🌻TYPO KOREKSI🌻
VOTE DULU, BARU BACA
💗💗💗_______________________
Mahesta melihat Andara menangis memasuki apartemen saat pulang dari joging. Cahaya pagi menjadi redup ketika air mata Andara terjatuh. Awalnya, Mahesta berniat untuk menghampiri Andara, namun, ada misi yang lebih mendesak dan penting yang harus diselesaikan. Dengan hati yang berat, ia mengurungkan niatnya dan melangkah menuju mobilnya.
Mesin mobil menggeram pelan saat Mahesta mulai berkendara, menuju tempat yang menyimpan jawaban dari misteri kelam ini. Jalanan pagi itu sepi, hanya ditemani oleh suara angin yang menghembuskan dedaunan kering di sepanjang trotoar.
Sesampainya di tempat itu, Mahesta turun dari mobilnya. Area tersebut terlihat seperti medan perang pasca pesta, botol-botol minuman berserakan, terpecah belah seolah mencerminkan keputusasaan yang meliputi. Tempat itu, yang dulunya penuh tawa, kini berubah menjadi saksi bisu dari sebuah tragedi. Misinya kali ini adalah menyelidiki siapa yang telah membunuh salah satu siswa di SMA yang sama dengan Andara, apalagi siswa yang terbunuh ini adalah teman seangkatannya.
Mahesta menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum melangkah lebih jauh. Dia memasuki kafe yang sudah kacau itu, mata tajamnya mengamati setiap sudut ruangan, mencari petunjuk yang mungkin tertinggal. Bekas-bekas perkelahian terlihat jelas di mana-mana; meja dan kursi terbalik, pecahan kaca berserakan di lantai, serta bercak darah yang memudar. Setiap detail memberikan gambaran suram tentang malam yang telah berlalu.
Sambil berjalan, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Dengan jari yang cekatan, dia menekan nomor seorang anak buahnya, seseorang yang selalu bisa diandalkan dalam situasi seperti ini.
"Rey," suara Mahesta terdengar tenang meski dalam situasi yang penuh tekanan. "Saya perlu bantuan kamu di sini. Lokasinya kafe tua di jalan Mercu Buana. Situasinya kacau, dan kita perlu mencari tahu siapa yang terlibat dalam pembunuhan ini."
Rey, di seberang telepon, menangkap nada urgensi dalam suara Mahesta. "Baik, Bos. Saya akan segera ke sana dengan tim. Beri saya waktu lima belas menit."
Mahesta menutup telepon dan kembali mengamati sekitar. Dia mendekati meja yang terbalik, memperhatikan adanya jejak darah yang mengarah ke pintu belakang kafe. Pintu itu terbuka sedikit, seolah memberi petunjuk bahwa ada seseorang yang mungkin melarikan diri melalui sana.
Sambil menunggu kedatangan Rey dan timnya, Mahesta memutuskan untuk memeriksa area luar di belakang kafe. Udara malam mulai terasa dingin, membawa serta aroma tajam dari sisa-sisa botol pecah dan darah kering. Langkahnya mantap namun hati-hati, tak ingin melewatkan detail sekecil apa pun.
Beberapa menit kemudian, suara mesin mobil mendekat. Rey dan beberapa anak buahnya turun dengan cepat, mata mereka langsung fokus pada Mahesta.
"Apa yang kita miliki di sini?" tanya Rey, sambil melirik sekeliling.
"Ini lebih rumit dari yang kita bayangkan," jawab Mahesta. "Kita perlu memeriksa setiap sudut, setiap tanda, dan mencari tahu siapa yang terlibat. Mulai dari jejak darah yang menuju pintu belakang ini."
Tim segera menyebar, masing-masing dengan tugas khusus. Rey memeriksa bagian dalam kafe dengan teliti, mengumpulkan barang bukti yang mungkin terlewat. Mahesta dan dua anak buah lainnya mengikuti jejak darah yang membawa mereka ke gang sempit di belakang kafe.
Jalan yang sepi memberikan suasana yang hampir mistis. Mereka menemukan beberapa petunjuk—bekas jejak sepatu, sisa-sisa pakaian robek, dan lebih banyak pecahan botol. Setiap petunjuk memperjelas gambar yang samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Teen Fiction-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...