33. New Happiness

6.7K 671 6
                                        

Stephanie

Aroma masakan yang menggelitik hidung membangunkanku. Aroma itu tidak hanya membuat perutku berbunyi, tapi juga menandakan kehadiran Carlos. Tanpa bisa dicegah, senyum menghiasi wajahku. Selalu ada yang berbeda setiap kali Carlos datang. Perasaanku jadi ringan, semua gundah mendadak hilang begitu saja.

Aku mengikat rambut asal lalu menyambar bathrobe untuk melindungi tubuhku yang hanya mengenakan gaun tidur. Langkahku begitu ringan saat menuruni tangga. Aku berhenti di anak tangga terakhir. Pandanganku terpaku di punggung Carlos. Dia bergerak mengikuti irama musik. Gerakannya begitu luwes, membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

Dia begitu segar dalam kemeja putih dan celana bermuda putih yang menonjolkan kulitnya yang kecokelatan. Aku seperti seorang stalker yang mengamati lekat-lekat. Dadaku bergemuruh saat menyadari betapa seksinya dia. Rambut hitamnya membuat siapa saja ingin melarikan dan membenamkan jari di sana. Mataku turun ke pundaknya yang lebar dan kokoh—pundak yang menopang beban sangat berat. Punggungnya memanggil untuk dipeluk. Aku pernah merasakannya dan ingin selalu merasakan betapa nikmatnya menyandarkan tubuh di punggung itu.

Aku menahan tawa saat melihat Carlos menari di dapur. Dia tidak peduli keadaan sekitar, seakan dia dan dapur menyatu. Ini tempatnya yang seharusnya. Dapur ini menjadi lebih hidup karena kehadirannya.

Carlos berbalik dan seketika gerakannya berhenti. Wajahnya tampak segar dengan sisa cambang yang baru dicukur, meninggalkan jejak gelap di sepanjang rahang dan dagunya.

"Kamu sudah bangun."

Aku melangkah mendekatinya. "Masakanmu bikin aku lapar."

Carlos terkekeh. "Sedikit lagi," ujarnya. Dia mengulurkan tangan dan dalam sekali sentakan, Carlos memerangkapku dalam pelukannya. Aku bersandar di dadanya, sementara dia memelukku erat. Kehamilanku membuatnya tidak bisa melingkarkan lengan sepenuhnya di tubuhku. Sebagai gantinya, Carlos menggenggam tanganku dan menumpukannya di atas perutku.

Jantungku mendadak berhenti. Kedekatan ini begitu intim. Bahkan seks panas yang pernah terjadi tidak ada bandingannya. Tangannya yang menggelap akibat rambut tebal tampak kontras begitu bersatu denganku.

"How's my baby?" bisiknya di telingaku. Suaranya yang serak membuat tubuhku bergetar akibat hasrat yang mendadak hadir.

"Why don't you ask her by yourself?" balasku.

Carlos beranjak hingga berada di hadapanku. Dia berlutut sehingga pandangannya sejajar dengan perutku. Carlos menempelkan telinga di perutku. Dia bergeming cukup lama, sementara aku menunggu dalam diam dan jantung bergemuruh.

"Dia sehat. Sudah enggak sabar mau ketemu ibunya," ujarnya. Carlos menengadah untuk menatapku. Tatapannya yang lembut membelai hatiku, membuatku refleks membungkuk dan meraih bibirnya. Carlos bangkit berdiri agar aku leluasa menciumnya.

Dia melepaskanku ketika denting oven terdengar. "Sebentar."

Aku bersandar ke kitchen island dan memandangi Carlos. Hidupnya tidak mudah, tapi saat berada di dapur, Carlos begitu damai. Inilah kehidupan yang diinginkannya, dan meski hanya sesaat, dia bisa menikmati kesempatan dengan menjadi apa yang dia inginkan. Aku tidak punya kemewahan itu, melakukan hal yang aku inginkan. Bahkan aku tidak tahu, apa yang aku inginkan?

Carlos yang asyik memasak terlihat lebih tampan. He's in his element. This is his real world. Aku bisa membayangkan Carlos dipercaya membawahi dapur. Dia akan menghasilkan makanan yang tak hanya menggugah selera, tapi juga menyentuh hati. Sebab dia memasak dari hati dan penuh cinta. Itulah yang membuat masakannya spesial.

"Dance with me." Carlos menyentakku saat dia berada di depanku.

Aku refleks tertawa saat irama lagu Cheri Cheri Lady melantun dari handphone di atas di kitchen island.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang