VOTE DULU SEBELUM MEMBACA
🍂🍂Matahari mulai terbenam, menyelimuti apartemen dengan cahaya keemasan yang hangat namun mengisyaratkan akhir dari hari yang panjang. Andara berjalan lesu menyusuri lorong apartemen, pikirannya penuh dengan beban sekolah yang masih melekat. Saat ia memasuki unitnya, suasana yang tenang langsung menyambutnya.
"Mama, aku pulang," ucap Andara dengan nada yang lelah, sambil melepaskan sepatunya.
Lova yang sedang duduk di sofa, menatap wajah putrinya yang tampak kusut. "Kenapa wajahnya lesu begitu?" tanyanya, sedikit cemas.
Andara mendesah, menghempaskan tubuhnya di kursi. "Baru saja masuk sekolah, tugas sudah numpuk. Dan apa yang paling aku nggak suka? Iya benar, Fisika. Mata pelajaran itu harusnya dimusnahkan," keluhnya sambil mulai membuka seragam yang sudah basah oleh keringat, merasa gerah dengan segala yang ia rasakan hari itu.
Lova hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis, mengingat bagaimana putrinya selalu kesulitan dengan pelajaran yang berbau hitung-hitungan.
"Andara, besok pernikahan kamu," ucapnya pelan, saat Andara mulai memasuki kamar mandi.
"Iya," balas Andara dengan acuh, tak sepenuhnya menyadari apa yang barusan dikatakan ibunya. Namun, tiba-tiba saja ia berhenti, seperti tersadar dari lamunan. "APA? NIKAH BESOK?" teriaknya kaget, buru-buru membuka pintu kamar mandi dan berlari ke arah Lova.
"Apa maksudnya nikah besok, Ma?" tanya Andara, wajahnya penuh kebingungan.
Lova menatap putrinya dengan tatapan penuh keyakinan. "Kamu nikah dengan Mahesta besok. Besok kan tanggal merah, dan keputusan Mama sudah bulat. Tidak boleh ada yang mengubahnya," ucap Lova dengan senyum puas, seolah-olah segala sesuatu telah diatur dengan sempurna.
Andara mengerutkan dahi, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Mana bisa gitu, Ma? Kok dadakan banget kayak tahu bulat," balasnya, masih mencoba mencerna situasi yang tiba-tiba ini.
Lova tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Lagi pula, nikahnya nggak ngundang orang-orang. Sudah, sana mandi, bau ini," godanya, meski ia tahu putrinya tetap wangi meski seharian beraktivitas.
Andara masuk kembali ke kamar mandi, namun pikirannya terus berputar, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi. "Besok? Sumpah, dadakan banget... Argghhh," gerutunya, merasa frustasi dengan situasi yang begitu mendadak. Di balik dinding kamar mandi, suara air yang mengalir tak bisa menutupi rasa kekhawatiran yang semakin besar.
***
Malam ini, di unitnya, Mahesta sibuk mempersiapkan berkas-berkas untuk pernikahan besok. Ia merapikan kamar, memastikan semuanya tertata rapi, karena setelah menikah, Andara akan tinggal di sini bersamanya selama masih sekolah. Ada kehangatan dan harapan yang tumbuh dalam dirinya, meski semua ini terjadi begitu cepat.
"Besok hari yang sangat saya nantikan," ucap Mahesta kepada dirinya sendiri, dengan nada yang penuh harap. Ia mengambil ponselnya, membuka galeri yang berisi foto-foto Andara. Setiap gambar menceritakan kisah yang ia simpan dalam hati, sebuah perjalanan yang perlahan-lahan membawa mereka ke titik ini. Senyumnya mengembang saat ia menatap layar, membayangkan masa depan yang kini terasa lebih nyata dari sebelumnya.
Dengan setiap foto yang ia lihat, Mahesta merasakan betapa kuat perasaannya terhadap Andara. Rasa tanggung jawab bercampur dengan rasa cinta yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Besok, segalanya akan berubah, dan ia siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya bersama Andara, tak peduli seberapa cepat semua ini terjadi.
***
Matahari perlahan mulai terbit, sinarnya menembus jendela kamar Andara, menari-nari di antara tirai yang tersibak. Cahaya pagi itu begitu terang, seolah memantulkan kecantikan Andara yang kini sudah selesai berdandan. Dia duduk di tepi tempat tidur, mengenakan kebaya putih yang menambah kesan anggun pada penampilannya, menunggu saat yang akan mengubah hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Teen Fiction-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...