57. ANDARA MAHESTA

115 10 0
                                    

VOTE VOTE VOTE
🍂🍂


Andara dan Lena duduk di kursi panjang yang menghadap lapangan sekolah, angin sore mengibaskan rambut mereka dengan lembut. Pandangan mereka terarah pada adik kelas yang sedang berjalan memasuki kelas masing-masing, seragam baru mereka berkilau di bawah sinar matahari.

"Adik kelas sekarang cakep-cakep," ucap Lena dengan nada ringan, matanya sedikit menyipit seolah sedang menilai.

Andara, yang sedang meneguk susu dari kotaknya, menghela napas pelan. "Cakepan Mahesta," jawabnya dengan suara yang terdengar seperti gumaman kecil, namun cukup jelas untuk didengar oleh Lena.

Tangan Lena refleks mendorong pelan bahu Andara. "Dasar bucin," balasnya, tapi ada tawa kecil yang terselip di ujung kalimat itu. Kemudian, wajahnya menjadi lebih serius. "Lo beneran suka sama Mahesta? Jauh loh umur lo sama dia."

Andara terdiam sejenak, mata hitamnya menatap kosong ke arah lapangan. "Bukan suka lagi," katanya, suaranya pelan namun pasti, "ini sudah jadi istrinya."

Perkataan Andara mengejutkan Lena hingga jantungnya terasa melompat. "HAH? ISTRI?" serunya, spontan tangannya bergerak memegang kedua sisi wajah Andara, memaksa sahabatnya itu untuk menatap matanya. "Apa maksudnya istri?"

Andara tergagap, wajahnya mulai memerah. "E-enggak, maksudnya... Mahesta anggep aku istri," katanya, mencoba meralat, tapi matanya tidak berani menatap Lena secara langsung.

Lena menggeleng cepat, menggoyangkan badan Andara dengan tidak sabar. "Lo bohong, ayo kasih tahu gue, katanya gak ada rahasia."

Andara akhirnya menghela napas panjang dan mengulurkan kelingkingnya ke arah Lena. "Janji jangan cepu?" Suaranya terdengar sedikit memelas.

Lena, masih dalam keterkejutan, menyambut kelingking Andara dengan serius. "Iya, gue janji."

Andara menarik napas dalam-dalam, lalu dengan suara yang hampir seperti bisikan, ia berkata, "Iya, gue istri Mahesta."

Dunia Lena seakan berhenti berputar sesaat. "Omg, kok bisa?" ucapnya, matanya membesar, tangannya spontan menutup mulutnya. "Sumpah, lo istri orang?" Suaranya yang mulai meninggi segera ia redam, bersyukur tidak ada murid lain yang memperhatikan mereka.

"Kecilin suara lo," Andara cepat-cepat mencubit lengan Lena, membuat sahabatnya itu meringis.

Lena melirik Andara dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah sedang mencari tanda-tanda yang selama ini tersembunyi. "Berarti lo sudah anu..." gumamnya, tapi kalimatnya terhenti.

"Anu apa?" tanya Andara dengan bingung, alisnya berkerut, mencoba memahami maksud Lena.

"Enggak deh, lupain," Lena menggeleng, mencoba menghapus pikiran itu dari kepalanya. "Omg, kok bisa sih," gumamnya lagi, setengah berbicara pada diri sendiri. Dia ingin sekali berteriak, ingin memberitahu dunia bahwa sahabatnya sudah menjadi istri seseorang, tapi janji telah mengunci mulutnya rapat-rapat.

Tiba-tiba, seorang adik kelas laki-laki mendekati Andara. Tubuhnya tegap, hampir seperti seorang taruna, meskipun masih duduk di bangku kelas satu. Dengan sedikit gugup namun berani, ia membuka percakapan, "Kak, boleh minta Instagram sama foto bareng dong?"

Andara mengangguk pelan, sedikit tersenyum. "Hm, oke," jawabnya sambil memberikan username Instagram dan berpose untuk foto bersama adik kelas itu. Setelah sesi foto singkat, Andara menatapnya dengan penasaran. "Siapa namanya?"

"Langit, Kak," jawabnya singkat.

Lena, yang sedari tadi memperhatikan dengan senyum di wajahnya, menimpali, "Wah, cerah dong!" Ia lalu mendekat dengan wajah sedikit jahil, "Lo nggak mau fotbar sama gue juga?"

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang