30. SIAPA PENCULIK ITU?

166 26 2
                                    

TYPO KOREKSI
VOTE DULU BARU BACA
🍂🍂
_____________

Andara melangkah pelan memasuki unitnya, detak jantungnya semakin kencang saat melihat Lova berdiri di depannya. Dalam sekejap, ia mencoba menyembunyikan kertas hasil sesi dokter psikolog yang tadi diterimanya.

"Mama, ngapain di sini?" suara Andara terdengar sedikit gemetar, sementara tangannya perlahan memasukkan kertas itu ke kantong celananya.

Lova menatapnya tajam, seolah ingin mengetahui apa yang disembunyikan oleh anaknya. "Apa itu? Kenapa tidak langsung pulang?"

"Tadi aku ke toko baju," ujar Andara, berusaha tenang dalam kebohongannya. "Kalau tidak percaya, tanya Mahesta. Dia yang jemput dan nganterin aku ke toko itu."

Lova mengangguk pelan, tampak percaya dengan cerita Andara karena melibatkan Mahesta.

"Di mana papa?" Andara segera mencoba mengalihkan pembicaraan.

Lova mendesah panjang, menatap jauh seolah mencari kekuatan dalam kata-katanya. "Papa kamu itu tidak pernah kapok. Coba kamu yang bilang agar dia berhenti dengan pekerjaan seperti itu."

"Aku masuk kamar dulu ya, ma." ucap Andara meninggalkan Lova yang tengah berdiri itu.

Andara memasuki kamarnya yang remang-remang, lalu mengunci pintunya dengan hati-hati. Dia mengeluarkan kertas yang tadi dia simpan di kantong celananya, merasakan ketegangan merayap di sepanjang tulang punggungnya.

"Gue sehat, tapi kenapa gue takut ketahuan sama mama," bisiknya pelan, matanya terpaku pada tulisan di kertas itu. Ruangan sunyi seketika, hanya suara detak jantungnya yang terdengar begitu jelas.

Tiba-tiba, layar handphone Andara menyala sendiri, menerangi sudut gelap kamar itu dengan cahaya biru yang menenangkan. Sebuah notifikasi pesan masuk muncul, memecah keheningan.

082*******
Jl. Sejajar 02.
temui saya disitu, jika kamu ingin tahu
siapa yang menyebarkan vidio kamu.

Andara membelalakkan matanya, hatinya berdebar kencang. Siapa yang mengirim pesan ini? Nomor yang tidak dikenalnya membuat rasa was-was semakin menggigit.

"Siapa ini?" pikirnya keras, mencoba menyusun potongan teka-teki yang berputar di kepalanya. Otaknya mulai menuduh semua orang yang dia kenal: Marvin, Lena, Mahesta. "Gak mungkin salah satu dari mereka. Kalau Leo, dia kan korban kayak gue, gak mungkin dia," ucap Andara lagi, suaranya semakin pelan dan penuh keraguan.

Matanya menatap lurus ke depan, pandangannya kabur oleh keraguan dan ketakutan yang merayap. Sinar lampu di luar jendela menyusup masuk, membentuk bayangan-bayangan di dinding yang seakan menari dalam irama yang tenang. Angin malam berhembus lembut, menggerakkan tirai tipis yang seakan berbisik padanya, menambah nuansa misterius di malam itu.

****

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Mahesta berdiri di depan sebagian karyawannya, berbicara tentang apartemennya yang megah dan elegan. Cahaya lampu-lampu kota yang berpendar menambah suasana hangat dan tenang di sekitar mereka.

"Maaf karena saya sering tidak aktif dalam mengurus apartemen ini," kata Mahesta dengan suara yang dalam dan tegas, memecah keheningan malam. "Sebagai kepala apartemen di sini, saya menginginkan apartemen ini tetap berjalan meskipun saya jarang mengurus, itu karena saya sibuk dengan urusan lain."

Kata-katanya menggantung di udara, mengalir dengan lembut seperti angin malam yang menyapu dedaunan. Karyawan-karyawannya mendengarkan dengan seksama, wajah mereka menunjukkan penghormatan dan kepatuhan.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang