Seharian penuh, Elena berada di rumah Triska. Banyak hal yang mereka lakukan, termasuk memasak bersama. Elena belajar banyak dari Triska tentang masakan apa yang sering Triska masak, setidaknya Elena tahu apa yang disukai dan tidak disukai Moza nantinya. Begitu juga cemilan yang dimana saat ini Triska dan Elena tengah membuat kentang isi keju lumer kesukaan Moza dan juga Naufal.
“Kamu bisa bawa satu toples itu pulang, Elena.” ucap Triska.
Elena tersenyum manis, terbesit rasa bersalah di dadanya tapi dengan cepat dia singkirkan. Jika tidak begini Rizky akan terus mengganggu nya sampai dia benar-benar mati.
“Nggak usah Tris, katamu buat untuk Moza sama Naufal kenapa aku harus bawa pulang?”
“Nggak papa bawa aja. Ini juga bikinnya banyak, meskipun abis di tangan mereka berdua. Tapi aku pengen kamu juga nyicip buatan aku.” jawab Triska.
Elena akhirnya mengalah, dia pun mengangguk kecil dan menyimpan satu toples kecil untuk dia bawa. Meskipun Triska meminta Elena membawa yang toples besar, tapi tetap saja yang diambil hanya toples kecil.
Setelah selesai memasak, mereka memutuskan untuk makan bersama. Disini banyak sekali menu makanan dari yang tidak pedas untuk Naufal, sampai yang pedas untuk Triska dan juga Elena. Mereka saling menikmati makanan mereka dengan nikmat, Triska fokus dengan piringnya sesekali menatap Elena yang lebih sering menunduk. Wanita itu benar-benar berubah drastis, tidak seperti terakhir kalinya Triska bertemu. Mungkin hanya berjarak satu bulan, tapi tubuh dan kulitnya seolah terawat dengan sempurna. Triska akui, Elena memang cantik dia memiliki kulit yang bersih. Mungkin hanya menggunakan body serum pun juga sudah terlihat cerah. Berbeda dengan Triska yang kulitnya kuning langsat, mau di apapun pun juga percuma bukannya bersih yang ada malah kuning. Sudah juga ya punya kulit kuning langsat, kadang bersih kadang kusam dan dekil.
“Oh iya Elena kamu bilang kamu buka stand depan rumah ya? Itu masih buka sampai sekarang kah?” tanya Triska memulai obrolan mereka.
Elena mengangguk, “Masih buka kok. Rame banget, banyak yang suka sama jajanan yang aku jual.”
“Btw … jualan apa aja kamu?”
“Ada mochi, seblak pedas, minuman dingin, sama … .”
Ucapan Elena terpotong ketika menatap layar ponsel nya yang menyala. Begitu juga dengan Triska yang langsung fokus dengan wallpaper ponsel Elena yang menarik perhatiannya. Itu foto Elena yang menggunakan gaun berwarna putih dan membawa bunga. Sedangkan laki-laki di sampingnya menggunakan setelan jas, layaknya orang yang sedang foto prewedding. Apa mungkin Elena menikah kembali? Tapi … bagaimana bisa?
“Sebentar ya Tris, aku angkat telepon dulu.”
Triska mengangguk, menatap punggung Elena yang pergi jauh darinya. Kenapa harus pergi, dia bahkan bisa menerima panggilan itu di depan Triska, lagian tidak akan masalah juga. Kenapa harus pergi jauh banget, akan sepenting itu panggilan masuknya? Melihat Naufal yang berhenti mengunyah, Triska langsung menunjuk makanan Naufal dengan dagunya sendiri.
“Bunda … aku nggak suka sama Tante itu.” ucap Naufal jujur.
Triska mendelik. “Kok Mas bilang begitu, kenapa? Tante Elena kan baik, suka beliin Mas coklat.”
“Iya emang, tapi aku tetep nggak suka.”
“Ya sudah nggak papa, tapi tetap bersikap baik di depan tante Elena ya biar orangnya nggak tersinggung.”
Naufal menurut, dia pun kembali menghabiskan makannya dengan cepat. Lalu meraih kentang keju kesukaannya dan memakannya dengan banyak ekspresi. Sampai akhirnya Elena pun kembali dengan senyum masamnya, yang menarik perhatian Triska.
“Kenapa El? Mantan suami kamu jahat lagi?” kata Triska yang penasaran. Karena layar ponsel itu hanya menunjukkan lambang hati berwarna ungu saja. Tidak dengan nomer ponsel siapa yang menelponnya.
“Bukan Tris, setelah pisah aku udah nggak lagi berhubungan dengan dia. Dia nggak akan bisa temui atau ganggu aku lagi Tris.” jelas Elena.
“Syukur deh … aku pikir dia masih ganggu kamu, udah mau bilang ke mas Moza aku.” kekeh Triska, yang langsung disambut kekehan juga sama Elena. “Eh iyaaa, btw ya … itu wallpaper kamu … udah nikah lagi ya?”
Elena gelagapan, tapi kedua pipinya menunjukkan semburan warna merah yang cukup ketara. Dia lupa mengganti wallpaper nya ketika pergi ke rumah Triska, dimana wallpaper ponselnya adalah foto dirinya dan juga Moza. Untung saja di dalam foto Moza tidak menunjukkan wajahnya sedikitpun dan hanya punggung saja. Apa mungkin Triska sudah curiga ya dengan pernikahannya dengan Moza? Mau bilang tidak, tapi Triska sudah melihatnya sendiri.
“Iyaa, tapi cuma nikah siri aja. Karena aku masih urus surat cerai aku sama Rizky.”
Mata Triska berbinar, ada harapan. Jadi, setelah ini Elena bukan lagi tanggung jawab Moza. “Astaga Elena … kenapa nggak bilang sih kalau udah nikah lagi. Minimal undang dong aku sama mas Moza, ya ampun dapat orang mana? Orangnya baik kan? Nggak jahatin kamu kan? Atau siksa kamu lagi?”
Ingin rasanya Elena bilang jika suami kamu adalah suami aku juga. Orangnya sangat baik, perhatian dan begitu peduli. Bahkan kadang suaminya itu selalu meminta Elena untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu capek.
Menyadari senyum Elena, seolah Triska tahu kalau suami baru wanita itu adalah orang baik. Tidak peduli menikah dengan siapa yang terpenting bagi Triska saat ini adalah Moza tidak akan lagi ikut campur dengan kehidupan Elena lagi. Mereka bisa lebih fokus dengan kehidupan masing-masing dan menatap masa depan tanpa adanya kerikil lagi.
***
Setelah pulangnya Elena tak henti-hentinya Triska terus bersenandung ria. Menari kesana kemari dengan kemoceng dan juga lap kotor di bahunya, dia benar-benar bahagia kali ini mendengar kabar berita tentang Elena yang sudah menikah kembali. Dengan begini tidak akan ada lagi yang menganggu Moza, termasuk Elena.
Pintu rumah terbuka dengan lebar, menunjukkan raut wajah Moza yang kebingungan melihat istrinya yang bernyanyi keras di hadapannya. Belum lagi melompat-lompat di atas sofa dan mengikuti alunan musik yang cukup keras menyiksa telinga Moza.
“Ya Allah … Triska, kamu bisa jatuh malah melompat terus.” teriak Moza akhirnya, menarik tangan Triska untuk turun dari sofa.
Triska nyengir dan kembali menggunakan sandal rumahan nya. “Udah pulang Mas, kok aku gak denger ya suara mobil kamu.”
“Musik kamu kenceng, mana mungkin bisa denger suara mobil aku, ada-ada aja kamu itu. Lagi happy banget, kenapa nih?” tanya Moza sambil mematikan suara musiknya yang kencang.
Triska menggeleng, tidak ada yang membuat dia happy dia hanya ingin mendengar suara musik kencang saja sudah lebih dari cukup. Tanpa Triska sadari dia telah menutup rapat apa yang membuat dia sebahagia ini.
“Ada diskon tujuh puluh lima persen Mas, aku dapat WA ini. Mau aku ambil tapi harus izin dulu ke kamu.” kata Triska sedikit berbohong. Dia sempat menunjukkan whatsapp masuk dari salah satu salon langganan nya pada Moza, jika dia mendapatkan diskon tujuh puluh lima persen untuk perawatan disana.
Moza tersenyum. “Pergi aja selagi aku nggak ada. Takutnya kamu bisa di rumah sendiri, Naufal titipin ke Mami aja. Kamu habiskan waktu untuk diri kamu sendiri, healing, perawatan apah pergi kemanapun yang kamu inginkan.”
Triska tersenyum bahagia sambil memeluk Moza dengan erat. Seolah teringat sesuatu, Triska pun langsung melepas pelukan itu dan menatap Moza nanar. “Oh iya Mas aku lupa mau ngasih tau kalau Elena tadi kesini, dia baru aja pulang aku suruh dia bawa cemilan kesukaan kamu juga. Terus kita banyak cerita, dia juga aku ajarin masak ala rumahan seadanya. Dan … tau nggak Mas kalau Elena sudah menikah dan nggak bilang sama aku, jahat banget nggak sih dia itu Mas!! Dan Mas tau nggak dia menikahnya dengan siapa?” mata Triska menyipit meneliti ekspresi Moza yang langsung berkeringat dingin di samping Triska.
Apa Elena juga bilang kalau dia menikahnya dengan Moza?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romansa🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...