Selembar surat dari pengadilan membuat Triska tersenyum, dia tidak pernah datang ke pengadilan ketika ada undangan untuk datang sidang. Dengan alasan sibuk kerja, Triska juga malas jika harus bertemu dengan Moza. Itu sebabnya sudah perceraian mereka lumayan cepat. Hanya menempuh waktu tiga bulan saja, Triska sudah mendapatkan akta cerai yang dia inginkan. Wanita itu tersenyum kecil, mengambil surat itu dan menyimpannya.
“Terimakasih sudah membebaskan ku, Moza!!” Ucap Triska dengan senang hati. Seolah raut wajah gembiranya menunjukan betapa bahagianya dia bisa bebas dari Moza.
Moza menatap Triska dengan tajam. “Aku tahu kamu merencanakan semua ini dengan sengaja.”
Hak asuh jatuh pada Moza, karena pria itu dengan liciknya menuduh Triska berselingkuh selama mereka menikah. Dan bahkan lebih parahnya lagi, Moza bilang kalau Triska bukanlah ibu yang baik. Dia tidak pernah peduli dengan anaknya sedikitpun, dan lebih mementingkan kepentingan pribadi. Tidak hanya itu, Moza juga mengatakan jika selama ini Triska selalu menolak ajakan Moza untuk berhubungan suami istri, dan lebih memilih berhubungan badan dengan kekasihnya. Selama dua belas tahun ini Moza cukup tertekan dengan sikap Triska. Itu sebabnya karena tidak tahan dengan semua ini, Moza memutuskan untuk berpisah.
Hal itu sudah terdengar sampai ketelinga karyawan yang bekerja satu kantor dengan Moza. Mereka cukup menyayangkan dan merasa iba dengan kehidupan Moza yang cukup menderita. Sedangkan di depan publik Triska adalah wanita yang paling sempurna, dia baik, cantik, dan juga mulai. Tidak tahunya malah menyiksa batin Moza. Menurut mereka, keputusan Moza adalah benar, wanita tidak hanya Triska saja. Menikah tidak untuk saling menyakiti, tapi untuk hidup nyaman, damai dan juga bahagia. Jika dari awal saja sudah seperti itu kenapa bisa harus diteruskan?
“Bagus kalau kamu sudah tahu. Kamu tinggal bersiap-siap saja, Moza.” Kata Triska dengan penuh tekanan.
Moza tersenyum licik, “Padahal tadi aku udah ada niatan untuk minta maaf dan berterimakasih karena kamu mau bertahan sampai sejauh ini. Tapi mendengar jawabanmu seperti itu, rasanya aku menyesal punya niat itu, Triska.”
Menarik nafasnya panjang, Triska pun menatap ponselnya. “Aku dulu punya anjing yang lumayan jinak. Aku menemukan anjing itu di pinggir jalan dengan luka yang cukup serius. Aku merawatnya dengan setulus hati, menyayanginya seperti anjingku yang lain. Sayangnya, belum juga sembuh anjing itu menggigitku dan melukaiku. Akhirnya aku membuang anjing itu jauh-jauh. Dia tidak layak hidup dengan orang sepertiku!!”
“Kamu—”
“Moza seharusnya kamu jujur dari awal mungkin hal ini tidak akan terjadi. Selama dua belas tahun tidak membuatku mengenal kamu sepenuhnya. Aku hanya tahu nama kamu, tidak dengan kisah kamu. Aku cuma tau bagian depan kamu, tidak dengan hidup kamu. Aku yang mengira kamu sangat mencintaiku, ternyata aku salah. Yang cinta cuma aku, yang berjuang cuma aku. Aku mengorbankan semuanya, menuruti apapun yang kamu inginkan, tapi aku yang terlihat buruk di depan banyak orang. Kamu jatuhkan aku tidak sesuai dengan apa yang kamu sebutkan di pengadilan. Kamu yang berselingkuh, kamu yang menikah siri, tapi aku yang kamu tuduhkan. Begini yaa cara kamu berterima kasih dan juga minta maaf sama aku?”
Moza mengakui salah akan hal itu, tapi dia tidak salah sepenuhnya. Jika saja program bayi tabung itu berhasil dan Triska tidak menolak akan hal itu. Pernikahan mereka akan baik-baik saja, Moza tidak akan pergi bersama dengan Elena sampai menikah dan hamil. Kalau saja Triska tidak bersikeras mungkin perceraian ini tidak akan terjadi. Semua ini terjadi karena keputusan Triska sendiri, kenapa juga harus Moza yang disalahkan sepenuhnya?
“Kamu menolak, dan itu keputusan kamu. Kenapa juga aku yang salah sepenuhnya? Itu nggak adil Triska.”
“Demi Tuhan … aku nggak tau jalan pikiranmu kayak apa. Aku hanya minta waktu, yang pertama sudah gagal, bukan berarti langsung proses lagi kan? Semua itu ada masanya Moza, dan nggak bisa langsung. Kamu saja yang nggak sabaran dan gampang kegoda.”
Moza mendekati Triska yang berdiri tak jauh darinya. Menghapus jarak di antara mereka, sehingga membuat Triska sesak nafas dan mendorong tubuh Moza untuk menjauh. “Mohon tahu batasan kamu Moza!” Desis Triska.
Pria itu tersenyum. “Batasan mana yang kamu maksud Triska? Aku juga nggak mungkin ngapa-ngapain kamu. Jangan terlalu percaya diri dari orang. Memang kamu pernah menemaniku, tapi … kamu sudah nggak menarik lagi di depan aku.” Jelas Moza dengan nada meremehkan. “Aku cuma mau memperingat kalau apapun yang terjadi aku tetap satu langkah didepan kamu.”
Triska sama sekali tidak peduli, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Naufal. Bagaimana caranya dia mengembalikan Naufal kembali padanya. Tapi sebisa mungkin akan Triska lakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Jujur saja, Triska tidak setuju jika Naufal diasuh oleh Moza yang tidak tahu apapun tentang bocah itu. Yang ada bocah itu akan terus membencinya jika hidupnya terlalu lama dengan mereka.
Pergi meninggalkan Moza, Triska pun kembali ke mobilnya sendiri. Menatap Moza dengan mata memicing, dadanya tiba-tiba saja sesak luar biasa. Seolah Triska kehabisan oksigen di sekitarnya, padahal jelas-jelas pasokan udara di sekitarnya cukup. Hanya saja rasa sakit, dan fitnahan dari Moza yang membuat Triska seperti ini.
“Kita lihat saja Moza, aku akan membuat kamu hancur. Kamu sudah membuatku hancur secara hidup dan mental. Aku akan membuat kamu seperti itu!! Merasakan apa yang pernah kamu lakukan ke aku!!” Gimana Triska pelan.
Disisi lain Moza memilih untuk menatap selembar kertas itu dengan jengkel. Yang dia pikirkan Triska akan menangis dan meraung, merengek pada Moza untuk tidak berpisah. Tapi sampai surat cerai itu keluar Triska bahkan tidak ada niatan untuk mempertahankan rumah tangganya yang sudah hancur ini. Malah lebih memilih hidup sendiri tanpa adanya Moza. Bener bukan, jika sebenarnya Triska juga punya pria lain yang singgah di hatinya. Tidak hanya Moza … tapi siapakah pria itu sehingga membuat Triska tidak takut kehilangan Moza sama sekali?
Kalau dia beneran cinta dengan Moza seharusnya ketika kata pisah itu keluar dari bibir Moza. Triska adalah orang pertama yang seharusnya menolak, apalagi mereka punya anak. Setidaknya jika tidak bisa menerima Elena minimal mikirin kehidupan dan juga kebutuhan anaknya dong. Masa Iya mau ditelantarkan begitu saja? Kalau begini kan yang repot Moza sendiri, dia tidak begitu dekat dan tahu Naufal seperti apa. Tapi tidak masalah, masih ada Elena yang siap membantu Moza mengurus Naufal. Wanita itu baik, terlihat sayang dan peduli dengan Naufal, dan menurut Moza hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Semua akan baik-baik saja ketika ada Elena disampingnya.
“Kayaknya aku harus cari tahu deh. Triska nggak takut banget kehilangan aku, katanya cinta masa dicerai langsung bilang iya?”
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...