49. PENANGKAPAN DIRGA

90 15 0
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA
🌷🌷🌷

Mahesta mengangkat pistolnya tinggi-tinggi, lalu menarik pelatuknya. Suara tembakan memecah keheningan siang itu, menggema di udara dan membuat burung-burung yang bertengger di dahan-dahan terbang ketakutan. Di dalam rumah yang kumuh dan nyaris roboh, Dirga mendengar suara itu dan segera keluar, diikuti oleh segerombolan anak buahnya. Raut wajahnya berubah dari rasa waspada menjadi senyum licik begitu melihat Mahesta berdiri tegap di depan rumah, ditemani Reizar.

"Si anjing dateng lagi," gumam Dirga dengan nada penuh kebencian, matanya menyorot tajam ke arah Mahesta sebelum beralih ke Reizar. "Bos, lama nggak ketemu. Gimana kabarnya?" tanya Dirga, suaranya penuh ejekan, seolah ingin memancing amarah.

Reizar hanya menatapnya dingin, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. "Nggak sia-sia saya keluarin kamu dari bisnis. Kelakuan setan kayak kamu nggak pantas memiliki hati Andara," ucap Reizar dengan nada tajam, setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti belati yang menusuk tepat di jantung Dirga.

Dirga melirik sekeliling, matanya meneliti jumlah anak buah Mahesta dan Reizar yang mulai mengepungnya dari berbagai arah. "Banyak banget yang fans sama gue," katanya sinis, mencoba menjaga sikap santainya, meskipun jantungnya mulai berdegup kencang.

Dengan langkah yang penuh percaya diri, Dirga mendekat ke arah Mahesta dan Reizar. "Mana Andara? Gue belum nyobain badannya," ucapnya dengan nada rendah, senyum licik di bibirnya menunjukkan betapa busuk niatnya.

Mendengar itu, amarah Mahesta memuncak. Dengan gerakan cepat, tangannya melayang dan tinjunya menghantam pipi Dirga dengan kekuatan penuh, membuatnya terhuyung dan jatuh ke tanah. Namun, sebelum Mahesta sempat melayangkan tinju kedua, Reizar segera menahan tangannya. "Buang-buang tenaga aja kamu," ucap Reizar tenang, namun penuh otoritas, membuat Mahesta menahan diri meski darah di tubuhnya mendidih.

Dirga berdiri perlahan, wajahnya memerah dan sebuah senyum liar menghiasi bibirnya yang kini sedikit berdarah. "Jadi di sini mau ngajak tengkar nih?" tanyanya, suaranya penuh tantangan.

Reizar tetap tenang, matanya tajam mengawasi Dirga. "Lebih ke menangkap kamu, Dirga," jawabnya, penuh keyakinan.

Wajah Dirga berubah serius. Dia menyadari bahwa permainan ini lebih dari sekadar adu jotos biasa. Dengan gerakan cepat, dia mundur ke barisan anak buahnya dan memberi perintah. "Habisi mereka semua. Jangan sampai ada yang tersisa. Tapi sisakan dua orang ini," katanya, matanya menyipit memandang Reizar dan Mahesta dengan penuh kebencian.

Pertempuran pun pecah. Anak buah mereka saling menyerang, beberapa menggunakan tinju, yang lain memegang balok kayu atau benda tumpul lainnya. Di tengah-tengah kekacauan itu, Dirga, Mahesta, dan Reizar tetap berdiri, menjadi pusat dari pertarungan yang penuh darah dan keringat.

Dirga menyeringai, pandangannya berpindah dari Reizar ke Mahesta. "Gue lawan yang mana dulu nih?" tanyanya dengan nada meremehkan. "Kekasihnya dulu aja deh," lanjutnya, tatapannya tertuju pada Mahesta yang balas menatap dengan mata yang membara oleh tekad. Pertarungan hidup dan mati itu baru saja dimulai, dan tidak ada jalan untuk mundur.

Pertarungan antara Mahesta dan Dirga berlangsung dengan sengit. Setiap pukulan dan tendangan terasa seperti dentuman yang menghantam tanah. Reizar tetap berdiri tegak, matanya mengawasi, namun ia membiarkan kedua pria itu bertarung, seolah tahu bahwa pertempuran ini harus mereka selesaikan sendiri. Namun, Dirga, dengan kelicikannya, memberikan isyarat kepada salah satu anak buahnya. Pria itu, tanpa ragu, mengangkat balok kayu besar dan menghantamkannya dengan keras ke belakang kepala Mahesta.

Mahesta merasakan dunia berputar sebelum akhirnya tubuhnya terjatuh ke tanah, kepalanya berdenyut dengan rasa sakit yang menusuk. Reizar, yang melihat anaknya jatuh, segera melangkah maju, mendekati Dirga dengan sorot mata penuh kemarahan. "Cara berkelahi lo licik, dua lawan satu," ucap Reizar dengan nada dingin, dan dalam satu gerakan cepat, tinjunya menghantam wajah Dirga, membuatnya terjatuh.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang