Sejujurnya Triska tidak tahu arah ucapan Bagas beberapa hari yang lalu, yang mampu menganggu pikiran Triska sampai saat ini. Sudah tahu jika Moza akan meninggalkan dirinya di cafe, sehingga Bagas berkomentar seperti itu? Tapi kan pasalnya Moza belum ada datang, dia hanya mengirim pesan saja tidak lebih. Kenapa juga Triska harus meninggalkan Moza? Alasannya apa?
Bahkan tidak hanya itu, Bagas juga banyak memberi nasehat pada Triska tentang sikap Moza yang seenaknya pada Triska. Membatalkan janji hanya karena pekerjaan, dan Bagas rasa semuanya sudah disusun rapi terjadwal di tablet dalam satu hari atau satu minggu kedepan. Dan Bagas rasa ada satu hari senggang untuk para suami yang ingin menghabiskan waktu bersama dengan istri dan juga anaknya. Tapi Moza … tidak mau memikirkan tapi kadang pikiran itu muncul tiba-tiba dan mengganggu Triska terus menerus.
“Triska ada yang kamu pikirin?” tanya Elena
Ya, wanita itu mendadak mengirim pesan pada Triska dan mengajak Triska untuk bertemu. Elena mendadak kesepian setelah pindah rumah, dia jarang berkumpul dengan tetangganya yang dinilai terlalu penasaran dengan kehidupan orang lain. Elena tidak nyaman, itu sebabnya mengajak Triska bertemu hanya sekedar minum kopi. Menurut Elena hanya Triska saja yang dia kenal baik, selebihnya tidak. Karena setelah menikah dan berpihak, Elena tak lagi punya teman kecuali Moza, semua orang menjauhinya entah karena apa. Atau mungkin karena keluarga Elena yang bangkrut dan jatuh miskin, tinggal di rumah sederhana dan tidak mewah seperti mereka.
Triska tersenyum, menaruh gelasnya di atas meja sambil menatap penampilan Elena yang berubah. Wanita itu sedikit berisi dari terakhir kali Triska bertemu dengan Elena. Penampilannya juga modis dan cantik, dia selalu berpenampilan rapi dan wangi. Entah perasaan Triska saja atau mungkin sejak dulu memang seperti itu?
“Ada banyak hal, semuanya tentang Moza.” jawab Triska jujur. Lebih tepatnya sedikit menarik perhatian Elena yang katanya tahu betul tentang Moza dan yang lainnya.
“Dia kenapa lagi? Bikin ulah atau gimana? Tinggal tarik telinganya pasti diem.” kekeh Elena.
Triska juga ikut terkekeh, dia pun menyendok satu cake yang dia pesan dan melahap nya dengan pelan. seolah dia adalah seorang ratu yang harus dihormati oleh dayangnya. “Sekarang itu dia jadi lebih sibuk dari sebelumnya. Jarang ada waktu, sampai Naufal ngeluh bapaknya gak mau diajak main lagi. Jarang komunikasi dan lebih memilih silent treatment. Aku agak ngecring sih sebenarnya, tapi ya aku mencoba untuk memaklumi karena dia sibuk kerja. Cuma … aku nggak bisa diginiin terus sama dia!! Aku nggak bisa dicuekin!!” rengek Triska
Elena semakin tertawa lebar, dia pun meminta Triska untuk lebih bersabar lagi. Sejak dulu Moza itu terkenal dengan keras kepala, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Moza bekerja juga untuk Triska dan Naufal, agar kehidupan mereka tidak menderita dan kekurangan. Itu sebabnya Moza seperti ini untuk memperjuangkan mereka berdua, tidak mungkin kan Moza seperti ini hanya untuk dirinya sendiri? Apalagi saat ini Elena juga sedang happy-happy nya setelah apa yang dia inginkan tercapai.
Apalagi saat ini Triska juga bekerja, setidaknya dengan keadaan yang seperti ini tidak membuat Triska kesepian dan gampang marah. Semuanya terasa capek, semuanya terasa lelah, mereka harus bekerja keras untuk masa depan mereka dan juga kehidupan yang layak untuk mereka dan juga Elena. Tidak mungkin kan jika mereka banyak uang dan Elena tidak menikmati uang mereka? Bahkan Elena hanya perlu duduk santai di rumah sambil mekakang saja uang sudah datang dengan sendirinya. Kehidupan seperti inilah yang diinginkan Elena sejak dulu, bukan malah salah menikah dan salah orang pula!! Sialan!! Benar-benar sialan pria itu.
“Udah sabar aja. Nanti juga dia ada waktu buat kamu, sabar aja.” kata Elena lembut sambil mengusap punggung tangan Triska. Bukan jawaban itu yang diinginkan Triska tapi jawaban uang lebih panjang dari apa yang dia jelaskan. sesuatu yang menjeblos dari bibir Elena yang akan membuat Triska shock setengah mati. Tapi sayang nya Elena bukanlah orang yang gampang untuk di jebak ucapan. “Mending ikut aku aja, aku mau kasih surprise nih ke kamu.”
“surprise apa? Aku nggak lagi ulang tahun ya.”
Elena tertawa dia pun mengajak Triska untuk pergi dari cafe ini, dan memilih pergi ke rumah sakit. sejujurnya Triska bingung dengan sikap Elena, kenapa mereka harus pergi ke rumah sakit? Sedangkan dilihat Elena nampak biasa saja tidak sakit, lalu untuk apa juga mereka pergi ke rumah sakit?
“Kamu lagi sakit?” tanya Triska tak tahan lagi. Kalau sakit kenapa nggak bilang dari tadi? Pikir Elena.
Triska menggeleng, dia mengeluarkan satu batang kecil berwarna putih dari tasnya, lalu dia berikan pada Triska. Itu adalah testpack yang dia beli kemarin dan memeriksa apa yang terjadi dengannya, karena seharian kemarin Elena nampan lemas dan mual di pagi hari. Dia pikir masuk angin atau tidak anak badan, taunya waktu dilihat di kalender bulannya Elena sudah tepat satu bulan. Dia hanya memastikan dirinya benar hamil atau tidak, itu sebabnya hari ini wanita itu mengajak Triska pergi ke dokter kandungan. Dan ini adalah satu-satunya alasan Moza membatalkan pertemuannya dengan Triska kemarin siang di cafe.
Garis itu memang terlihat tidak senada, yang satu terlihat tebal dan yang satu terlihat samar. Seperti tidak menyakinkan jika memang bukan dokter yang memutuskan. Tapi perasaan Triska entah kenapa menjadi tak karu-karuan, dia kepikiran Moza apa pria itu tahu Elena hamil. Bahkan waktu menikah saja Triska tidak tahu dengan siapa dan saat ini wanita itu tengah hamil.
Dada Triska bergemuruh hebat, terasa sesak dan mencekik leher wanita itu. Apa yang terjadi dengannya yang seharusnya Triska happy dan suka melihat Elena hamil. Tapi yang ada … ada rasa yang entah apa namanya Triska sendiri juga tidak tahu apa yang membuat wanita itu gelisah setengah mati. Hidupnya seolah tidak tenang sama sekali, ibunya saja menyusahkan Moza apalagi anaknya nanti. Sudah pasti akan menyusahkan juga seperti ibunya, yang dimana seperti peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
“Ini … kamu hamil?” ucap Triska tak menyangka.
“Aku nggak tau, cuma mastiin aja makanya aku ajak kamu kesini. Kamu yang lebih berpengalaman dari aku, Tris.”
Triska menatap Elena dengan heran. “Tapi … gimana bisa kamu hamil. Suami kamu mana? Dia tahu nggak, kamu hamil?”
Dengan polosnya Elena pun menggeleng. “Aku belum kasih tau, setelah ini nanti aku kasih tau. Tapi … aku takut kalau suami aku bakal kayak suami aku yang dulu, Tris.”
Demi Tuhan … Triska tidak tahu harus apa. Dia tidak tahu apa yang harus diucapkan, yang terpenting saat ini kenapa perasaannya mendadak sesak dan sakit? Apa yang membuat Triska sesak dan sakit seperti ini? Harusnya dia happy, dia bahagia melihat Elena seperti ini. Tapi kali ini kebahagian itu lenyap dengan pikirannya tentang Moza dan juga Elena.
Apa yang sebenarnya terjadi dengannya kali ini?
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...