Chapter-64

215 12 0
                                    

Dengan menggunakan gaun berwarna blue sky. Triska sudah siap datang ke acara pesta yang di bicarakan kemarin dengan Bagas. Menyambut pengusaha baru dari luar, yaitu Lindo grup yang dipimpin oleh Alindo Wijaya.  Rasa penasaran Triska tidak bisa terbendung. Ketika melihat panggung kecil dengan banyaknya orang di sekitar panggung, dia begitu penasaran dengan wajah pemilik perusahaan Lindo. Entah bagaimana rupanya yang jelas sangat menawan banyak orang untuk bekerjasama. Apalagi disini juga ada Moza yang datang bersama dengan Maya. Tumben sekali? Biasanya pesta seperti ini kebanyakan yang datang adalah sepasang suami istri bukan yang lain. Tapi Moza … mungkin saja dia melakukan itu agar terlihat jika dia adalah orang yang paling tersakiti.

Menarik nafasnya Triska memilih untuk membuang pandangannya ke arah samping ketika tak sengaja pandangan merek  berpadu satu sama lain. Moza yang masih stay dengan tatapan tajam dan menilai sedangkan Triska lebih ke malas jika harus berhadapan dengan Moza. Dulu wanita itu begitu mencintai Moza, tapi sekarang tak Sudi rasanya jika dia harus berinteraksi dengan pria itu. Rasa sakit yang luar biasa membuat Triska enggan untuk saling sapa.

“Triska … kamu datang kesini juga.” Kata seseorang menyentuh bahu Triska.

Wanita itu sedikit terkejut, dengan keuntungan yang dimana air minum dalam mulutnya tidak dia semburkan keluar. “Nisa kamu disini?”

Ya, wanita itu adalah Nisa yang langsung tersenyum bahagia melihat Triska berada ditempat yang sama. Setidaknya masih ada satu orang yang dia kenal di tempat seramai ini. Sedangkan tadi sebelum berangkat Nisa sudah berjanji pada dirinya, jika tidak ada satu orang pun yang dia kenal dia akan kembali pulang dan melupakan malam ini. Tapi yang ada Nisa malah bertemu dengan Triska di tempat seperti ini.

“Kamu kesini sama siapa?” Tanya Nisa penasaran

Triska tersenyum menatap sekeliling tempat ini dengan enggan. Dia datang kesini tentu saja sendiri, tapi yang membuat dia tidak percaya diri adalah baju yang dia kenakan menjadi pusat perhatian banyak orang. Apalagi sejak masuk ke tempat ini banyak sekali orang yang langsung berbisik, soal perceraiannya dengan Moza.

“Sendiri. Kamu?”

“Aku sama Rizky. Nemenin dia sih lebih tepatnya, tapi sekalian cari klien baru.” Kekeh Nisa.

Triska juga ikut terkekeh. Satu persatu teman Moza yang ia kenal pun datang dan menghampiri Triska. Hanya sekedar menjabat tangan dan bertanya kabar, setelah itu mereka pun menghampiri Moza yang sibuk dengan Maya. Disini banyak sekali orang yang berhadapan dengan Moza  entah apa yang mereka bicarakan, tapi terlihat jelas saling bertukar informasi dan nomor ponsel. Mungkin saja mereka ingin bekerjasama dengan Moza, setelah mendapatkan penolakan dari Bagas. Tapi bagus juga … meskipun Triska sudah berhasil menurunkan pamor perusahaan dimana Moza bekerja.

“Itu bukannya Triska ya istrinya Pak Moza? Masih punya muka ya ternyata tampil di depan publik setelah berselingkuh. Meninggalkan suami dan juga anaknya demi pria lain, bodoh sekali dia!!” Kata seseorang yang masih bisa didengar oleh Triska

Triska hanya menoleh sejenak lalu tersenyum. Separah itu ya yang Moza katakan.

“Iya … kalau aku sih langsung malu. Ketemu begini bukannya menghindar malah bangga banget dia.” Kata orang lain juga.

Triska yang dibicarakan pun hanya menggeleng kecil, mereka tidak tahu yang sebenarnya tapi lebih percaya omongan orang yang tidak tahu diri seperti Moza?

Suara tepuk tangan menarik atensi Triska. Wanita itu menatap ke arah panggung yang ternyata sudah ada satu orang berdiri disana. Triska melipat kedua tangannya di depan dengan pandangan yang lurus kedepan. Menandakan acaranya sudah dimulai.

“Selamat malam semuanya … .”

Disini bisa dilihat banyak orang yang langsung berbisik, yang tadinya mereka membicarakan Triska sekarang mereka sahut-sahutan tentang CEO grup Lindo yang baru.

Sang mc pun mempersilahkan seseorang untuk naik ke atas panggung. Disinilah Triska langsung membuka bibirnya dengan lebar, matanya melotot dengan sempurna ketika tahu siapa yang naik ke atas panggung itu. Siapa lagi jika bukan …

“Pak Bagas … bagaimana mungkin?” Pekik Triska tanpa sadar.

Secara wajah mereka hampir mirip, bedanya tatanan rambut. Tapi masa iya baru beberapa menit Bagas sudah bisa ganti model rambut dan juga warna baju? Sedangkan seingat Triska baju mereka memiliki warna yang sama blue sky. Sedangkan pria yang berdiri di atas panggung menggunakan baju berwarna hitam pekat. Apa iya Bagas membawa dua baju sekaligus?

Orang yang dipanggil Bagas pun tersenyum kecil, dia pun menundukkan kepalanya sebagai penghormatan. Memperkenalkan dirinya Alindo Wijaya sebagai pemimpin grup Lindo yang baru. Wanita itu menatap sekeliling tempat ini dan menemukan Bagas  yang berdiri di samping panggung dengan mata mendelik. Jangan bilang kalau mereka …

“Aku sudah menduga, dan dugaan ku benar.” celetuk Nisa yang langsung menarik perhatian Triska.

“Maksudnya?”

Sungguh untuk saat ini otak Triska tidak bisa diajak kerjasama. Tiba-tiba saja dia ngeblak dengan apa yang ada di hadapannya. Begitu juga dengan ucapan Nisa yang membuat penasaran Triska berkali-kali lipat.

“Ini—”

“Triska mungkin kamu lupa. Tapi Bagas yang sekarang yang selalu bersama kamu itu adalah Bagas teman kita waktu sekolah dulu.”

Triska benar-benar bingung dengan penjelasan Nisa. Mana mungkin dia punya teman yang bernama Bagas, jika pun ada kenapa Triska bisa lupa? Lagian teman satu kelas tidak mungkin membuat Triska lupa satu pun. Dia masih ingat betul temannya dulu siapa saja, jangankan nama panggilan nama lengkapnya saja Triska masih ingat betul dan juga nomer absennya. Masa iya hanya karena Bagas saja dia bisa sampai lupa?

“Laki-laki yang pake kacamata sama tompel. Dia dulu sering dibully sama Dicky orang yang suka sama kamu, karena kamu sering belain Bagas waktu di dibully. Kamu juga sering beliin Bagas sarapan, minuman susu sama roti. Kalau nggak punya ongkos kamu yang ongkosin Bagas pulang naik bus. Masa iya lupa?”

Triska mencoba mengingat ucapan Nisa. Waktu sekolah dulu memang dia pernah menolong seseorang bernama Bagas, bukan berarti Bagas yang waktu itu Bagas yang sekarang kan? Nama Bagas banyak dan Bagas yang sekarang bukan orang yang ditolong Triska dulu. Kalaupun iya minimal tompel di pipi Bagas tidak hilang. Kalau di operasi kudunya ada bekas sayatan atau apapun itu. Tapi masalahnya Bagas yang saat ini sering bersama dia bukanlah Bagas yang punya tompel di pipi kirinya.

Nisa tersenyum, menaruh gelas kristalnya di meja bundar dekat dengan dirinya berdiri. “Memang nyatanya itu, dia Bagas yang pernah kamu tolong. Terus masalah tompel, yang jelas itu tompel palsu. Aku pernah lihat wajah asli Bagas, dan dia memintaku untuk diam. Dan waktu kamu cerita masalah Bagas, disitulah aku mikir ini Bagas orang yang sama atau bukan? Taunya orang yang sama. Dia adalah Bagas cupu yang sering kamu lindungi.” Jelas Nisa kembali.

Dada Triska kembali sesak belum lagi Bagas yang sudah bersanding dengan Alindo di sampingnya. Salah satu diantara mereka menunjuk ke arah Triska, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas mereka pasti membicarakan Triska dan juga Nisa.

“So... She's the reason you came back quickly?” ucap Alindo menyenggol lengan Bagas dan tersenyum mengejek.


To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang