22. SALAH SANGKA

214 39 3
                                    

TYPO KOREKSI
VOTE DULU SEBELUM BACA
📚📚📚
___________

Murid-murid yang biasanya masuk pada pukul 07.00 kini terlihat tergesa-gesa memasuki gerbang sekolah pada pukul 06.40 karena ujian yang mendesak. Matahari baru saja muncul dari ufuk timur, menciptakan semburat jingga yang indah di langit pagi. Andara berlari dengan penuh semangat menuju gerbang sekolah, namun langkahnya terhenti ketika melihat gerbang telah terkunci oleh satpam yang berdiri tegak dengan seragamnya yang rapi.

"Pak, tolong izinkan saya masuk," ucap Andara dengan suara penuh harap, napasnya terengah-engah akibat lari cepatnya.

Mahesta, yang setia mengantar Andara setiap pagi, melihat situasi tersebut dari dalam mobilnya. Ia dengan cepat keluar dari mobil, langkahnya penuh keyakinan, dan menghampiri Andara yang tengah bernegosiasi dengan satpam.

"Pak, tolong beri keringanan pada murid yang terlambat. Jika hari biasa mungkin boleh dihukum, tetapi sekarang hari ujian akhir mereka," ucap Mahesta dengan nada memohon, matanya melirik murid-murid lain yang juga terlambat.

"Ini sudah peraturan, Pak," jawab satpam dengan nada tegas, namun ada sedikit ragu di matanya.

Mahesta tidak menyerah. Ia segera mengeluarkan handphone-nya dan menekan nomor kepala sekolah dengan cepat. Nada suaranya serius saat berbicara, wajahnya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. Setelah beberapa menit, percakapan itu selesai.

Tak lama kemudian, handphone satpam berbunyi. "Halo, Bu," ucap satpam, wajahnya berubah kaget dan penuh hormat. Ternyata, yang menelepon adalah kepala sekolah.

Suasana di depan gerbang sekolah semakin tegang saat satpam berbicara dengan kepala sekolah di telepon. Mahesta menunggu dengan cemas, menggenggam tangan Andara yang terlihat mulai putus asa. Anak-anak lain yang terlambat juga berdiri dengan penuh harap, berharap ada solusi yang baik untuk mereka.

"Baik, Bu. Saya mengerti," kata satpam setelah mendengarkan instruksi dari kepala sekolah. Wajahnya menunjukkan sedikit kelegaan, namun tetap berusaha menjaga wibawa sebagai petugas keamanan.

Satpam menutup telepon dan menghela napas sebelum menatap Mahesta dan Andara. "Baiklah, Pak, Ibu Kepala Sekolah memberi izin khusus hari ini. Tapi ingat, ini hanya pengecualian karena hari ujian," ucapnya dengan nada tegas namun penuh pengertian.

Andara tersenyum lebar, rasa lega menyelimuti hatinya. "Terima kasih, Pak," katanya penuh rasa syukur, lalu tersenyum kepada Mahesta yang menandakan ucapan terimakasih.

Mahesta mengangguk penuh penghargaan. "Terima kasih banyak, Pak. Ini sangat berarti bagi mereka," ucapnya tulus sebelum berbalik dan mengucapkan semoga sukses kepada Andara.

Andara, bersama murid-murid lainnya yang terlambat, segera memasuki gerbang sekolah dengan langkah cepat namun tetap berusaha tenang. Pagi itu, mereka mendapatkan pelajaran berharga tentang ketekunan dan pentingnya setiap detik dalam hidup mereka.

Sementara itu, Mahesta kembali ke mobilnya dengan hati yang lega. Ia tahu bahwa hari ini adalah salah satu momen penting dalam hidup Andara, Matahari semakin tinggi di langit, menandakan dimulainya hari yang baru penuh dengan harapan dan tantangan.

****

Mahesta berkendara di jalan raya dengan tenang, matanya tajam mengamati sekeliling. Tiba-tiba, ia melihat mobil papa Andara yang sedang melaju dengan kecepatan tetap. Kecurigaan menyelimuti pikirannya, dan tanpa ragu ia memutuskan untuk mengikuti mobil itu dari belakang. Setelah beberapa saat, mobil tersebut berhenti di depan sebuah gedung tinggi yang tampak angker dan tak terawat. Dindingnya kotor, jendela-jendelanya berdebu, memberi kesan bahwa gedung itu telah lama ditinggalkan.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang