Pada akhirnya, Moza pun membawa Elena pergi ke hotel. Mereka sudah menemukan rumah yang layak untuk Elena. Cuman, masih mbutuhkam renovasi yang lumayan banyak. Karena rumah yang ada saat ini, sudah jarang sekali ditempati dan tidak terawat. Itu sebabnya Moza besok harus mencari tukang untuk memperbaiki rumah itu. Dari tembok, kaca yang pecah dan juga pintu yang bahkan setengahnya saja tidak terpasang dengan benar. Belum lagi juga harus mengecat ulang agar terlihat bagus dan nyaman ditempati. Tidak mungkin Moza meminta Elena untuk tinggal di rumah yang bisa dikatakan tidak layak ditempati saat ini.
"Semua tagihan udah masih ke aku. Sementara waktu, selama rumah itu belum selesai kamu tinggal disini. Kalau kamu butuh apapun cepat hubungi aku." kata Moza, menyimpan kartu platinum miliknya.
Elena mengangguk, dia pun menatap tas jinjingnya yang besar itu dengan nafas beratnya. Dia harus menjadi beban hidup temannya dulu, padahal mereka juga baru bertemu setelah menikah jarang berkumpul. Rasanya Elena malu, menerima bantuan sebanyak ini dari Moza. Sedangkan sejak dulu, Moza selalu saja membantunya apapun yang terjadi pada hidup Elena.
"Za, makasih ya kamu udah mau bantuin aku." kata Elena tidak enak hati. Baru beberapa hari ketemu dengan Moza, tapi Elena sudah merepotkan pria itu sampai sekarang malah harus menanggung beban hidup Elena.
"Nggak usah ngerasa kayak gitu. Bagaimanapun kita itu kan teman, nggak mungkin aku ngebiarin kamu susah sendiri kayak gini." jelas Moza.
Dari dulu, Moza selalu tidak tega jika ada salah satu temannya menghadapi masalah. Apalagi itu Elena, sudah dipastikan Moza akan melakukan apapun untuk melindungi wanita itu. Memberikan hal yang terbaik dan juga keamanan wanita itu. Setidaknya Moza harus menyingkirkan Rizky dengan cepat agar Elena tidak merasa terancam. Jika pria itu masih di kota yang sama Elena akan terus mendapat tekanan dari Rizky.
"Jujur aja sih, aku nggak enak sama kamu sama Triska. Udah banyak banget bantuin aku. Apalagi setelah bertahun-tahun nggak ketemu, sekali ketemu malah nyeret kamu masuk ke dalam masalah hidup aku." terang Elena sedih. Dia juga takut jika Rizky nekat melukai Moza karena ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka.
"Nggak papa, santai aja. Lagian aku juga cuma bisa bantu begini, seenggaknya aku harus mastiin Rizky pergi dulu dari kota ini dan kamu merasa aman.”
Moza meminta Elena untuk segera masuk dan istirahat. Sedangkan dirinya akan pulang ke rumah, apalagi Triska yang sudah menelponnya berkali-kali. Pria itu tahu, jika Triska sangat mengkhawatirkan Moza dan juga Elena. Makanya tidak berhenti menelpon terus menerus.
Memastikan jika wanita itu sudah masuk. Dan meminta resepsionis dan juga satpam untuk menahan atau melaporkan Rizky yang tiba-tiba saja mencari Elena sampai sini. Barulah Moza masuk ke mobilnya dan segera pulang.
Membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit, akhirnya Moza pun sampai di rumah. Dia bisa melihat Triska yang langsung menghampirinya dengan wajah khawatirnya.
"Gimana Elena?" tanya Triska penuh harap. Berharap dia selamat dan mantan suaminya tidak mengikutinya.
"Dia baik-baik aja sih, tadi pas aku antar dia pulang suaminya nggak ada." jelas Moza berbohong.
Dia tidak mungkin memberitahu Triska, jika Moza sudah memindahkan Elena ke rumah baru. Bahkan Moza sendiri yang membelikan rumah baru itu untuk Moza. Dan yang jelas, semua kebutuhan Elena itu adalah tanggung jawab Moza. Entah kenapa dia melakukan hal ini pada Triska. Sedangkan dia sudah berjanji, kalau dia akan selalu terbuka apapun pada istrinya ini. Tapi kalau masalah Elena, rasanya Moza belum siap Triska mengetahui semuanya. Mungkin dia membutuhkan waktu lagi untuk berkata jujur pada Triska setelah itu.
"Kamu yakin? Aku ngerasa nggak enak banget loh perasaan aku." kata Triska menyentuh dadanya.
Moza tersenyum. "Udah. Kamu tenang aja, suaminya nggak mungkin datangi dia lagi. Aku sudah lapor pak Rt kok."
"Syukur deh kalau begitu. Ayo masuk, aku sudah masak makanan kesukaan kamu loh. Naufal juga udah nunggu kamu di meja makan."
Moza tersenyum getir, dia pun masuk ke rumah itu bersama dengan Triska. Bahkan Moza bisa melihat Naufal yang lagi nonton televisi kartu. Bocah kecil itu ternyata sudah besar, tak terasa dia akan memasuki masa remajanya. Mengacak rambutnya, Moza pun segera berlari ke arah tangga sebelum Naufal mengamuk. Karena selama ini, Naufal paling tidak suka jika kepalanya di usap.
Membutuhkan waktu lima belas menit, Moza turun dari arah tangga. Suaminya itu terlihat tampan setelah mandi. Meskipun nggak mandi pun tetap saja terlihat tampan dimata Triska. Tidak pernah berpenampilan berlebihan, dan apa adanya seperti pria selayaknya. Itu sebabnya Triska sangat mencintai Moza sejak dulu sejak pertama kali mereka bertemu.
Langsung saja Triska meminta Naufal dan Moza untuk duduk anteng. Sedangkan dirinya, mengambilkan nasi dan lauk untuk mereka.
"Yah … hari ini Bunda itu masak kesukaan Ayah semua." kata Naufal cekikikan.
"Harus dong, kan Bunda sayang sama Ayah." goda Moza tertawa kecil.
Naufal cemberut. "Loh … Bunda ya sayang sama Naufal kali, Yah."
"Nggak ada sayur sop. Jadinya belum bisa dikatakan sayang, kalau Bunda sayang sama Naufal."
Tentu saja hal itu langsung membuat Naufal cemberut. Dia pun langsung menatap Triska dan bertanya, apa iya Triska itu tidak sayang padanya sehingga Triska tidak mau memasak untuknya?
Jika dilihat semuanya itu tidak benar. Moza itu suka sekali menggoda anaknya hingga marah. Kalau Triska tidak masalah kesukaan Naufal, kan bukan berarti Triska tidak menyayangi Naufal. Dia menyayangi bocah kecil itu, hari ini Triska memang tidak memasak sayur sop. Bahkan bisa dikatakan hampir setiap hari Triska masak sayur sop untuk Naufal. Tentu saja hal itu langsung membuat Triska bosan melihat banyak sayur sop setiap harinya. Dan untuk meni baru, malam ini Triska memasak ayam goreng, capcay dan juga tumis kentang.
"Capcay kan sama kayak sayur sop. Isinya juga sama kan? Cuma nggak ada kuah, sama ada sawi hijau." jelas Triska.
"Tapi kak Naufal suka sayur sop, Bunda." ucap Naufal cemberut.
"Yaudah besok masak sayur sop. Jangan dengerin Ayah, dan Ayah lagi godain Naufal biar marah." kekeh Triska.
"Ayah kan suka begitu. Jahat sama Naufal."
Tertawa kecil dengan banyaknya cerita Naufal, dan juga Moza yang lebih banyak menggodanya hingga bocah itu marah. Triska sesekali meminta Moza untuk menyudahi pertengkaran kecil mereka. Tapi disisi lain, Triska juga menyadari jika hal ini tidak akan terulang kembali ketika Naufal dewasa nanti dan mengenal dunia luar Dan juga siklus pertemanan, apalagi mengenal lawan jenis. Bahkan Triska berpikir jika waktu untuk bersama akan semakin menipis.
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/300673928-288-k978686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...