16. KEJUJURAN

281 34 1
                                    

Kalau ada typo koreksi aja
Jangan malu-malu
Nanti author yang malu😞
_________________

Hari Senin, hari yang terasa begitu jauh dari akhir pekan. Seperti biasa, Andara duduk di kelas dengan rasa tidak bersemangat. Di bangku belakang, Marvin memperhatikan Andara yang tampak malas. Senyum nakal tersungging di wajahnya saat ia meremas kertas menjadi bola kecil dan melemparkannya ke arah Andara.

Tepat mengenai kepala Andara, yang sontak berteriak kaget. Lena, yang duduk di samping Andara, pun terkejut mendengar teriakan itu. Suasana kelas seketika berubah, dengan bisikan-bisikan kecil dan tawa tertahan. Mata Andara berkilat marah, sementara Marvin hanya tertawa puas dengan keusilannya.

"Bisa gak sih, lo gak usah ganggu, satu hari aja," ujar Andara, nadanya penuh kesal.

"Gak bisa," jawab Marvin singkat, dengan senyum lebar di wajahnya, sama sekali tak merasa bersalah.

Tiba-tiba, siswa-siswi keluar dari kelas dan berlari menuju aula, riuh rendah suara mereka mengisi koridor sekolah. Andara, Lena, dan Marvin saling berpandangan, kebingungan melihat kehebohan yang tiba-tiba ini. Andara memperhatikan satu per satu siswa yang keluar dengan wajah senang namun penuh rasa ingin tahu, seperti ada magnet yang menarik mereka.

"Eh, mau pada kemana?" tanya Marvin pada salah satu temannya, matanya menyipit mencoba memahami situasi.

"Lo gak tau? Di aula ada detektif ganteng yang datang ke sekolah. Katanya sih mau nyelidiki kasus teman kita yang meninggal karena dibunuh," jawab temannya dengan antusias, matanya berbinar seolah berita itu adalah hal paling menarik yang pernah terjadi di sekolah mereka.

"Dibunuh?" Andara terkejut, suaranya hampir berbisik. Tanpa ragu, ia menggandeng tangan Lena, yang juga tampak terpana, dan bergegas menuju aula, mengikuti arus siswa yang penasaran.

Sesampai di aula, benar saja, hampir semua murid berkumpul dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka saling berbisik, menebak-nebak alasan kedatangan detektif. Andara yang baru sampai, mendesak beberapa siswa untuk minggir karena menghalangi jalannya. Dengan susah payah, akhirnya ia berhasil berada di depan dan bisa melihat jelas melalui jendela aula.

"Mahesta?" gumam Andara terkejut saat melihat Mahesta berada di dalam aula, sedang berbicara dengan beberapa guru.

Lena, yang berhasil maju hingga berada di posisi kanan Andara, ikut melihat ke dalam aula. "Itu kan cowok yang bareng lo di toko es krim kemarin," bisiknya, matanya tak lepas dari Mahesta.

Andara hanya menganggukkan kepala, matanya tetap terpaku pada sosok Mahesta yang tampak serius berbicara dengan guru-guru. Hatinya berdebar kencang, tak menyangka bahwa sosok yang ia kenal kini berada di pusat perhatian seluruh sekolah.

Tiba-tiba, tiga satpam muncul entah dari mana, mendesak para siswa yang berkerumun di aula untuk kembali ke kelas. "Ini urusan guru kalian, masuk kelas sekarang," ujar salah satu satpam dengan suara tegas.

Siswa-siswi yang tadinya penuh semangat kini menggerutu, perlahan membubarkan diri dan kembali ke kelas masing-masing. Aula yang semula dipenuhi kegaduhan, perlahan kembali hening, hanya menyisakan kehadiran guru-guru dan Mahesta di dalamnya.

Andara dan Lena memutuskan untuk tidak kembali ke kelas, melainkan menuju ke kantin, tempat yang selalu penuh dengan aroma makanan dan hiruk-pikuk percakapan. Di sana, mereka tidak sendirian; geng Marvin segera bergabung, membawa suasana riuh mereka. Melihat ada tempat kosong di sebelah Andara, Marvin dengan cepat mengambil kesempatan untuk duduk lebih dekat dengannya.

"Modus," sindir Lena dengan wajah sinis, melirik Marvin dengan tatapan menuduh.

Marvin hanya tersenyum kecil, tak terpengaruh oleh komentar Lena. "Lo ngelamun apa sih?" tanyanya pada Andara, memperhatikan betapa diamnya Andara sejak tadi.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang