VOTE DULU SEBELUM BACA🌷
__________Mahesta membawa Andara ke suatu tempat yang tampak seperti dunia dongeng. Mobil mewahnya berhenti di depan sebuah rumah besar yang megah dan elegan, dikelilingi oleh pohon sakura yang tengah berbunga lebat. Kelopak bunga berwarna pink lembut melayang-layang di udara, menciptakan pemandangan yang begitu indah. Mahesta, dengan senyum penuh rahasia, telah menyuruh Andara menutup matanya selama perjalanan untuk memberikan kejutan. Saat ia membuka mata Andara, gadis itu tertegun, tercengang oleh keindahan di depannya.
"Ini di mana?" ucap Andara, suaranya teredam oleh kekaguman. Ia membuka pintu mobil dengan cepat, lalu berjalan mendekati pohon sakura yang sedang bermekaran. Wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tulus, matanya berbinar-binar menatap kelopak bunga yang halus. Dengan hati-hati, ia memetik satu bunga, seolah menyentuh mimpi yang menjadi nyata. "This is like a dream," bisiknya, nyaris tidak percaya pada pemandangan yang disaksikannya.
Mahesta berdiri di sampingnya, tersenyum lembut. Melihat Andara yang bahagia membuat hatinya hangat, seolah segala rencana dan upaya terbayar dengan senyuman itu.
Namun, momen tersebut segera terganggu oleh sekelompok orang yang keluar dari rumah besar itu. Mereka mengenakan seragam jas berwarna hitam, dengan pistol di celana kanan mereka, menambah kesan formal dan misterius. Andara yang melihat mereka langsung terdiam, mulutnya terbuka sedikit karena takjub. "Mereka semua siapa?" tanyanya dengan mata yang membesar, penuh rasa ingin tahu.
Mahesta bersiap menjelaskan, "Dia itu anak bu—"
Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Andara memotong dengan nada bercanda, "Kenalin satu." Senyuman nakal menghiasi wajahnya, membuat Mahesta merasa sedikit cemburu.
Merasa sedikit tersindir namun berusaha tetap tenang, Mahesta menahan perasaan cemburunya. "Sudah, kita masuk saja ke dalam," ujarnya dengan suara yang tenang, meskipun hatinya sedikit bergejolak.
Andara, yang tampak senang bisa mengusik Mahesta, menambahkan dengan nada menggoda, "Di dalam lebih banyak cowok tampan, kah?" Ucapannya penuh dengan godaan yang halus, membuat Mahesta merasa semakin cemburu.
Saat mereka melangkah memasuki ruangan pertama, Andara langsung terpaku oleh pemandangan yang terhampar di hadapannya. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai jenis senjata, mulai dari pistol kecil yang tampak elegan hingga senjata tembakan besar yang menimbulkan aura kekuatan. Dinding-dinding ruangan dihiasi dengan deretan senjata yang tersusun rapi, setiap satunya bagaikan karya seni mekanik.
Andara, dengan mata yang bersinar penuh antusiasme, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Ini aku boleh nyoba?" ucapnya, suaranya penuh semangat, hampir seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Matanya tak henti-hentinya memandangi semua senjata itu, seolah tak percaya bahwa ia berada di tengah-tengah koleksi yang begitu mengagumkan.
Mahesta tersenyum melihat reaksi Andara. Ada kebanggaan yang terbersit dalam hatinya, karena bisa memberikan pengalaman ini kepada orang yang dicintainya. "Saya mengajak kamu ke sini untuk belajar menembak, sekaligus bela diri," ucap Mahesta dengan suara yang lembut namun tegas. "Jadi kalau saya tidak ada, kamu bisa membela diri kamu sendiri." Ucapan itu terasa seperti janji, sebuah jaminan bahwa Andara akan selalu terlindungi, bahkan jika Mahesta tak berada di sampingnya.
Kmudian Mahesta memilihkan pistol kecil yang tampak cocok untuk Andara, sesuatu yang ringan namun tetap mematikan. Dengan gerakan yang penuh perhatian, dia mengajak Andara ke ruangan latihan penembakan. Suasana di sana terasa lebih tegang, dengan dinding yang diselimuti panel peredam suara, menciptakan ruang di mana setiap detik terasa lebih berat dan bermakna.
Mahesta memasangkan alat penutup telinga ke kepala Andara dengan gerakan hati-hati, seolah ingin memastikan kenyamanan dan keselamatannya. "Ini akan melindungi pendengaranmu," ucapnya dengan nada yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Ficção Adolescente-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...