Stef," sapa Luca.

Aku mengangguk kecil. "Luca."

Jihane memperkenalkanku kepada teman-temannya dan Luca yang berada di yacht. Entah bagaimana caranya dia bisa mengumpulkan mereka. Yah, seharusnya aku tidak heran. Jika mereka berjiwa bebas seperti Jihane, bukan hal yang sulit untuk mengajak berpesta.

"Free flow drink." Jihane menunjuk meja bar di bagian dalam yacht. Pintu kaca membuat bar terlihat dari dek. Juga deretan botol alkohol di sana.

"Yuk, jalan-jalan."

Aku mengikuti Jihane berkeliling. Ukurannya lumayan besar, sanggup menampung sekitar 20an orang yang terngah berpesta. Di bagian dek ada DJ yang sibuk memutar musik. Masih sore, tapi sudah banyak tubuh-tubuh yang menari mengikuti iringan musik.

Ada lounge yang berbatasan dengan bar. Di bagian dalam, ada dua buah kamar yang menurut Jihane merupakan area terlarang. Jihane sering menjadi host pesta dan dia paling malas mendapati orang asing berhubungan seks di kamarnya, sehingga selalu memastikan kamar dalam keadaan terkunci.

Aku menaiki tangga menuju lantai dua. Suasana tidak seramai bagian dasar. Ada lounge deck, lengkap dengan sun chair yang mengundang siapa pun untuk bermalas-malasan di sana sembari menunggu matahari terbenam.

Aku memutuskan menunggu di sana, tapi Jihane membawaku ke lantai dasar bergabung dengan penggila pesta di sana.

"Enjoy your weekend." Dengan santai Jihane membuka summer dress sehingga hanya mengenalam bikini two pieces berwarna kuming cerah.

Jihane berkacak pinggang di depanku.

"Apa?" Tanyaku.

Dia menunjuk loose shirt yang kupakai sore ini.

"Take it off."

Aku mengibaskan tangan. Di balik kaus ini, aku memakai bikini. Namun hanya untuk berjaga-jaga. Aku tidak begitu pede hanya mengenakan bikini di tengah manusia-manusia cantik dan rupawan ini.

"Come on. Jangan sampai gue paksa."

Aku mengabaikan ucapan Jihane. Beruntung ada waitress yang datang menawarkan minuman.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang