63. New Family

9.3K 692 16
                                        

Stephanie

"Sayang." Aku memeluk Carlos dari belakang. Dia sibuk di dapur sehingga tidak menyadari kehadiranku. Carlos terperanjat kaget saat aku memeluknya.

"Bukannya kamu pesawat siang? Aku sengaja libur buat jemput kamu ke bandara." Carlos memutar tubuhnya hingga berhadapan denganku. Kedua tangannya menangkup wajahku.

"Aku kangen jadi majuin penerbangan."

"I miss you too, Darling." Carlos membungkuk untuk menciumku.

Ini yang kurindukan. Ciumannya. Pelukannya. Juga caranya menatapku. Saat bersamanya, kehadiranku dihargai. Aku tidak perlu memaksakan diri, apalagi mengemis. Karena Carlos memastikan aku bisa merasakan cintanya dengan sangat jelas.

"Masih lama? Aku lapar, tadi enggak sempat sarapan." Pagi-pagi buta aku sudah ke bandara. Semalaman aku gelisah karena tidak sabar bertemu Carlos.

Carlos kembali menciumku. Dia melangkah maju, membuatku ikut melangkah mundur. Carlos terus menciumku sambil membimbingku keluar dari dapur.

"Lumayan lama. Jadi kamu bisa sarapan yang lain dulu."

Flirty Carlos. I like it.

"Mumpung Alba belum bangun." Carlos mengedipkan sebelah mata. Tanpa melepaskan ciumannya, dia menjangkau ke balik punggungku dan membuka pintu.

Dalam hidungan detik, Carlos sudah menindihku di tempat tidur.

Hubungan jarak jauh bukan untuk semua orang. Aku salah satunya. Hanya terpisah beberapa hari sudah membuatku gelisah. Aku baru sadar bisa begitu tergantung kepada seseorang. Hanya butuh orang yang tepat untuk merasakannya.

Selama ini aku melakukan semuanya sendiri. Di mata orang lain, aku perempuan mandiri yang bisa menaklukkan dunia. Aku menyukai kekuatan yang kumiliki. Saat bersama Carlos, aku juga menikmati saat-saat tidak tahu apa-apa dan membiarkan Carlos membimbingku.

Aku bisa tergantung kepadanya tanpa harus mengikis siapa diriku yang sebenarnya.

Carlos melepaskan pakaianku. Rasanya begitu bebas, ketika tak ada yang menghalangi untuk merasakan kehangatan tubuhnya.

"Kangen kamu," bisiknya. "Di sini."

Aku mengerang ketika Carlos mencumbu payudaraku. Lidahnya menjilati putingku yang keras, mengalirkan aliran listrik ke seluruh tubuhku. Sampai detik ini, aku belum bisa imun atas sentuhan, terlebih cumbuannya.

"Carlos," desahku, membuat Carlos semakin lahap melumat payudaraku.

Dia menyelipkan tangannya ke liang senggamaku. Carlos terkekeh pelan saat sadar aku sudah terpanggang nafsu. Cairan yang membanjir menjadi bukti nyata.

"So wet for me, Darling," bisiknya. Suaranya terdengar kasar akibat dilanda nafsu.

"Yes, Love," balasku.

"Let me taste you."

Aku membuka kaki lebar-lebar agar Carlos memiliki tempat yang cukup. Tubuhnya yang besar berada di hadapanku. Lidahnya menyerbu, diikuti oleh jarinya yang memberikan tekanan di liang senggamaku.

Aku melengkungkan punggung saat Carlos menusukkan jarinya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk membuatku gila. Nafsu dan gairah saling berpacu menguasai, membuatku tidak bisa mengendalikan diri.

"Carlos..." erangku dan sontak merapatkan kaki hingga menjepit kepalanya. Dengan begitu, Carlos tidak bisa beranjak.

Carlos semakin liar mencumbuku, jari dan lidahnya saling berpacu memberikan kepuasan untukku. Hasratku membuncah. Aku menengadah untuk menarik napas. Ini sangat intens. Aku bahkan tidak bisa mengendalikan napas.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang