2. KEBINGUNGAN

858 58 4
                                    

TYPO KOREKSI
_______________

Pada malam hari, Mahesta pergi ke unit yang telah ia pesan. Ia berjalan sambil membawa kopernya, namun ketika baru saja memasuki unit tersebut, ia terkejut karena kedatangannya disambut oleh seorang gadis yang tertidur di sofa.

Mahesta mengerutkan keningnya, lalu ia mengambil ponselnya dan menelepon resepsionis. Setelah beberapa dering, suara lembut seorang wanita terdengar di ujung telepon.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu pak?" tanya resepsionis.

"Selamat malam. Saya baru saja tiba dan menemukan seorang gadis tertidur di sofa. Apa yang terjadi di sini?" ujar Mahesta dengan nada bingung.

"Tunggu sebentar, Pak Mahesta. Saya akan segera memeriksa catatan kami dan menghubungi Anda kembali," jawab resepsionis dengan sopan.

Mahesta duduk di kursi, matanya sesekali melirik Andara yang masih tertidur lelap di sofa. Sambil menunggu telepon kembali, pikirannya berkecamuk dengan berbagai pertanyaan. Tak lama kemudian, teleponnya berdering lagi.

"Pak Mahesta, setelah kami periksa, sepertinya terjadi kesalahan dalam sistem kami. Kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan ini. Kami akan segera mengirimkan petugas untuk menjemput gadis tersebut dan memastikan unit Anda siap untuk ditempati," jelas resepsionis dengan nada penuh penyesalan.

Mahesta menghela napas lega. "Baiklah, terima kasih. Saya tunggu kedatangan petugasnya," kata Mahesta sebelum menutup telepon. Ia lalu menatap Andara di sofa dengan lebih tenang, menunggu penyelesaian masalah tersebut.

Setelah menutup telepon, Mahesta merasa iba melihat gadis yang tertidur pulas di sofa. Ia memutuskan untuk membawanya ke kamar agar tidurnya lebih nyaman. Mahesta mendekati gadis itu dengan hati-hati, berusaha tidak membangunkannya.

Dengan lembut, ia mengangkat gadis tersebut dan membawanya ke kamar tidur. Ia meletakkannya di atas ranjang, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Setelah memastikan gadis itu tertidur dengan nyaman, Mahesta kembali ke ruang tamu dan duduk di kursi, menunggu petugas dari resepsionis datang.

Perut Mahesta yang sangat lapar memaksanya untuk pergi ke dapur. Ia memutuskan untuk memasak sesuatu yang sederhana namun mengenyangkan. Saat mengeluarkan bahan-bahan dari lemari dan kulkas, ia berpikir bahwa gadis yang tertidur di kamar mungkin juga akan merasa lapar ketika bangun. Mahesta kemudian memutuskan untuk membuat porsi makanan lebih banyak. Ia menyalakan kompor, memanaskan minyak, dan mulai memasak nasi goreng dengan telur dan sayuran.

Aroma lezat segera memenuhi unit itu. Sambil menunggu nasi goreng matang, Mahesta menyiapkan dua piring dan mengatur meja makan. Ia memastikan ada cukup porsi untuk dua orang, menambahkan sedikit hiasan sayuran di piring agar terlihat menarik. Saat makanan sudah siap, Mahesta meletakkan satu piring di atas meja dan membawa satu piring lagi ke kamar, menaruhnya di meja kecil di samping tempat tidur gadis itu.

Setelah semuanya beres, Mahesta kembali ke meja makan dan mulai menikmati makanannya. Sehabis makan, Mahesta menelpon resepsionis untuk tidak usah datang ke unitnya. merasa kasihan kepada gadis itu, Mahesta menyuruh resepsionis untuk kembali besok pagi saja.

****

Andara terbangun karena mencium aroma makanan yang menggugah selera, akhirnya terjaga di tengah malam. Karena merasa lapar, Andara pun mulai memakan makanan yang telah tersedia. Ia belum menyadari bahwa dirinya kini berada di ranjang, bukan di sofa lagi.

Setelah makanannya habis, barulah Andara tersadar bahwa ia bukan lagi di sofa. Ia berpikir keras, bertanya-tanya siapa yang memindahkannya ke sini, padahal ia merasa sendirian. Tidur sambil berjalan sepertinya tidak mungkin, karena Andara jarang mengalami hal seperti itu.

"Siapa yang mindahin gue ke sini?" gumam Andara kepada dirinya sendiri. "Jelas-jelas gue tidurnya di sofa. Masak gue jalan sambil tidur? Gak mungkin, Terus siapa yang nyiapin makanan ini? Sulap kah?" pikirnya sambil memandangi piring kosong di samping tempat tidur.

Dengan penuh kebingungan, Andara mencoba mengingat-ingat kembali kejadian sebelumnya. Ia memutuskan untuk menuju dapur membawa piring kotor. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang pria bertubuh kekar sedang mencuci piring di tempat pencucian. Siapa pria itu? iya benar, Mahesta.

Andara terkejut dan berteriak, "Woi siapa lo? Ngapain ada di dapur gue?" Suaranya terdengar bergetar oleh kebingungan yang mendadak.

Pria itu hanya menoleh, lalu melanjutkan mencuci piringnya, seolah tak terganggu dengan kehadiran Andara yang tiba-tiba.

Andara menghela napas, lalu berjalan mendekati pria tersebut dan berkata, "Lo bisu? Noleh doang, kagak mau jawab," Andara mulai merasakan getaran emosionalnya memuncak. "Seperti nya bapak salah unit deh."

Mahesta menatap Andara sejenak sebelum berkata, "Saya masih muda, belum pantas untuk di panggil bapak," Suaranya tenang, namun terdengar tegas.

"Iya sih dari wajahnya aja ganteng, ya kali bapak-bapak seganteng ini," batin Andara mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Bodo amat, mending lo keluar," ujar Andara, kekesalan terdengar jelas dalam intonasi suaranya.

"Seharusnya kamu yang keluar dari apartemen saya, masih untung saya bisa memaklumi kamu yang sedang tidur, seharusnya saya bangunkan saja, dan meminta kamu untuk pergi," ucap Mahesta dengan datar, namun terdengar lugas.

"Jadi yang punya apartemen ini, dia?" Gumamnya Andara penuh kebingungan, mencoba menyusun potongan-potongan kata yang baru saja dia terima.

Andara terlihat bingung, "Jadi, lo yang pindahin gue ke kamar tidur? Lo sentuh tubuh gue? Dasar pria gak tahu diri," ekspresinya penuh dengan rasa tidak percaya dan ketidakpuasan.

"Melihat tubuh kamu kurus saja, saya tidak tertarik," ujar Mahesta, mencoba menjelaskan tanpa emosi.

"HEH, LO NGEHINA TUBUH GUE? OKE GUE AKAN PINDAH DARI SINI, GUE PERGI," Andara meledakkan kekesalannya, suaranya terdengar bergema di ruangan.

"Besok saja kamu pindah, sekarang sudah larut malam, berbahaya bagi wanita keluar malam," ucap Mahesta dengan nada yang tetap tenang.

"Lebih berbahaya mana, satu unit dengan pria gak tahu diri kayak lo?" ujar Andara sambil bergegas ke kamarnya untuk mengambil koper. Dia beres-beres untuk meninggalkan unit tersebut, berharap tidak bertemu dengan pria seperti itu lagi. Andara ingin segera meninggalkan situasi yang tak menyenangkan ini.

****

💗JANGAN LUPA VOTE💗
SEMANGAT AKU DI KALIAN
TO BE CONTINUE

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang