Moza melempar dokumen yang dibawa ke segala arah, tangannya mengepal sempurna dan memukul meja kerjanya. Sehingga menimbulkan luka memar di kepalan tangannya. Dia marah, dia tidak bisa menerima keputusan itu dengan baik. Baru saja, Triska menolak kerjasama yang diajukan di perusahaan Bagas, padahal Moza berharap penuh agar perusahaan bisa bekerjasama dengan perusahaan milik Bagas. Tapi yang ada Triska malah menghancurkan semuanya, pria itu tahu Triska berbuat seperti itu karena tidak terima dengan apa yang terjadi. Triska tidak terima jika Moza melarang wanita itu bertemu dengan Naufal. Wanita itu juga tidak terima jika Moza menikah kembali dengan Elena. Wanita itu juga tidak terima jika selama ini Moza tidak pernah mencintainya. Itu sebabnya Triska menghancurkan semua rencana pembangunan dan juga bisnis yang Moza ingin mulai dengan Bagas. Dan ini kali pertama Moza kalah tender, semua itu karena ulah Triska.
“Sialan!!” Umpan Moza kesekian kalinya.
Pria itu mencoba berpikir keras untuk membuat proyek ini kembali. Bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan proyek ini, jangan sampai hanya dengan keputusan Triska yang sepihak Bagas langsung mengiyakan begitu saja tanpa berpikir ulang. Triska hanya bawahan Bagas dan tidak memiliki wewenang penuh dalam hal apapun.
“Bagaimana Pak? Apa tidak sebaiknya Bapak bilang dulu sama Bu Triska agar kerjasama ini berlangsung?” Ucap Maya.
Moza menatap Maya tajam, satu kantor masih tahu jika Triska adalah istri Moza. Mereka semua belum tahu jika Moza menggugat cerai Triska dengan sebab selingkuh. Berbicara dengan Triska tidak akan membuahkan hasil, sehingga yang Moza lakukan adalah menghubungi Bagas langsung dan mengajaknya bertemu. Untung saja Bagas tidak keberatan akan hal itu, dan mengatur janji temu saat ini juga bersama dengan Moza. Dengan cara ini Moza bisa mempengaruhi Bagas untuk kembali menerima kerjasamanya lagi.
Meraih kunci mobilnya, Moza pun menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Bagas. Tempatnya lumayan jauh dari kantor ini, tapi demi proyek miliaran rupiah pun Moza akan melakukannya.
Tidak butuh waktu lama, Moza pun sampai di tempat itu dengan senyum bahagia. Dia pun memilih tempat private untuk mereka berdua. Jangan sampai kerjasama ini bocor ke telinga orang lain.
“Selamat siang Pak Moza.” Sapa seseorang.
Moza terkejut bukan main, dia masih di meja kasir untuk memesan tempat berbicara. Tapi yang ada Moza malah berdiri tegak di belakang Moza. “Pak Bagas sudah disini? Saya pikir belum datang.” Pekik Moza.
“Saya ada pertemuan, jadinya sekalian.”
Moza mengangguk. “Mari kita cari tempat duduk.”
“Disini saja lebih enak.”
Tidak ada pilihan, memilih satu tempat duduk yang biasa dan menunggu pesanan mereka datang. Moza lagi-lagi mengeluarkan dokumennya dan menyerahkannya pada Bagas. Meminta pria itu membacanya kembali. Dengan begini Bagas akan jauh lebih leluasa untuk memahami proyek Moza.
“Kamu tau kan keputusan Triska tadi?” Kata Bagas tersenyum miring.
Alis Moza terangkat sebelah, dia pun menatap Bagas lalu tersenyum. “Saya bekerjasama dengan Anda pemilik perusahaan, bukan dengan Triska yang bukan siapa-siapa di perusahaan Anda Pak Bagas kenapa harus mengingat keputusan Triska?”
Iya emang Triska bukan pemilik perusahaan, tapi jika Moza lupa wanita itu sudah menolak kerjasama ini dengan lantang. Triska memperjelas jika proyek yang akan mereka jalani tidak akan berkembang seperti apa yang diinginkan. Perusahaan Bagas akan rugi besar jika bekerjasama dengan perusahaan Moza. Itu sebabnya Triska menolak karena ide ide yang Moza berikan adalah ide yang sering kali digunakan banyak perusahaan lain dan tidak menarik sama sekali.
Disini untuk meyakinkan Bagas, Moza pun terus mendesak Bagas. Selain Triska bukan siapa-siapa, wanita itu juga bukan wanita baik. Bagaimana mungkin perusahaan memberikan kepercayaan penuh pada Triska untuk memutuskan kontrak kerjasama dengan perusahaan lain? Sedangkan yang terjadi Triska meninggalkan suami dan anaknya demi pria lain yang tidak bertanggung jawab dengannya. Jika proyek ini gagal, lalu, bagaimana nasib Moza dan juga karyawan lainnya? Ada keluarga yang harus dilindungi dan nafkahi sekarang.
Ucapan itu hampir saja menyulut emosi Bagas. Tangannya mengepal sempurna di bawah meja tempat ini, rahangnya bergelutuk seolah dia benar-benar marah kali ini. Tapi setenang mungkin Bagas menyikapi ucapan Moza.
“Dia istrimu? Sampai kamu tahu kisah hidupnya.” Ejek Bagas.
Moza tersenyum. “Mantan istri saya Pak. Saya sudah menggugat cerai wanita tidak tahu diri itu.”
Betapa dramanya Moza kali ini, yang dimana dia adalah orang paling tersakiti. Orang yang paling menderita sedunia setelah menikah dengan Triska. Bahkan pria itu mengumumkan kekecewaannya pada Triska yang sudah dua belas tahun hidup bersama tapi memilih untuk pergi. Entah salah apa Moza, hanya tidak habis pikir saja jika hal itu benar-benar terjadi. Dia yang berbuat dia juga yang paling tersakiti.
Bagas yang tahu kisah awalnya hanya Bisa tersenyum, tidak salah jika dia menikahi Elena yang memiliki sifat yang sama dengannya. Sama-sama saling menyalahkan dan tidak bisa menilai diri sendiri.
“Saya tidak tahu kehidupan pribadi Anda seperti apa. Tapi kedatangan saya kemari untuk memenuhi undangan anda. Jadi … Bukannya kita harus membahas soal kerjasama ya?” Cibir Bagas yang obrolan mereka sudah keluar batas banget.
Moza tersenyum canggung dan menahan malu. Dia begini agar Bagas bisa dua pengaruhi. Wanita yang mengambil keputusan beberapa jam lalu bukanlah wanita baik-baik. Dia bisa menghancurkan Bagas kapan saja jika wanita itu ingin. Sedangkan yang terjadi hidup Moza hancur karena ulah Triska.
“Tapi apa yang dibilang Triska ada benarnya juga. Jika ide yang kamu berikan terlalu pasaran dan endingnya mudah sekali ditebak.” Jelas Bagas.
“Lalu?”
“Maaf sekali Pak Moza, saya belum bisa menerima kerjasama ini.”
Setelah ucapan itu, Bagas pun bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Menurut Bagas tidak ada lagi yang harus dia kerjakan dan bahas, menurut Bagas keputusannya san Triska adalah keputusan yang terbaik. Masuk ke dalam mobil, Bagas pun tersenyum begitu juga dengan Triska yang juga ikut tersenyum dengan apa yang mereka lihat. Moza nampak marah, memukul meja hingga melempar proposal yang dia bawa. Itu Adalah resiko untuk orang-orang seperti Moza, yang egois dan ingin menang sendiri.
“Gimana, Gas?” Tanya Triska Penuh harap.
“Ya aku tetap menolak, sesuai dengan keputusan terakhir kamu. Dia kelihatan marah dan nggak terima dengan keputusan kita.”
Triska diam sejenak lalu tersenyum. Jika Moza bisa menghancurkan Triska, menjauhkan wanita itu dari anaknya. Triska juga bisa menghancurkan Moza dengan bisnisnya. Dulu, kedudukan Triska lebih tinggi ketimbang Moza didunia kerja. Dan sekarang apapun akan Triska lakukan agar Moza bisa mengembalikan Naufal padanya apapun caranya. Termasuk merusak ekonomi Moza secara ugal-ugalan.
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/300673928-288-k978686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...