Menyodorkan sebungkus makanan dan juga minuman, Bagas pun meminta Triska untuk mengisi perutnya. Sejak kemarin malam Triska belum makan apapun, sudah dipastikan wanita itu menahan lapar sangking khawatirnya dengan keadaan Naufal. Demam Naufal juga sudah menurun, meskipun belum membuka matanya tapi dilihat dari analisa dokter semuanya tidak perlu dikhawatirkan.
“Dari kemarin kamu belum makan, kalau kamu sakit siapa yang akan menjaga Naufal. Suami kamu saja tidak peduli dengan keadaanmu dan juga Naufal.” ucap Bagas.
Triska membuang nafasnya kasar. “Terimakasih ya Bagas, kamu sudah peduli dengan kami. Maaf aku merepotkan kamu dari kemarin malam.”
“Tidak masalah. Makan saja.”
“Kamu sudah makan?”
Bagas mengangguk, dia sudah makan sebelum membelikan sebungkus nasi untuk Triska. Pria itu juga meminta maaf pada Triska hanya bisa membelikan nasi bungkusan di kantin, karena sejak tadi Bagas juga makan itu. Hanya saja dalam pikiran Bagas belum tentu Triska mau makan bersama dengan dirinya, itu sebabnya Bagas makan duluan dan membawakannya untuk Triska.
Dengan lahap Triska pun menghabiskan nasi bungkus yang Bagas berikan. Benar kata pria itu, jika Triska sakit siapa yang akan mengurus Naufal? Moza juga seolah tidak peduli dengan keadaan Naufal, tidak pulang, tidak bertanya kabar sama sekali pada Triska hanya sekedar bertanya anaknya sudah mati atau belum. Tapi yang ada Moza sama sekali tidak peduli.
Melipat bekas bungkus nasi, Triska pun meneguk minumnya hingga setengah. “Terimakasih.” lalu, “Aku tinggal mandi dulu ya, tolong jagain Naufal sebentar.”
Bagas mempersilahkan Triska untuk segera mandi. Lalu kembali masuk ke ruangan inap Naufal dan menatap bocah itu yang masih tertidur pulas disana. Dia hanya bangun dan memastikan ibunya ada di sampingnya, tanka mempertanyakan ayahnya ada atau tidak. Entah apa yang ada dipikiran Moza kali ini, anaknya yang sekarat bukannya pulang malah asik sendiri disana. Menggeleng cepat, Bagas pun memilih untuk menelpon Nico memberitahu prai itu jika Naufal tengah masuk rumah sakit. Dan Bagas juga meminta tolong Nico untuk mengabari Moza jika anaknya membutuhkan pria itu.
Duduk santai di samping brankar, Bagas pun menghela nafasnya kasar. Dia pun segera menutup kedua matanya dengan pelan, mendengar suara gemericik dari arah kamar mandi mendadak Bagas memikirkan nasib Triska dan juga Naufal setelah ini. Wanita itu baik, tulus dan juga ramah talu dipertemukan dengan orang yang tidak bersyukur memiliki dia. Wanita itu sudah pasti tahu betul bagaimana Moza di masa lalu, sehingga dengan lapang dada masih mau menerima Moza dengan harapan dapat dicintai. Tapi yang ada bukannya cinta yang Triska dapat hanya sakit yang wanita itu dapat.
Suara decitan pintu membuat Bagas membuka matanya lebar, hal pertama yang dia lihat adalah pintu kamar mandi yang terbuka lebar dan menunjukkan raut wajahnya Triska yang terkejut. Alis Bagas terangkat sebelah dan tersenyum tipis. Lalu memalingkan wajahnya untuk tidak menatap Triska, mungkin wanita itu risih dengan tatapan Bagas hingga menundukkan kepalanya ketika kedua pandangan mereka bertemu sama lain.
“Sorry aku nggak tau kalau kamu disitu.” kata Triska tidak enak hati, sambil membenarkan handuk yang ada di atas kepalanya.
“Gak masalah, aku juga lagi nunggu dokter visite kesini. Udah jam sepuluh kenapa belum diperiksa ya.”
“Tunggu aja, mungkin sedikit telat.” duduk di sofa rumah sakit, Triska maupun Bagas terkejut bukan main ketika pintu ruang inap dibuka secara ugal-ugalan. Siapa lagi juga bukan Nico yang datang dengan nafas ngos-ngosan. “Ini … kamu kok tau Naufal di rumah sakit ini?” tanya Triska heran.
“Aku dokter kandungan yaaa. Dan aku praktik disini juga, Bagas yang kasih tau, btw!!” jelas Nico.
Pria itu mendekati Bagas yang duduk di brankar melihat kondisi Naufal yang masih menutup matanya Nico pun membuang nafasnya kasar. Bahkan Triska juga bisa melihat mereka yang berbicara serius tanpa mempedulikan wanita itu. Entah apa yang mereka bahas tapi yang jelas Triska samar-samar mendengar nama Elena di setiap ucapan mereka.
Memangnya ada apa dengan Elena? Apa ada hubungannya juga dengan Moza?
****
Triska pergi sebentar ke supermarket depan rumah sakit, dia membeli beberapa cemilan dan juga minuman untuk dirinya dan juga ibunya. Untung saja ketika Triska bilang Naufal masuk rumah sakit ibu dan ibu mertuanya datang untuk melihat keadaan cucu mereka. Hanya saja sampai detik ini Moza belum juga datang untuk melihat keadaan anaknya seperti apa.
“Triska … .” panggilan itu membuat Triska menoleh, menatap Rizky yang datang dengan tergesa-gesa. “Aku nyariin kamu dari kemarin, kamu kemana sih?” ujarnya.
“Anak aku masuk rumah sakit, ada apa? Tumben banget kamu nyariin aku tanpa Nisa.”
Rizky mengeluarkan selembar kertas yang pernah Triska berikan pada Nisa. Lembaran itu berisi surat dari bank yang dimana Moza harus membayar kartu kredit dengan jumlah yang besar. Dia masih ingat betul nomor kartu yang tertera berbeda dengan kartu yang Triska bawa selama ini.
“Tentang ini. Aku mau jelasin tapi kamu nggak boleh marah.”
“Kenapa?”
“Kartu ini atas nama Moza sendiri, laporan koran ini aku dapat dari temen aku dan Moza sering transfer uang ke Elena dengan jumlah yang besar. Moza membelikan Elena rumah baru nggak tau posisinya ada dimana, terus habis itu setiap bulan Elena mendapat jatah dua puluh persen dari gaji Moza.”
Triska menatap Rizky dengan tidak percaya. Pantas saja jatah bulanan dipotong begitu banyak karena ada dua wanita yang harus Moza hidupi. Benar kan dugaan Triska tidak mungkin jika mereka hanya sebatas teman saja. Kalau hanya sebatas teman, tidak mungkin sampai menolong sejauh itu, membelokan rumah terang-terangan membawa wanita ular itu pulang, sampai bertengkar dengan mantan suaminya pun Moza lakukan. Apa iya hanya sebatas teman? Rasanya tidak mungkin.
Air mata Trisak luruh begitu saja tanpa permisi, dia pun menatap lembaran itu dengan mata yang buram. Kenapa setega itu? Apa kurangnya Triska untuk Moza? Makalah memang hanya sebatas teman untuk apa juga Moza membelikan wanita itu rumah? Kalaupun iyaaaa kenapa Moza tidak memberitahu Triska?
Mengacak rambutnya dengan frustasi sekarang Triska sadar selama ini ada banyak orang yang memberitahu dirinya tentang hubungan Moza dan Elena. Hanya saja Triska mencoba mengabaikan karena dia belum tahu apa yang terjadi, sekarang apa yang dia lihat apa yang terjadi sekarang adalah buah dari kebodohannya yang terlalu percaya dengan apa yang dikatakan Moza. Dia begitu mencintai Moza tapi yang terjadi pria itu lebih memperjuangkan wanita lain ketimbang Triska. Pantas saja saat tahu Naufal sakit dia tidak merasakan terganggu sama sekali.
“Ini—Ini—”
“Satu hal lagi yang harus kamu tahu.” potong Rizky cepat.
Triska menatap Rizky dengan serius. “Apa? Ada apa?”
Rizky menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata, “Mereka sudah menikah siri dan sekarang Elena tengah hamil.”
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...