🧚♀️TYPO KOREKSI🧚♀️
****
Saat Andara hendak keluar kamar dengan membawa satu koper yang dibilangnya berat, dia terkejut melihat Mahesta yang berpakaian sangat rapi, lengkap dengan membawa koper. Mahesta tampak tenang dan siap pergi, berbeda dengan penampilan santainya sebelumnya.
"Lo rapi bener, mau kemana?" tanya Andara dengan nada curiga.
"Saya aja yang keluar dari kamar ini," ujar Mahesta sambil menatap Andara dengan ekspresi tenang, seakan-akan ini adalah solusi terbaik untuk keduanya.
Brukkkk!
Andara membanting kopernya yang berat ke lantai dengan penuh kekesalan. Dia langsung mendekati Mahesta dengan raut wajah marah dan penuh emosi. Kegeramannya tampak jelas di matanya yang membara.
"WOI, GUE CAPEK-CAPEK BERESIN KOPER, DAN LO BARU BILANG KALAU LO YANG PERGI DARI SINI? DASAR BAPAK-BAPAK!" teriak Andara, suaranya bergema di dalam ruangan. Amarahnya meledak, merasa dipermainkan oleh situasi yang tak masuk akal ini.
Mahesta hanya tersenyum tipis, seolah-olah tidak terpengaruh oleh ledakan emosi Andara. "Kalau gitu saya pergi dulu. Saya akan menempati unit di lantai atas," katanya dengan tenang, sambil mengambil kopernya dan berjalan menuju pintu.
"Gak nanya!!" teriak Andara dengan nada mengejek, memastikan suaranya terdengar jelas oleh Mahesta yang sudah berada di ambang pintu.
Mahesta berhenti sejenak, menoleh sedikit, tapi tak mengatakan apa-apa. Dia hanya melangkah keluar, menutup pintu dengan pelan, meninggalkan Andara yang masih terbakar amarah.
"Amit-amit gue punya suami modelan dia," gumam Andara dengan jengkel, memandangi kepergian Mahesta dengan pandangan tajam. Dia menggerutu sambil menendang kopernya yang tadi dia banting, mencoba meredakan kemarahannya yang masih tersisa.
Setelah Mahesta pergi, Andara kembali menghela napas panjang. Dia duduk sejenak di sofa, mencoba menenangkan dirinya. Pikiran tentang kejadian tadi membuatnya merasa lelah. Andara akhirnya berdiri, mulai membereskan kopernya lagi dengan hati-hati. Meskipun masih kesal, dia berusaha fokus untuk menata barang-barangnya dengan rapi, memastikan semua keperluannya ada di tempat yang benar.
Saat Andara selesai membereskan kopernya, dia merasa sangat kelelahan. Amarah yang tadi meledak-ledak kini mulai mereda, digantikan dengan rasa lelah dan penat. Dia merebahkan diri di sofa, menatap langit-langit sambil menghela napas panjang.
Andara memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. Besok adalah hari yang penting baginya. Dia akan mendaftarkan diri ke sekolah baru, memulai babak baru dalam hidupnya. Pikiran tentang sekolah baru memberinya semangat meski kelelahan masih melanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Teen Fiction-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...