Chapter-17

90 3 0
                                    

“Kamu nggak bilang Triska kalau aku pindah rumah?” tanya Elena.

Moza yang niatnya mampir hanya untuk mengantar makanan pun tersentak dengan pertanyaan Elena. Dia pun langsung menatap Elena dengan penuh tanda tanya, seolah pria itu menuntut penjelasan dari pertanyaan itu.

“Aku habis ketemu Triska, dia tadi ngajakin ketemu bentar di cafe dekat rumahku yang lama.” jelas Elena yang seolah tahu arti dari tatapan Moza.

“Kamu bilang sama Triska kalau aku beliin kamu rumah?”

Elena menggeleng, dia tidak memiliki keberanian sejauh itu untuk berkata jujur pada Triska. Dia malah berpikir kalau Triska tahu kalau Elena pindah ke rumah yang dibelikan oleh Moza. Tapi mendengar pertanyaan Triska, membuat Elena kembali berpikir jika Moza tidak mengatakan apapun pada Triska tentang rumah baru Elena.

Moza sendiri juga tidak memiliki keberanian untuk berbicara dengan Triska. Dia memilih bungkam atas apa yang dia lakukan pada Elena. Hanya saja Moza masih merasa takut, apalagi kalau wanita itu sampai marah atas apa yang Moza berikan pada Elena.

“Nggak. Aku malah mikir kamu udah ngomong sama Triska.” ucap Elena.

“Aku nggak bilang apa-apa sama dia. Nanti aja deh jelasin ke dia.”

Tapi masalahnya Elena tidak enak hati pada Triska jika begini terus. Takutnya Triska memiliki pemikiran yang tidak-tidak antara Elena dan juga Moza. Apalagi selama ini Moza yang paling banyak membantu Elena agar bisa terlepas dari mantan suaminya. Moza yang memberikan kehidupan yang layak untuk Elena setelah pergi dari tempat tinggalnya dulu. Elena takut kalau nantinya Triska salah paham dengannya.

“Jangan gitu Za, aku nggak enak loh sama Triska dia udah baik banget sama aku.” kata Elena tidak enak hati.

Masalahnya berbicara dengan Triska tidak segampang membalikkan telapak tangan. Triska itu perempuan yang keras kepala, dia juga gampang marah hanya dengan masalah sepele. Dan Moza tahu selama ini Triska berusaha mengontrol emosinya agar tidak meledak-ledak di hadapan Moza dan juga Naufal. Tahu sendiri kan, Naufal itu sudah besar dan otomatis tahu jika ada seseorang yang marah karena suatu hal. Dan Triska bilang dia tidak ingin Naufal melihat dirinya yang emosi.

“Iya, nanti aku yang bilang sama Triska kamu nggak usah khawatir.”

Elena hendak menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Ketika perjalanannya menuju dapur, pintu rumah ini diketuk dengan tidak sabaran. Alis Elena mengerut dengan sempurna, sehingga yang bisa dia lakukan hanya menyembulkan kepalanya di balik di balik gorden dapur dan melihat Moza yang masih diam saja.

“Bukain kali Za, lihat siapa yang datang.”

Moza menurut, dia pun berjalan ke arah pintu dan membukanya. Melihat siapa yang datang ke rumah ini di jam makan malam. Ternyata yang datang adalah Pak Rt dan juga beberapa warga setempat. Sempat kaget dengan kedatangan mereka, tapi dengan sopan Moza meminta mereka untuk masuk lebih dulu. Alangkah baiknya jika ada hal penting mereka bicarakan di dalam saja ketimbang di depan rumah.

“Ada ada ya Pak kok rame-rame sekali datang kesini.” tanya Moza bingung.

Bersamaan dengan itu Elena pun muncul dari arah dapur yang membawa makanan yang dibeli oleh Moza tadi. Wanita itu tak kalah kagetnya saat tahu Pak Rt dan juga beneran warga datang ke rumahnya.

“Ini ada apa ya Pak, kok datang ke rumah saya rame-rame sekali.” tanya Elena.

“Begini Mbak Elena, saya mendapatkan laporan kalau setiap hari ada laki-laki yang datang ke rumah Mbak Elena sampai malam hari. Saya juga mendapat laporan juga kalau laki-laki itu suka menginap dirumah Mbak Elena, apakah benar Mbak?”

Elena menggeleng, dengan kedua tangan yang mengikuti gerakan kepalanya. Itu semua tidak benar. Elena membantah semua laporan yang dituduhkan pada dirinya. Pria yang sering datang ke rumahnya hanya Moza saja, itupun datangnya tidak setiap hari. Dua atau tiga hari sekali Moza baru datang ke rumah Elena. Moza datang di jam makan siang dan juga sore hari, jika malam hari Moza jarang kecuali membeli makan seperti saat ini. Dan Moza tidak pernah menginap di rumah Elena, dia langsung pulang setelah memastikan Elena baik-baik saja.

“Jangan percaya Pak, itu semua fitnah.” ucap Elena membela.

“Maka dari itu Mbak Elena kami datang untuk memastikan jika semua itu benar atau tidak. Tidak enak kan kalau nanti jadi gunjingan para warga tentang Mbak Elena yang jelas-jelas warga baru di desa ini.” kata Pak Rt.

“Iya Pak saya minta maaf. Saya akan meminta Moza untuk tidak sering mengunjungi saya.”

“Sebenarnya tidak masalah Mbak Elena, tapi kan masalahnya kalian ini tidak memiliki status yang jelas. Dan semua orang pasti akan merasa iri dengan apa yang Mbak Elena lakukan. Mungkin kalau Mbak Elena tidak keberatan, dan tidak menimbulkan fitnah lagi seperti ini lebih baik Mbak Elena memperjelas status kalian aja. Agar kami para warga juga enak melihatnya.”

Elena semakin bingung, Elena tahu arah ucapan Pak Rt yang mengarah ke arah pernikahan. Sebelumnya semuanya baik-baik saja tidak ada halangan apapun, ketika Moza berkunjung ke rumah Elena hanya sekedar untuk makan. Dan sekarang mereka malah mempertanyakan status yang jelas, yang dimana Moza itu suami Triska bukan duda apalagi bujang.

Dengan pasti Elena pun menjelaskan jika Moza dan dirinya itu berteman sejak sekolah. Hubungan mereka cukup dekat dan Moza sudah memiliki istri dan anak, tidak mungkin jika Elena bisa menikah dengan Moza tanpa persetujuan istri pertama. Moza datang ke rumah juga untuk memastikan keadaan Elena saja tidak lebih, kenapa juga harus diperjelas statusnya?

“Iya saja tahu Mbak Elena, tapi pandangan warga ke Mbak Elena jadi tidak baik. Dipikir Mbak Elena perempuan tidak benar yang sering didatangi suami orang.” jelas Pak Rt.

“Sekarang Bapak maunya apa? Kalau mau menikahkan kita karena masalah ini saya tidak keberatan. Istri saya sangat mengenal Elena, mereka sangat dekat dan istri saya pasti memahami hal ini.” jelas Moza yang sejak tadi diam saja menyimak obrolan mereka.

Elena adalah orang pertama yang menolak hal itu, dia tidak mau menikah dengan Moza yang masih memiliki istri. Tapi disini, para warga meminta Elena pergi dari sini jika setiap hari memasukkan pria di dalam rumahnya seperti saat ini. Sudah tahu suami orang, kenapa juga dibiarkan datang setiap hari dan selalu bersama. Kan aneh rasanya kalau tidak ada ada sesuatu yang spesial diantara mereka.

“Za gimana dong.” bisik Elena.

Moza meminta Elena untuk tenang, dia akan mengikuti saran Pak Rt yang dimana Pak Rt dan warga setempat menginginkan status yang jelas antara Moza dan juga Elena. Pria itu meminta warga yang datang ke rumahnya menjadi saksi atas apa yang terjadi malam ini di rumah Elena.

“Saya siap menikah siri dengan Elena.” kata Moza yakin.

Dia tidak peduli Elena yang meminta Moza untuk tidak melakukan hal ini, dan meminta Moza untuk mengingat Triska dan juga Naufal.

“Syukurlah, kalau begitu Pak Modin silahkan untuk menuntut mereka ijab qobul.”

Moza duduk dengan tegak di hadapan Pak Modin yang sudah siap untuk menikahkan mereka. Dengan keyakinan yang penuh, Moza pun menjabat tangan Bapak itu dan melantunkan kalimat yang sakral.

“Saya Terima nikahnya Elena Syakila binti Rudi Sanjaya dengan seperangkat bakat sholat dibayar tunai.”



To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang