23. PENGADILAN

211 37 3
                                    

TYPO KOREKSI
🧚‍♀️🧚‍♀️
____________


Andara masih menangis saat keluar dari bioskop, air matanya mengalir perlahan di pipinya yang merah, sementara tangannya dengan lembut mengusap mata sembari memakan sisa popcorn yang ada di genggamannya.

"Lo nangis mulu, nangisin cowok gak ada gunanya," ucap Marvin dengan nada setengah bercanda, namun tatapannya penuh perhatian.

"Siapa yang nangisin cowok? Gue nangis gara-gara lo, ngapain sih pesen tiket film yang sedih? Kenapa gak horor atau komedi?" balas Andara dengan suara bergetar, matanya masih berkaca-kaca. Film yang Marvin pesan adalah Trauma Keluarga Kesayangan, sebuah kisah yang sangat mirip dengan pengalaman pribadi Andara, yang membuatnya menangis tersedu-sedu.

"Oh, kirain nangisin Mahesta soalnya jalan sama cewek," gumam Marvin, suaranya pelan namun penuh rasa penasaran.

"Anter gue pulang," pinta Andara, suaranya pelan namun tegas.

Mereka pun melangkah menuju lantai paling bawah, melewati koridor yang lengang dan masuk ke dalam lift. Namun, saat pintu lift tertutup, mereka berpapasan dengan Mahesta dan seorang wanita yang berdiri di sampingnya. Andara terkejut, namun dengan cepat berpura-pura tidak melihat Mahesta.

"Andara," panggil Mahesta saat lift mulai bergerak turun.

"Hm?" jawab Andara dengan suara datar, meski hatinya berdebar kencang.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Mahesta, suaranya terdengar cemas.

"Nonton bioskop," jawab Andara singkat. Pintu lift pun terbuka, menandakan semua penumpang harus keluar. "Gue duluan," ucapnya cepat, tanpa menoleh ke arah Mahesta.

Marvin tetap dengan wajah datarnya, namun di dalam hatinya dia merasa senang karena melihat ada peluang untuk mendekati Andara di tengah keretakan hubungan Andara dan Mahesta.

Sementara itu, Mahesta terheran-heran dengan sikap Andara saat ini. Dia berpikir keras, mencoba memahami perubahan sikap Andara yang tiba-tiba. Dengan pandangan yang penuh keraguan, dia menatap wanita yang ada di sampingnya. "Oh, Andara pasti kesal karena saya berjalan dengan wanita ini," gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Padahal, Mahesta berjalan dengan wanita ini bukan tanpa alasan. Dia punya misi penting yang harus diselesaikan. Wanita itu adalah bagian dari rencana besar yang melibatkan penegakan keadilan. Mahesta hanya ditugaskan untuk membuat wanita itu merasa nyaman dan terhibur, sambil mengumpulkan bukti untuk menjeratnya jika dia terbukti bersalah. Di balik senyum dan keceriaan yang dia tampilkan, ada beban tanggung jawab yang berat di pundaknya.

****

Di sepanjang perjalanan, Marvin melihat Andara dengan bibir manyun yang menandakan kekesalan. Angin malam yang sejuk berhembus, namun suasana hati Andara tetap mendung. Hingga tiba di apartemen, Andara turun dari motor Marvin masih dengan ekspresi manyun yang tidak berubah.

"Manyun mulu, kayak bebek," goda Marvin sambil mencomot bibir Andara dengan lembut, membuat Andara terkejut.

"Bisa-bisanya lo pegang bibir gue," ucap Andara dengan nada tak percaya. "Pergi gak? Gue masuk, mau basuh mulut gue yang ternodai tangan lo."

"Gitu amat, neng," jawab Marvin dengan senyum nakal.

"Nang neng nang neng, gak lucu," balas Andara, menggelengkan kepala sambil melangkah menuju pintu apartemennya. Hatinya masih bercampur aduk antara kesal dan terkejut oleh tindakan Marvin yang tiba-tiba.

Andara memasuki apartemen, langkahnya sedikit tergesa karena perasaan yang masih berkecamuk. Seorang resepsionis segera menghampirinya dengan senyum ramah. "Mbak Andara, tadi ada wanita yang ingin bertemu Anda. Dia masih di toilet, mungkin Mbak bisa tunggu dulu di kursi itu," katanya dengan sopan.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang