VOTE DULU BEB
HAPPY READING
📚📚📚
___________Andara terbangun dari tidurnya yang tak nyaman, tubuhnya masih bersandar di pintu apartemen. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela apartemen membuatnya mengernyit, berusaha memahami kenapa dia tertidur di sana. Dengan perlahan, ingatan malam sebelumnya mulai kembali tangisan yang tak tertahankan, perasaan putus asa, dan akhirnya kelelahan yang membawanya tertidur di depan pintu.
"Badan gue," gumam Andara pelan sambil meraba punggungnya yang nyeri akibat tidur dalam posisi duduk semalaman. Setiap gerakan kecil pun terasa menyakitkan, seolah-olah tubuhnya menegur pilihan tidurnya yang tidak biasa itu.
Dengan perlahan, Andara bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Langkah-langkahnya terdengar pelan di lantai apartemen yang sepi. Saat dia membuka pintu kamar, pandangannya tertuju pada sosok Lova, mamanya, yang masih tertidur lelap di tempat tidur. Wajah ibunya tampak tenang, berbeda jauh dari kepanikan dan ketakutan yang dirasakannya.
Ting. Suara notifikasi dari handphone Andara membuyarkan sejenak perhatiannya. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di meja, melihat layar yang menunjukkan pesan dari sahabatnya, Lena.
Lena
Lo dimana? ga sekolah?Andara
Izinin gue selama tiga hariLena
astaga, ini ulangan
Masuk ya, ini demi kebaikan lo
Aku mau kita naik kelas bersama
Andara hanya membaca pesan terakhir Lena tanpa membalasnya. Kata-kata Lena yang penuh perhatian dan keprihatinan terpantul di layar, namun Andara merasa tidak sanggup untuk merespons saat ini. "Kalau gue dikeluarkan dari sekolah, gue menerima itu. Keluarga gue lebih penting saat ini," pikir Andara, suaranya nyaris tak terdengar di dalam benaknya sendiri.Dengan perasaan campur aduk, Andara kembali menatap ibunya yang tertidur. Keputusan dan prioritas hidupnya semakin jelas, bahwa apapun yang terjadi, keluarganya adalah yang terpenting. Di tengah keheningan pagi, Andara berusaha menemukan kekuatan dalam dirinya, menghadapi setiap tantangan yang akan datang dengan tekad yang baru.
****
Di sekolah, suasana pagi terasa tegang karena ujian yang hampir dimulai. Lena berjalan masuk ke kelas dengan langkah tergesa, matanya terpaku pada layar handphone yang menggenggam erat di tangannya. Kekhawatirannya terhadap Andara memenuhi pikirannya, membuatnya kurang memperhatikan sekitar.
Saat berjalan, tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu. Lena hampir terjatuh, namun dengan sigap dia menyeimbangkan tubuhnya dan berdiri tegak kembali. "Lo mau celakain gue?" serunya dengan nada kesal kepada Marvin yang ternyata kakinya menghalangi jalan.
Marvin menatapnya dengan tatapan tenang, sambil tersenyum tipis. "Kalau jalan itu handphone-nya ditaruh," ujarnya, suaranya terdengar santai namun mengandung sindiran.
Lena mendengus kesal. "Ish, gue males debat sama lo pagi-pagi," jawabnya sambil melangkah ke mejanya. Keletihan dan kegelisahan terpancar dari wajahnya, memperlihatkan betapa berat beban yang sedang ia rasakan.
Marvin mengangkat alisnya, memperhatikan Lena dengan lebih seksama. Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda. "Mana Andara? Biasanya sama lo masuk kelasnya," tanyanya, rasa ingin tahunya terlihat jelas.
Lena menghentikan langkahnya sejenak, menoleh ke arah Marvin. "Dia izin gak masuk satu minggu," jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
"Buset, banyak banget. Dia kenapa?" Marvin bertanya lagi, nada suaranya kini lebih serius, menunjukkan kekhawatirannya.
Lena menghela napas dalam-dalam, menahan emosinya yang bercampur aduk. "Mana gue tau," jawabnya dengan nada lelah. Matanya kembali tertuju pada handphone-nya, berharap ada kabar dari Andara yang bisa sedikit meredakan kegelisahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Teen Fiction-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...