59. TUGAS SUAMI

189 12 0
                                    

Ini ada dewasa nya, tapi tipis kok
Vote dulu guys
🍂🍂

Andara dan Mahesta sedang menikmati makan malam yang hangat di ruang makan yang diterangi cahaya lampu yang redup, menciptakan suasana nyaman dan intim. Setelah menyantap hidangan terakhir, Andara dengan sigap membereskan piring-piring, membawa mereka ke dapur untuk dibersihkan. Sementara itu, Mahesta beranjak dari kursinya, melangkah dengan tenang menuju kamar.

Setelah semua piring bersih dan dapur kembali rapi, Andara menghela napas lega. Ia kemudian berjalan menuju kamar, merasa tubuhnya mulai lelah setelah hari yang panjang. Namun, ketika tangannya meraih kenop pintu dan mendorongnya perlahan, ia terkejut melihat Mahesta sudah berdiri di balik pintu, menunggunya dengan ekspresi tenang namun penuh makna.

"Ngapain berdiri di situ?" tanya Andara dengan nada setengah terkejut, lalu melangkah menuju lemari pakaian untuk mengambil baju tidurnya. Suara pintu lemari yang dibuka terdengar lembut di tengah keheningan malam.

Mahesta tersenyum tipis, melangkah mendekat hingga bersandar pada lemari besar itu. Pandangannya mengikuti setiap gerakan Andara dengan penuh perhatian. "Saya mau memberi satu hadiah yang saya janjikan tadi waktu kamu wisuda," ucapnya dengan suara rendah, namun tegas, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar hadiah biasa.

Andara berhenti sejenak, pandangannya beralih dari pakaian tidur yang baru saja diambilnya ke wajah Mahesta. "Emang apa hadiahnya?" tanyanya, dengan nada penasaran yang tak bisa disembunyikan. Ia mulai mengganti pakaiannya, sementara pikirannya berusaha menebak-nebak apa yang ada di balik kata-kata Mahesta.

Mahesta tidak langsung menjawab. Ia menatap Andara dengan tatapan yang dalam, seolah ingin memastikan bahwa Andara memahami betapa pentingnya momen ini. "Hadiah itu..." ia berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Saya akan melakukan tugas yang seharusnya suami sudah lakukan dari awal."

Andara, yang sedang mengenakan bajunya, mendadak menghentikan gerakannya dan menoleh ke arah Mahesta. Alisnya terangkat, menandakan rasa bingung bercampur penasaran yang tiba-tiba melintas di pikirannya. "Maksud kamu apa?" tanyanya, suaranya kini lebih pelan, namun penuh dengan tanda tanya.

Mahesta tiba-tiba mengulurkan tangannya tanpa aba-aba, mengangkat Andara dengan mudah dalam gendongannya. Ia melangkah dengan mantap menuju ranjang, sementara Andara hanya bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, berpacu dengan ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti.

Ketika sudah di tepi ranjang, Mahesta membaringkan Andara dengan lembut namun penuh kendali, seolah memastikan bahwa tak ada ruang bagi Andara untuk menghindar.

"Mahesta, aku belum siap," suara Andara bergetar, setengah bercanda namun ada jejak ketakutan yang terselip di balik kata-katanya. "Aku lapor polisi nih. Mama, tolong!" ucapnya, mencoba memberikan perlawanan kecil, meskipun ia tahu percuma. Mahesta mengurung tubuhnya dengan cara yang begitu tegas, membuat Andara tak bisa bergerak sama sekali.

Mahesta tersenyum tipis, sedikit menunduk hingga wajahnya begitu dekat dengan Andara. "Saya akan melakukan yang terbaik agar anak yang kita buat bisa tampan seperti Papa nya," ucapnya dengan nada rendah dan dalam, matanya menatap lurus ke dalam mata Andara, menyiratkan keinginan yang tak bisa dibendung.

Andara merasa jantungnya berdebar kencang di bawah tatapan Mahesta yang begitu intens. "Emangnya kamu tahu anaknya bakalan cowok?" Andara berusaha mengalihkan perhatian Mahesta, mencoba mendorong tubuhnya menjauh, tetapi kekuatan Mahesta terlalu besar. Ia hanya bisa pasrah dalam dekapan Mahesta yang kuat namun hangat.

Mahesta tak menjawab langsung, hanya tertawa kecil, membiarkan percakapan mereka menggantung di udara. Hening mengisi ruangan itu, hanya diisi oleh napas mereka yang tak beraturan.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang