Chapter-66

127 6 0
                                    

Triska berdecak kesal ketika mendengar pengakuan Moza yang disampaikan oleh pemilik perusahaan dimana pria itu bekerja. Nampak sekali jika pria itu tengah menyudutkan Triska dalam hal ini, belum lagi juga pemilik perusahaan mengungkapkan dalam hal dekat Moza akan segera menikah lagi. Seharusnya orang pintar berpikir, mereka bercerai belum ada satu tahun tapi Moza sudah mau menikah bukankah itu terdengar aneh? Sudah jelas terlihat yang berkhianat adalah Moza tapi yang disalahkan tetap saja Triska. Memang ya, dalam prahara rumah tangga apapun masalahnya tetap wanita yang selalu salah. Sedangkan pria selalu di agung-agungkan dengan kebenaran. Tanpa mereka tahu sikap wanita berubah itu bukan karena maunya tapi karena bagaimana cara mereka merubah sikap si wanita dengan begitu drastis.

Mengecap coklat manisnya, Triska menarik nafasnya panjang. Dia menatap Bagas di hadapannya dengan mata memicing. Dia baru sadar dan baru ingat kalau pria yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang pernah dia tolong di masa lalu. Pria yang dia lindungi dari amukan Dicky waktu mereka sekolah. Anggap saja pertolongan Bagas sekarang balas budi karena Triska pernah menolongnya dulu. Tidak mungkin ada hal lain yang lebih jauh dari ini.

“Hmm, aku baru ingat siapa kamu, Gas.” Kata Triska akhirnya.

Bagas tertawa kecil. “Akhirnya kamu ingat aku juga Tris. Aku pikir kamu beneran lupa sama aku.”

Awalnya iya, Triska sama sekali tidak mengenal Bagas karena perubahannya cukup jauh. Yang awalnya pake kacamata, pake tompel yang lumayan besar di pipinya sekarang malah hilang entah kemana. Dan sekarang Triska percaya seratus persen ucapan Nisa jika tompel itu palsu. Jika operasi tompel otomatis ada bekasnya, semahal apapun obatnya tetap ada bekas tompel itu berada. Tapi yang ini benar-benar bersih tanpa adanya bekas. Mungkin jika malam itu tidak terjadi, Triska juga tidak akan ingat siapa Bagas sampai detik ini.

“Iya memang, Nisa yang bilang kalau kamu Bagas yang punya tompel dulu.” Jelas Triska.

“Aku sudah pernah bertemu dengan Nisa sebelumnya. Tapi aku nggak bilang kalau kamu kerja di tempatku.” terang Bagas, merubah posisi duduknya untuk lebih nyaman menatap Triska. “Waktu kamu melamar kerja di tempatku, awalnya aku tidak mau menerima kamu. Tapi Nico membujuk dan setelah aku cari tahu, ternyata itu kamu. Aku sedikit kaget mendengar cerita hidup kamu dari Nico.”

Mau bagaimana lagi Triska juga tidak tahu jika endingnya akan seperti ini. Dia pikir Ma adalah pria yang baik penuh kasih sayang kepada keluarga dan juga selalu mengutamakan keluarga. Tapi yang ada hanya karena masa lalunya, cinta di masa lalunya yang belum selesai membuat pria itu kembali ke masa lalunya dan meninggalkan istri dan juga anaknya. Tapi tidak masalah yang penting Triska bisa lepas saat ini juga sudah bersyukur. Minimal rasa sakitnya tidak begitu dalam, dan Triska tahu kenapa Tuhan tidak memberikannya anak lagi untuk mereka. Karena Tuhan tahu jika hal ini akan terjadi, Moza tidak akan peduli lagi dengan anak dan istrinya. Untung saja bayi tabung mereka waktu itu gagal, coba jika berhasil mungkin hampir setiap hari Triska akan kembali menangis dengan sikap Moza yang arogan.

“Jangan dibahas lagi. Aku sudah mencoba melupakan semua itu.”

Bagas tersenyum. “Bagus. Aku suka dengan ucapanmu, kamu bisa menghancurkan buat Triska kalau kamu mau aku bisa membantunya.”

Triska menolak, bukan sekarang. Tapi suatu ketika Triska akan menghancurkan Moza dengan perlahan. Satu persatu orang yang dekat dengannya, yang percaya dengannya akan menjauh dan membuang Moza sedemikian rupa. Sekarang biarkan mereka menikmati lebih dulu apa yang sudah mereka inginkan. Tidak etis jika Triska langsung merusaknya dengan cepat.

“Aku dengar dari Nico, hari ini istri Moza akan melahirkan. Gimana kalau kita lihat?” Tawar Bagas.

Triska menggeleng. Dia tidak ingin melihat bayi itu, hatinya cukup menolak untuk kembali bertemu dengan Moza. Triska hanya berharap bayi Moza dan juga Elena berjenis kelamin perempuan, yang nantinya akan merasakan karma bapaknya seperti apa. Triska akan menunggu hal itu terjadi nantinya.

“Enggak dulu. Kamu kalau mau lihat silahkan.”

“Aku—”

“Jadi ini pacar baru kamu setelah cerai sama aku, Tris? Bos kamu sendiri kamu gait untuk ngalahin aku?” Kata seseorang.

Triska hanya diam saja mengamati Moza yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Pria itu seolah menilai penampilan Bagas dan juga Triska yang berubah total. Moza akui wanita itu semakin cantik dengan tubuh kurusnya. Sesegera mungkin Moza menepis bayangan Triska dalam pikirannya.

“Apa urusannya sama kamu? Aku sama Bagas nggak ada hubungan apapun ya. Jangan samakan aku dengan kamu yang suka selingkuh tapi nyalahin orang lain.” Cetus Triska.

Moza tertawa. “Kamu pikir aku bodoh? Ngopi berdua di jam kerja begini apa namanya?”

Wanita itu tak langsung menjawab. Jika dilihat penampilan Moza cukup berbeda dari waktu dengannya dan sekarang bersama dengan Elena. Baju itu cukup kucel, rambut yang panjang tak beraturan dan juga wajah yang terlihat lelah. Entah apa yang terjadi tapi Triska rasa kehidupan Moza cukup berbanding dengan dirinya saat ini.

“Kita hanya kebetulan bertemu.” Jawab Bagas yang sejak tadi diam saja. “Dan kita juga teman sekolah dulu, tidak lebih dari itu.” Ujarnya lagi.

Siapa yang akan percaya? Bahkan Moza saja tidak percaya sama sekali dengan ucapan Bagas barusan. Atau mungkin itu hanya alasan Bagas saja agar tidak dicurigai banyak orang. Yang sebenarnya terjadi mereka adalah sepasang kekasih yang berkedok teman atau mungkin berkedok atasan dan bawahan seperti pada umumnya. Taunya menjalin hubungan yang cukup serius. Dan Moza baru sadar kenapa Triska keukeuh kerja karena ingin bersama dengan kekasihnya. Apa yang menjadi tuduhan Moza benar selama ini Triska telah berselingkuh dari dirinya sudah cukup lama.

“Mana mungkin!! Cafe juga nggak cuma satu, tinggal mengakui apa susahnya sih!!” Ejek Moza.

“Terserah apa yang kamu katakan Mas yang jelas aku nggak seperti kamu. Selingkuh sampai menikah dan punya anak dari perempuan lain. Yang jelas-jelas kamu itu sudah punya istri dan juga anak.” Seru Triska.

Kalau saja Triska mau nurut padanya mungkin hal ini tidak akan terjadi. Moza tidak mungkin menikah sampai punya anak dari wanita lain jika Triska menurut. Sayangnya hal itu tidak terjadi, Triska memilih membangkang dan keras kepala, jadi jangan salahkan Moza yang dia memilih wanita lain untuk mengandung anaknya.

“Aku sudah capek ya Mas nurut sama kamu terus. Apapun aku lepas untuk kamu, tapi balasan yang aku dapat cukup membuat aku trauma seumur hidup!!” Triska menaikan satu notasi suaranya ketika berbicara dengan Moza. Mungkin nada bicara lembut tak lagi bisa membuat Moza diam. “Aku sudah melakukan apapun yang kamu inginkan. Tapi kamu lebih memilih bersama dengan wanita lain ketimbang hidup sama aku Mas. Aku sudah merestui hubunganmu dengan Elena. Sudah mengizinkan kamu menikah dengan dia, Naufal juga kamu bawa. Terus apalagi yang kamu inginkan?” Menghela nafasnya berat, Triska melirik Bagas yang duduk di hadapannya. Hanya dengan sekali tarikan nafasnya, dia pun berkata, “Terus masalahnya apa kalau aku ada hubungan dengan Bagas? Kita sudah resmi berpisah beberapa bulan yang lalu. Statusku jelas sekarang, mau dekat dengan siapapun itu urusan aku bukan lagi jadi urusanmu, karena kita tidak memiliki hubungan apapun lagi. Ingat itu!!”

Moza mengepalkan tangannya. Menaikan satu alisnya dan tersenyum mengejek. “wanita murahan sepertimu memang pantas mendapatkan pria seperti dia. Sekarang aku tahu kenapa Bisnisku terkendala terus menerus, itu semua karena ulahmu dan juga kekasihmu. Aku tidak akan tinggal diam Triska, aku akan balas semuanya nanti.”

“Dan aku akan menunggu hal itu, Moza!!” Tantang Triska.

Moza pergi dengan kemarahan yang memuncak. Dia pun meninggalkan cafe dengan cepat. Sedangkan Triska hanya mampu memijat pelipisnya yang mendadak pusing setengah mati karena sikap pria itu. Mencoba menenangkan diri, tapi nyatanya rasa sesak yang dia rasakan cukup membuat dirinya kehabisan oksigen.

“Triska … gimana rumah yang kamu bicarakan kemarin, apa jadi membelinya?”


To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang