-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan.
Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas.
Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...
HALO READERS FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA YAA JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN KALIAN💋
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
__________
Andara Lova Gaurika, seorang gadis SMA yang memutuskan untuk meninggalkan rumahnya dengan tekad yang tak tergoyahkan. Tanpa menoleh ke belakang, ia menempuh perjalanan jauh ke sebuah kota asing, di mana tak satu pun wajah ia kenal. Dengan handphone baru dan ATM yang diam-diam ia ambil dari ayahnya, Andara berencana memulai hidup baru—di tengah hiruk-pikuk kota besar yang terasa begitu kontras dengan kehidupannya yang dulu.
Angin kota yang panas menyapu wajahnya, menciptakan perpaduan aneh antara kenyamanan dan ketegangan. Suara kendaraan bermotor menggema di kota, menusuk telinga. Namun, di tengah bisingnya kota, ada perasaan kebebasan yang aneh, seperti kanvas kosong yang siap ia coretkan dengan warna-warna hidup barunya.
"Untung aja gue bawa ATM papa. Setidaknya gue nggak sepenuhnya nggak punya apa-apa," gumamnya, sebuah senyum kecil menyelip di bibir.
Langkah kakinya membawa Andara ke depan sebuah apartemen tinggi yang tampak mewah. Gedung itu menjulang di antara gedung-gedung lainnya, seperti mercusuar di lautan urban yang asing baginya. Andara melangkah masuk ke dalam lobi yang sejuk, di mana suasana modern dengan nuansa elegan langsung menyambut. Ruangan itu terasa dingin, namun tak menghilangkan rasa gugup yang menggulung di perutnya.
Dengan tangan sedikit gemetar, Andara mendekati resepsionis yang berdiri di belakang meja. "Maaf, ada unit kosong yang bisa disewa untuk satu orang?" tanyanya pelan, mencoba terdengar percaya diri meski hatinya berdebar.
Resepsionis itu mengangguk sambil tersenyum ramah. "Ada, kak. Berapa lama rencananya ingin tinggal?"
Andara menghela napas sejenak, berpikir. "Belum pasti. Mungkin sementara waktu."
"Baik, saya akan cek beberapa unit yang tersedia," jawab resepsionis sambil mengetik di komputernya. Sementara menunggu, Andara memandang sekeliling. Lobi ini terasa seperti dunia yang berbeda—tenang, tertata, seolah melindungi dari segala hiruk-pikuk di luar sana.
Tak lama, resepsionis mengangkat pandangannya. "Ada beberapa pilihan unit yang bisa kakak lihat. Mau saya antar untuk lihat-lihat?"
Andara mengangguk pelan. "Boleh, saya ingin lihat dulu."
Dengan langkah mantap, resepsionis memimpin Andara ke lift. "Gedung ini baru, jadi fasilitasnya masih sangat terawat," ucapnya, sesaat sebelum pintu lift tertutup. Sepanjang perjalanan menuju lantai atas, Andara tak bisa menahan perasaan aneh yang menggelitik. Di antara rasa takut, ada sedikit kegembiraan—mungkin ini awal dari hidup baru yang selama ini ia impikan.