35. PULIH

191 18 0
                                        

Ketika prosedur selesai, Leo merasa sedikit lelah, namun hatinya tenang. Ia telah melakukan apa yang bisa ia lakukan untuk Andara. "Kami akan segera menggunakan darah ini untuk Andara," kata perawat dengan suara lembut, mencoba memberikan semangat. Leo hanya mengangguk, duduk di sana dengan perasaan campur aduk antara kekhawatiran dan harapan.

Beberapa waktu kemudian, seorang dokter lain datang menghampiri Leo dengan senyum tipis di wajahnya. "Transfusi berjalan lancar. Sekarang kita hanya perlu menunggu respons tubuh Andara. Terima kasih atas bantuan Anda, ini sangat berarti," katanya.

Leo menghela napas lega, merasa beban berat sedikit terangkat dari bahunya. Namun, ia tahu perjuangan belum berakhir. Ia menatap ke arah ruang ICU tempat Andara berada, berharap gadis itu bisa kuat melewati cobaan ini. Di tengah semua ketidakpastian, Leo hanya bisa berharap yang terbaik, bahwa darah yang ia berikan akan menjadi penyelamat bagi Andara, mantan kekasih yang pernah begitu ia cintai.

***

Sementara itu, di tempat lain, Mahesta sedang duduk di sebuah kafe, menikmati secangkir kopi sambil menelusuri media sosial. Tiba-tiba, ponselnya bergetar dengan pemberitahuan yang masuk. Ia membuka pesan tersebut dan wajahnya langsung berubah serius. Pesan itu adalah dari salah seorang temannya yang memberitahu tentang kecelakaan yang menimpa Andara. Tanpa berpikir panjang, Mahesta segera bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan kopinya yang belum habis, dan bergegas menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Mahesta langsung menuju ruang tunggu, tempat di mana ia menduga teman-teman Andara mungkin berkumpul. Dari kejauhan, ia melihat sosok Leo yang sedang duduk dengan tatapan kosong, terlihat lelah namun penuh perhatian. Mahesta mendekat, dan Leo menoleh, sedikit terkejut melihat kedatangannya.

"Lo kesini?" tanya Leo, suaranya terdengar sedikit parau.

Mahesta mengangguk, mencoba menahan emosi yang berkecamuk dalam dirinya. Ia menatap Leo sejenak, lalu bertanya, "Gimana kondisinya?"

Leo menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Andara kehilangan banyak darah dan sekarang sedang dalam perawatan intensif. Gue udah donor darah buat dia," kata Leo, suaranya berat namun penuh tekad.

Mahesta terdiam sejenak, memproses informasi tersebut. "Terimakasih karena sudah membawa Andara kesini," katanya akhirnya, dengan nada yang tulus. Meskipun Mahesta dan Andara sudah tidak lagi bersama, dia masih peduli pada mantan kekasihnya itu.

Keduanya duduk dalam keheningan yang berat, hanya terputus oleh suara-suara dari rumah sakit yang ramai. Mereka menunggu dengan sabar, berdoa dalam hati agar Andara bisa melewati masa kritis ini. Meskipun mereka pernah memiliki perasaan yang berbeda terhadap Andara, saat ini, yang terpenting adalah kesehatannya. Di dalam hati, baik Mahesta maupun Leo, hanya ada satu harapan yang sama: melihat Andara bangun dan tersenyum lagi.

Waktu berlalu dengan lambat di rumah sakit, penuh dengan kecemasan dan harapan. Setelah berjam-jam menunggu dengan sabar, akhirnya dokter keluar dari ruang ICU dengan ekspresi yang lebih tenang. Leo dan Mahesta segera berdiri, mendekati dokter dengan rasa ingin tahu yang memuncak.

"Bagaimana kondisi Andara, Dok?" tanya Mahesta dengan suara yang hampir tak terdengar, dipenuhi kecemasan yang tak terbendung.

Dokter mengangguk kecil dengan senyum tipis, membawa sedikit cahaya di tengah kegelapan. "Andara sudah melewati masa kritis. Dia sadar, tapi masih perlu istirahat total untuk pemulihan. Dia stabil sekarang, tapi tetap butuh pengawasan ketat," jelasnya dengan nada tenang yang berusaha memberikan kepastian.

Kata-kata itu seperti angin sejuk yang meresap ke dalam hati Mahesta dan Leo. Mereka saling bertukar pandang, sebuah momen yang diam-diam diisi oleh rasa syukur yang dalam. Beban yang selama ini terasa berat di bahu mereka sedikit terangkat.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang