38. TIDAK WACANA

121 17 0
                                    

HELLO HELLO
VOTE DULU YA MANIS
🍇🍇🍇

Di depan sekolah yang sepi, suasana hening terasa menggelayut. Langit biru tanpa awan tampak seakan menyambut kedatangan mereka. Lena, Marvin, dan dua kawan lainnya berdiri menunggu, sesekali melirik arloji, menanti detik yang seolah berjalan lebih lambat dari biasanya. Hari itu mereka telah sepakat untuk bertemu, sekolah yang sedang libur menjadi titik pertemuan yang netral dan akrab.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam dengan lapisan kilat tiba di depan gerbang sekolah. Andara keluar dari mobil itu dengan langkah ringan, namun terlihat sedikit tergesa. Dia tersenyum ramah pada Lena saat mendekat. "Maaf ya kalau lama," ucapnya, dengan nada yang menyesal tapi tetap riang.

Dari sisi lain mobil, Mahesta muncul dengan tenang, membawa tas yang tampak penuh. Isinya baju ganti Andara dan sebuah kotak P3K yang tak luput dari perhatian Marvin. Ekspresi di wajahnya berubah menjadi sedikit heran. "Lah, orang ini ikut?" tanyanya dengan nada setengah bercanda sambil menunjuk ke arah Mahesta.

Andara hanya tertawa kecil, "Iya hehe, nggak papa ya?" Tatapannya beralih ke Lena, seolah mencari persetujuan.

Lena tersenyum lembut, mengangguk kecil, "Nggak papa sih," jawabnya. "Bentar kita tunggu Leo," tambahnya, mencoba menenangkan suasana.

Marvin yang sempat terlihat cemberut tiba-tiba berseri, "Leo ikut? Kok nggak bilang?"

Lena menarik nafas panjang, tampak sedikit menahan tawa. "Soalnya kita nggak punya mobil, kebetulan Leo punya mobil offroad," jawabnya dengan nada bersahaja, seakan semua sudah direncanakan dengan matang.

Galen yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara, "Hm, guys, gue, Varel, Marvin naik motor aja ya, jadi yang di mobil itu Lena, Andara, sama orang ini," katanya sambil menganggukkan kepala ke arah Mahesta.

"Lah kenapa gue yang bareng lo naik motor?" protes Marvin setengah bercanda, tetapi dalam hatinya ia tahu, keputusan ini tidak bisa diubah.

Tepat saat suasana mulai sedikit mereda, suara mesin yang kuat terdengar. Sebuah mobil offroad besar berwarna hijau tua melaju mendekat. Di balik kemudinya, Leo terlihat, dengan senyuman santai dan tatapan mata yang penuh percaya diri. Ia melambai pada teman-temannya sebelum mematikan mesin dan keluar dari mobil, "Ayo naik," ucapnya dengan nada yang ramah dan penuh antusiasme.

Satu per satu, mereka naik ke dalam mobil, kecuali Marvin dan kawan-kawannya yang memilih tetap dengan rencana naik motor. Angin berhembus sejuk, membawa serta aroma musim panas yang manis. Mereka semua bersiap untuk petualangan yang akan datang, dengan harapan dan cerita yang mungkin tak terduga.

***

Perjalanan mereka akhirnya membawa rombongan itu ke sebuah tempat wisata di gunung yang menjulang tinggi. Leo dengan hati-hati memarkirkan mobil offroad-nya di tempat parkir yang luas, sementara yang lainnya menunggu di dekat pintu masuk. Suara gemericik air terjun di kejauhan dan aroma segar hutan pegunungan memenuhi udara, menambah kesan magis di sekitar mereka.

Setelah memarkirkan mobil, Leo berjalan menuju loket tiket untuk membayar tiket mendaki. Di kejauhan, Lena memperhatikan Leo yang tampak sibuk, lalu mengalihkan pandangannya ke kelompok yang menunggu. "Itu Leo sudah selesai, yaudah ayo mulai jalan," katanya dengan semangat yang terpancar dari suaranya. Senyum kecil tersungging di bibirnya, menambah aura hangat yang selalu dibawanya.

Mereka pun mulai mendaki, melintasi jalur yang dibatasi oleh pepohonan yang rimbun dan jalan setapak yang berliku. Kedua kawan Marvin berjalan paling depan, terlihat antusias menaklukkan setiap tantangan di depan mereka. Marvin dan Lena mengikuti dari dekat, beriringan dengan langkah yang kompak. Andara berjalan di belakang Lena, dengan Mahesta dan Leo yang menjaga di bagian belakang rombongan, memastikan semuanya berjalan lancar.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang