5. KEKHAWATIRAN

554 51 4
                                    

🧚‍♀TYPO KOREKSI🧚‍♀️

_______________

Saat malam tiba, Andara memutuskan untuk berbelanja perlengkapan sekolah yang diperlukan untuk keesokan harinya. Dengan perasaan campur aduk, ia melangkahkan kakinya sendirian menuju mal yang biasanya ramai dikunjungi orang-orang. Hari yang menyenangkan besok membuat hatinya terasa bahagia, tetapi pemandangan di mal yang dipenuhi oleh pasangan-pasangan membuat Andara menjadi tidak bersemangat.

Dia menoleh ke kanan dan kiri, memperhatikan setiap sudut, dan menyadari bahwa semua orang tampak berpasangan. Hanya dirinya yang terlihat sendiri, tanpa seorang teman atau pasangan.

"Apaan sih, pacaran di mal," ucap Andara dengan nada setengah kesal. Namun, tanpa ia sadari, ucapannya terdengar oleh salah satu wanita yang sedang memilih baju di dekatnya. Wanita itu, bersama dengan pasangannya, mendengar komentar Andara dan merasa terusik.

"Situ jomblo ya?" tanya wanita tersebut dengan nada mengejek, sambil tertawa bersama pasangannya. Mendengar ejekan itu, hati Andara terasa panas, namun ia berusaha tetap tenang.

"Awas aja, setelah ini gue bakal punya pacar tajir, badan sixpack dan spek CEO, nggak kayak ini, kerempeng," jawab Andara dengan penuh keyakinan sambil menunjuk ke arah pacar si wanita. Andara berharap perkataannya bisa membalas ejekan yang ia terima.

"Dih, mimpi lo ketinggian," balas wanita tersebut dengan nada sinis, lalu dengan wajah kesal ia menarik pasangannya menjauh, meninggalkan Andara yang berdiri dengan perasaan campur aduk.

"Stres, ayo Andara pilih lalu pulang," batin Andara, karena melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 22.35. Andara merasa takut karena dia seorang wanita, apalagi dia hanya sendirian di mal yang mulai sepi.

Ting

Notifikasi ponsel Andara berbunyi, membuatnya terkejut sejenak. Andara pun membuka ponselnya dan mendapati sebuah pesan dari Mahesta, yang tampak khawatir karena Andara belum tiba di apartemen. Mahesta bertanya tentang keberadaan Andara dan menyarankan agar Andara segera pulang mengingat waktu yang sudah larut.

"Peraturan baru? kayaknya di apartemen gak ada peraturan kayak gitu deh, akal-akalan Mahesta pasti," ucap Andara dengan nada kesal, sambil mengerutkan kening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Peraturan baru? kayaknya di apartemen gak ada peraturan kayak gitu deh, akal-akalan Mahesta pasti," ucap Andara dengan nada kesal, sambil mengerutkan kening. Setelah mengeluh, Andara segera menutup ponselnya dan memutuskan untuk bergegas pulang.

Dia keluar dari mal dengan langkah cepat, merasa semakin tidak nyaman dengan situasi di sekitarnya yang mulai sepi. Setibanya di luar, Andara berdiri sejenak di tepi jalan, matanya mencari-cari taxi yang lewat untuk membawanya pulang ke apartemen dengan cepat.

Setelah beberapa menit menunggu di tepi jalan, Andara akhirnya melihat sebuah taksi mendekat. Dia melambaikan tangan, dan taksi itu segera berhenti di depannya. Andara masuk ke dalam taksi, memberikan alamat apartemennya kepada sopir, dan duduk dengan perasaan lega.

Setibanya di apartemen, Andara membayar ongkos taksi dan segera menuju kamarnya. Rasa lelah yang mendera membuatnya ingin segera beristirahat. Sesampainya di kamar, Andara langsung berganti pakaian dan merebahkan diri di atas tempat tidurnya yang nyaman. Tanpa berpikir panjang lagi, dia tertidur lelap, bersiap menghadapi hari yang baru esok hari.

****

Mahesta yang sejak tadi merasa khawatir karena Andara belum pulang, memutuskan untuk mulai mencarinya. Ia bertanya kepada satpam apartemen yang mengonfirmasi bahwa Andara memang belum kembali. Kegelisahan Mahesta semakin memuncak, dan ia pun segera mengambil kunci mobilnya.

Mahesta keluar dari apartemen dengan langkah cepat, menuju tempat parkir di mana mobilnya berada. Dengan cepat, ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Saat Mahesta memajukan mobilnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat layar ponselnya dan melihat bahwa satpam yang tadi dihubunginya sedang menelepon.

Dengan segera, Mahesta menjawab telepon tersebut. Satpam mengabarkan bahwa Andara baru saja tiba di apartemen dan sudah memasuki unitnya. Mahesta merasa lega mendengar kabar tersebut.

"Terima kasih, Pak," ucap Mahesta sambil menghela napas panjang. Ia mematikan mesin mobilnya dan keluar kembali menuju apartemen.

Saat tiba di apartemen, Mahesta bertemu dengan satpam yang telah membantunya. Saking penasarannya karena diminta untuk selalu menjaga Andara, satpam itu pun bertanya kepada Mahesta.

"Itu pacar ya, Pak?" ucap satpam sambil tersenyum penasaran.

Mahesta tersenyum tipis, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Bukan, Pak. Andara itu sahabat saya. Kami sudah saling kenal sejak lama, jadi saya merasa bertanggung jawab untuk memastikan dia aman," ucapnya berbohong.

Satpam mengangguk-angguk, memahami penjelasan Mahesta. "Oh, begitu. Saya mengerti, Pak. Jangan khawatir, saya akan terus menjaga Andara dengan baik," ujarnya dengan penuh tanggung jawab.

"Terima kasih banyak, Pak." Kata Mahesta sebelum melangkah menuju lift untuk kembali ke unitnya.

Setelah berbicara dengan satpam, Mahesta merasa lebih tenang. Ia masuk ke dalam lift, dan saat pintu lift tertutup, ia merenung sejenak, ia terheran-heran dengan perasaannya sendiri.

"Mengapa aku mengkhawatirkan anak itu?" gumam Mahesta, setengah bercanda, setengah serius. Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri, menyadari bahwa perasaannya terhadap Andara.

Sesampainya di unit apartemen, Mahesta tidak langsung tidur. Sebagai pemilik apartemen, ia masih memiliki tugas-tugas yang perlu diselesaikan. Mahesta duduk di mejanya, menyalakan lampu meja, dan mulai meninjau dokumen-dokumen yang harus ditandatangani serta merapikan administrasi keuangan apartemennya.

Waktu terus berlalu, dan tanpa disadari, malam semakin larut. Mahesta tetap terjaga, fokus pada pekerjaannya. Pikirannya masih sesekali melayang kepada Andara, tetapi ia mencoba mengalihkan perhatian dengan menyelesaikan tugas-tugasnya. Begadang hingga menjelang pagi, Mahesta akhirnya merasa sedikit lega karena berhasil menyelesaikan banyak pekerjaan yang tertunda.

Saat cahaya matahari mulai menyinari kota, Mahesta akhirnya menutup dokumen terakhir dan meregangkan tubuhnya yang lelah. Dengan perasaan campur aduk, ia bersiap untuk menghadapi hari baru.

______________

JANGAN LUPA VOTE MANIS
DI TUNGGU SELANJUTNYA
SEMANGAT KU DI KALIAN
💗💗💗

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang