Saat perjalanan pulang sudah hampir setengah jalan, Andara mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Langkah kakinya melambat, nafasnya terdengar lebih berat, dan wajahnya mulai pucat meskipun mereka berjalan di bawah naungan pohon-pohon rindang yang melindungi dari terik matahari.
"Nggak bisa istirahat dulu?" suara Andara terdengar lemah, menarik perhatian semua orang. Mereka berhenti, menoleh untuk melihat kondisinya.
Mahesta, tanpa berpikir dua kali, berjalan menuju Andara dan berjongkok di depannya. "Naik," ucapnya dengan suara lembut, menawarkan punggungnya untuk menggendong Andara. Andara ragu sejenak, merasa malu dengan perhatian yang tertuju padanya.
"Gue jadi lo bakal naik, Andara," ujar Lena, sembari memakan camilannya.
Semua mata tertuju pada Andara, kecuali Leo yang tampak sibuk dengan hal lain, meskipun jelas dia sadar akan situasi itu. Dia memilih untuk tidak melihat, mencoba menjaga jarak dari momen yang tampaknya semakin intim antara Andara dan Mahesta.
Dengan sedikit tersenyum, Andara akhirnya menerima tawaran Mahesta. Saat dia naik ke punggungnya, dia berbisik lembut di telinga Mahesta, "Kalau capek gendong, bilang ya." Mahesta mengangguk, merasakan berat tubuh Andara yang ringan, seolah beban itu bukanlah apa-apa baginya.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan Mahesta membawa Andara di punggungnya. Di sepanjang jalan, langkah Mahesta tetap stabil dan mantap, menunjukkan dedikasinya untuk memastikan Andara sampai dengan selamat. Hingga akhirnya mereka tiba di bawah, di area parkir di mana mobil Leo telah menunggu.
Andara turun dengan hati-hati dari gendongan Mahesta. Wajahnya masih memerah, baik karena kelelahan maupun perasaan malu dan syukur. "Capek ya? Lo boleh minta apapun deh, sebagai gantinya," ucap Andara dengan senyum penuh terima kasih.
Mahesta mengangkat alisnya, tersenyum licik dengan cara yang khas. "Minta apapun? Yakin?" jawabnya, seolah mempertimbangkan permintaan yang bisa ia ajukan. Dia berpura-pura berpikir, wajahnya menunjukkan ekspresi yang serius namun menggoda.
"Iya, tapi jangan yang aneh juga lah," Andara tertawa kecil, merasa sedikit was-was namun juga penasaran dengan apa yang akan diminta Mahesta.
Sebelum Mahesta sempat mengungkapkan permintaannya, suara klakson mobil Leo memecah suasana. Leo duduk di kemudi, dengan ekspresi datar, memberi isyarat bahwa saatnya mereka naik dan pulang. Andara dan Mahesta pun berlari, dengan Andara menggandeng tangan Mahesta, menuju mobil.
Perjalanan pulang dimulai, meninggalkan gunung dengan sejuta kenangan yang akan selalu terpatri dalam ingatan mereka. Dan di antara mereka, ada perasaan-perasaan yang mungkin masih harus diungkapkan, menunggu saat yang tepat untuk muncul ke permukaan.
***
Leo mengarahkan mobilnya ke depan apartemen, perlahan mengurangi kecepatan hingga berhenti dengan lembut. Di dalam mobil, suasana penuh dengan keheningan yang nyaman, menandakan bahwa perjalanan mereka telah mencapai akhirnya. Andara dan Mahesta turun dari mobil, menghirup udara segar sore yang terasa sejuk setelah perjalanan panjang.
"Terima kasih, Leo," ucap Andara dengan senyum tulus, matanya bertemu dengan Leo yang masih duduk di kemudi. Ada rasa terima kasih yang mendalam dalam suaranya, seolah kata-kata itu tak cukup untuk mengungkapkan rasa syukurnya.
Leo hanya mengangguk pelan, sejenak menatap Andara sebelum berpaling. Lena, yang duduk di kursi penumpang depan, membuka kaca jendela dan melambai kepada Andara. "Andara, gue pulang dulu ya," katanya, suaranya terdengar lembut namun ada sedikit kelelahan di sana.
Andara tak melewatkan kesempatan untuk menggoda sahabatnya. Dia berlari mendekati jendela mobil, menunduk dan berbisik dengan nada penuh canda, "Selamat berduaan." Senyumnya penuh arti, matanya berkilat nakal. Lena hanya bisa mendesah, mencoba menyembunyikan senyum yang merayap di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ENCHANTMENT
Jugendliteratur-Andai masalah semudah yupi untuk ditelan. Andara Lova Gaurika, gadis remaja dikepung ribuan masalah yang mengalir dari masa lalu dan masa kini, seperti ombak yang tak pernah berhenti menghempas. Mahesta Kastara Adiwangsa, seorang pria yang dibenci...