20. PENJELASAN

266 39 8
                                    

Bab yang ini termasuk dewasa tipis-tipis
Gak terlalu mencolok kok
Typo koreksi
___________

Reizar menatap Mahesta dengan mata yang penuh dengan campuran emosi. Kekesalan, kebingungan, dan sedikit ketakutan terpancar dari tatapannya. Di sampingnya, Andara tampak cemas dan gugup, bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi tak mampu. Leo, yang berdiri agak jauh, hanya bisa menundukkan kepala. Perasaannya campur aduk, merasa terjebak dalam situasi yang semakin rumit dan membingungkan.

"Kenapa kamu selalu muncul di saat seperti ini?" suara Reizar terdengar serak, memecah ketegangan. Ucapannya ditujukan pada Mahesta, yang berdiri tegap di depannya.

Mahesta tanpa ragu menggandeng tangan Andara, berusaha membawanya pergi dari situ. Namun, gerakan itu segera dihentikan oleh Reizar yang menarik lengan Andara kembali. "Saya masih ada perlu dengan anak saya. Kamu tidak usah membawa pergi anak saya, kamu juga tidak punya hak," Reizar berbicara tegas, suaranya menekan setiap kata.

"Saya tunangan Andara, saya berhak membawanya ke mana saja, karena dia sudah terikat dengan saya," jawab Mahesta dengan nada tenang namun penuh kebohongan. Andara langsung menatap Mahesta dengan mata terbelalak, tidak menyangka bahwa dia berbohong seperti itu.

"Tunangan?" Leo yang sejak tadi terdiam akhirnya bersuara. Hatinya tiba-tiba seperti tertusuk pisau mendengar kata itu. Rasa sakit dan kecewa menggerogoti dirinya.

"Benarkah itu Andara?" Reizar menatap putrinya, mengharapkan penjelasan. Tatapannya penuh tanda tanya.

Dengan berat hati, Andara menganggukkan kepala. Kebohongan itu terpaksa dilakukannya agar masalah cepat selesai dan ayahnya segera pergi dari situ.

"Ayo pulang," Mahesta menuntun Andara menuju parkiran, menyisakan Leo dan Reizar. Leo, dengan hati yang hancur, berpamitan pada Reizar untuk pulang dari sekolah.

Reizar tetap berdiri di tempat, terdiam. Dia tidak menyangka putrinya yang baru berumur 17 tahun itu sudah bertunangan dengan lelaki yang sudah lulus sekolah, bahkan dia sudah berpangkat. "Apa lelaki itu sudah tahu masalah Andara?" pikirnya dalam hati.

Sekolah mulai sepi, semua murid sudah pulang. Reizar akhirnya juga pergi dari tempat itu dengan perasaan terheran-heran. "Kok bisa?" batinnya terus bertanya.

****

Mahesta menggandeng Andara dengan cepat menuju mobilnya yang terparkir di parkiran sekolah. Andara hampir tidak bisa mengikuti langkah cepat Mahesta, tetapi dia tidak berani protes.

"Masuk," ucap Mahesta dingin setelah mereka sampai di mobil.

Andara menuruti kata Mahesta, perasaannya campur aduk. Sepertinya dia menyadari bahwa Mahesta sedang marah. Alis Mahesta menunjukkan bahwa dia sedang menahan amarahnya.

Di sepanjang perjalanan, Andara menatap jendela, tetapi sesekali melirik Mahesta yang sedang menyetir mobil. Andara tidak berani untuk memulai obrolan. Diam menjadi bahasa yang mereka gunakan hingga sampai di apartemen.

Biasanya, Mahesta akan membukakan pintu untuk Andara. Namun kali ini tidak. Mahesta keluar dari mobil dengan cepat, lalu langsung meninggalkan Andara. Sebelum pergi, dia sempat bertanya dengan nada dingin, "Nomor handphone saya sudah dihapus sama guru kamu, dan digantikan oleh papa kamu?"

"I-iyaa," jawab Andara dengan suara bergetar.

"Syukurlah," ucap Mahesta dingin lalu meninggalkan Andara di depan apartemen sendirian.

Andara menangis di situ, air matanya mengalir tanpa henti, seakan seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Baru kali ini dia mendapatkan perlakuan dingin oleh Mahesta, seseorang yang selalu dia anggap dekat dan hangat. Dengan perasaan yang berat, dia berjalan menuju unitnya sendiri. Langkahnya terasa seolah-olah dia membawa beban yang tak terlihat. Dia memasuki lift, namun tanpa sengaja bersamaan dengan Mahesta.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang