18. BERDETAK

298 37 2
                                    

TYPO KOREKSI
KALAU BACA DARI AWAL PASTI TAU CERITANYA
HAPPY READING
__________

Andara berjalan keluar dari apartemen dengan langkah tenang, udara pagi yang segar menyapu wajahnya. Pandangannya tertuju pada taksi yang parkir di depan, dengan cat kuning cerahnya yang kontras dengan langit yang masih samar-samar berwarna biru. Ketika ia hendak melambaikan tangan untuk memanggil taksi tersebut, Mahesta tiba-tiba muncul dari arah yang tak terduga, membuyarkan fokusnya.

"Andara, saya ada bekal buat kamu," kata Mahesta dengan suara lembut namun penuh perhatian, sambil menyerahkan kotak bekal yang ia bawa. "Berangkat sama saya. Saya juga mau ke sekolah kamu," tambahnya sambil tersenyum kecil, mengundang rasa nyaman di hati Andara.

Mahesta mengangguk, "Ayo masuk ke mobil, mobil saya terparkir di situ," katanya sambil menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Langkah mereka berdua berpadu dalam irama yang tenang, menyusuri trotoar yang basah oleh embun pagi.

Tiba-tiba, suara dering handphone Andara memecah kesunyian, membuatnya sejenak terhenti. Dengan cepat ia merogoh sakunya dan melihat nama Lena terpampang di layar. Ia menjawab panggilan itu dengan nada penasaran, "Bentar, gue angkat telepon dulu."

Suara panik Lena langsung terdengar, "ANDARA, TOLONG GUE!!" teriaknya, begitu keras hingga Andara refleks menjauhkan handphone dari telinganya. Dengan hati-hati ia kembali mendekatkan handphone.

"Ada apa?"

"Mobil gue ban nya bocor, sekarang gue gak bisa ke sekolah," kata Lena dengan nada putus asa yang membuat Andara merasakan kekhawatiran temannya.

"Pesen taksi," saran Andara, berusaha tetap tenang.

"Gak berani di bonceng orang gak dikenal, lo bisa jemput gue gak? Kan lo naik taksi, gue mau kalau taksinya berdua sama lo," suara Lena terdengar memohon, mencerminkan kerapuhan yang jarang ia tunjukkan.

"Sebenarnya gue sama Mahesta berangkatnya," jawab Andara, merasakan kebingungan di hatinya.

Mahesta, yang mendengar pembicaraan itu, mengambil handphone dari tangan Andara dengan gerakan halus namun tegas. "Dimana lokasi kamu, saya sama Andara akan menjemput kamu," kata Mahesta dengan suara penuh keyakinan, memberikan rasa tenang dan solusi yang dibutuhkan Lena.

Lena menyebutkan lokasi dengan suara yang sedikit lebih tenang, “Gue di Jalan Merak, dekat toko bunga yang ada di pojokan.”

Mahesta mengangguk dengan penuh keyakinan, "Baik, tunggu di situ." Setelah menutup telepon, ia berbalik ke arah Andara, "Ayo, kita jemput Lena dulu."

Andara mengikuti Mahesta menuju mobilnya, sebuah sedan hitam yang mengilap di bawah sinar matahari pagi. Mereka masuk ke dalam mobil, dan Mahesta segera menghidupkan mesin. Suara deru mesin yang halus mengiringi perjalanan mereka meninggalkan area apartemen.

Di sepanjang perjalanan, pikiran Andara melayang-layang. Ia memandang keluar jendela, melihat deretan toko-toko yang mulai membuka pintu, orang-orang yang bergegas dengan aktivitas pagi mereka. Jalanan terasa hidup, namun pikirannya kembali kepada Lena yang sedang menunggu dengan cemas.

Mahesta, dengan sikap tenangnya, mengemudikan mobil dengan cekatan. "Lo masih selidiki siswa yang bunuh diri itu? " tanya Andara, mencoba memecah keheningan.

Mahesta tersenyum tipis, matanya tetap fokus pada jalan di depan. "Iya, ada beberapa hal yang perlu saya pastikan. Semoga saja semuanya berjalan lancar," jawabnya dengan nada misterius, menambah rasa penasaran dalam diri Andara.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di Jalan Merak. Toko bunga di pojokan itu tampak cantik dengan bunga-bunga segar yang dipajang di luar. Lena berdiri di sana, wajahnya tampak lega saat melihat mobil Mahesta mendekat. Mahesta menurunkan jendela dan memanggilnya, "Lena, cepat masuk!"

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang