Chapter-54

161 6 0
                                    

Elena tersenyum kecil sambil menikmati segelas jus jeruk di tangannya. Triska pikir dia tidak tahu waktu wanita itu menyelinap masuk ke rumahnya tanpa seizin pemilik rumah. Triska pikir rumah ini kosong, atau mungkin wanita itu berpikir jika Elena tengah bersantai-santai ria di dalam rumah sambil menikmati kekayaan Moza. Hal itu memang terjadi, ya Elena sangat menikmatinya. Moza selalu memberinya banyak yang tanpa harus membaginya dengan Triska. Kalau masalah Naufal tidak masalah, toh, bocah itu juga butuh duit untuk biaya sekolah. Duit sekolahnya tidak seberapa sehingga tak membuat Elena pusing.

“Kaget ya aku tahu kamu masuk rumah ini tanpa permisi?” kekeh Elena.

Triska ingin sekali marah, tapi ketika dipikirkan kembali untuk apa juga dia marah. Yang ada dengan kemarahan Triska, Elena akan semakin senang untuk menghasut Moza. Sikap Naufal yang berubah sudah pasti karena ulah Elena juga. Kalau Moza yang dewasa saja bisa berubah apalagi Naufal yang masih bocah kemarin sore belum tahu apapun tentang pertikaian ini.

“Harusnya aku nggak perlu minta izin .mau masuk kerumah ini atau tidak. Rumah ini masih seratus persen hakku, kamu cuma menumpang karena sudah merebut suami orang dari pemilik rumah ini.” 

Disini Elena tertawa kecil, merebut? Elena tidak merebut. Moza mencintai Elena begini juga dengan Elena yang juga mencintai Moza. Salahnya dimana? Mereka hanya dipisahkan waktu, saling tidak menyadari perasaan masing-masing sehingga berujung dengan pernikahan tanpa cinta. Dan sekarang mereka dipertemukan kembali dengan versi yang lebih dewasa, lebih baik dari sebelumnya. Seharusnya Triska memaklumi itu, bukan malah marah-marah tidak jelas seperti ini. Yang dimana Triska lebih memilih pergi ketimbang menetap di rumah ini bersama dengan Moza.

“Elena kamu juga pernah diperlakukan sama sepertiku. Masa iya kamu juga memperlakukan orang lain seperti apa yang kamu rasakan dulu. Moza memang tidak mencintaiku, tapi minimal kamu juga kasih waktu dong buat aku biar aku bisa bikin Moza cinta sama aku.” seru Triska.

Dan hal itu tidak mungkin terjadi, Elena tidak mungkin membiarkan Moza jatuh cinta dengan Triska. Yang ada hidup Elena bagaimana jika Moza mencintai Triska? Tenggelam dalam kehidupan yang menyedihkan membuat Elena hampir gila dan Elena tidak ingin hal itu terjadi kembali.

Disini Triska tak habis pikir, diluaran sama banyak sekali pria yang mau menikah atau bersanding dengan Elena. Bukan berarti harus suami Triskan? Meskipun saling mengenal satu sama lain, tapi … istri mana sih yang bisa menerima jika suaminya menikah dengan wanita lain yang notabene cinta pertamanya? Triska juga punya cinta pertama tapi tidak segila Moza yang harus kembali ke cinta pertama hanya demi ingin bersama. 

“Aku cintanya sama Moza, maunya sama Moza. Harusnya mendukung dong bukan malah marah-marah nggak jelas begini.” dengus Elena.

“Tukar posisi boleh nggak? Kamu yang jadi aku, dan aku yang jadi kamu?” dada Triska naik turun menahan amarah. Dalam bayangannya, ingin rasanya Triska mencabik habis wajah Elena hingga robek atau mungkin hingga rusak agar wanita itu kapok, jika merebut suami orang ada sangsingnya. Setidaknya hanya terjadi di diri Triska saja tidak dengan rumah tangga orang lain yang nantinya akan dirumah juga oleh Elena.

“Kamu nggak akan bisa gantiin aku, Triska.” 

Triska tahu hal itu, Triska tahu jika dirinya tidak akan bisa menjadi seperti Elena. Tapi bukan berarti dia harus kembali dengan merusak kan? Katanya teman, bukannya teman harus saling mendukung? Membiarkan temannya bahagia dengan pilihannya? Tapi kenapa ini berbeda? Posisinya saat ini bukanlah hal yang penting, mau Moza dengan Elena atau Triska, nyatanya wanita itu sama sekali tidak peduli. Yang dia pedulikan saat ini adalah Naufal bukan yang lain.

“Memang, dari segi apapun aku nggak bisa gantiin kamu. Begitu juga dengan cinta Moza. Tapi kan bisa ya pakai cara yang bersih, nggak perlu neror orang, nggak perlu nelpon orang cuma untuk diakui di depan aku. Tinggal bilang kok, kalau kalian saling cinta sudah lebih dari cukup untuk aku mundur.” dada Triska naik turun, jika bukan karena hamil sudah dipastikan Triska akan menghajar Elena saat ini juga. Tapi otaknya masih berfungsi dengan baik, sehingga dia memilih untuk tidak menyerang wanita itu sedikitpun. “Elena aku tahu banyak hal apa yang kamu lakukan dibelakang aku selama sama Moza. Dan aku masih memilih untuk diam, kamu memang lebih dulu kenal dengan Moza, tapi bukan berarti kamu memiliki hal sepenuhnya untuk merebutnya Moza dariku dan juga Naufal. Kamu memiliki anak yang masih membutuhkan kasih sayang seutuhnya dari kedua orang tuanya. Harusnya kamu mengerti itu.” 

Alis Elena terangkat sebelah, lalu menatap Triska dari atas hingga bawah. “Aku melakukan itu agar kamu tahu, yang pantas bersanding dengan Moza itu aku bukan kamu. Aku yang lebih dulu memahami Moza, aku yang lebih dulu bersama Moza sebelum kamu. Yang harus mengerti itu kamu bukan aku, dan lagi … ,” dengan sengaja Elena mengusap perutnya yang sedikit menonjol di depannya. “Aku sedang mengandung anak Moza, itu tandanya anakku juga berhak mendapatkan kasih sayang yang penuh dari kedua orang tuanya kan? Sama seperti Naufal, dia juga berhak mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tuanya. Tapi kamu malah membiarkan dia melakukan semuanya dengan sendiri, Ibu macam apa kamu itu memperlakukan anakmu tidak adil!!” 

Triska menggeleng, itu semua tidak benar. Triska cukup adil dalam mengurus anak, dia hanya mengajarkan anaknya untuk lebih mandiri karena kedua orang tuanya tidak sepenuhnya bisa menemaninya sampai tua nanti. Apalagi Naufal seorang laki-laki yang dimana dia akan menjadi pemimpin dan imam untuk rumah tangannya. Jika dari kecil tidak diajarkan Triska takut setelah dewasa dan menikah Naufal akan menjadi pria yang patriarki. Tentu saja Triska tidak suka hal itu terjadi dalam hidup Naufal.

“Banyak alasan. Lebih baik kamu pergi, kamu sudah tidak dibutuhkan lagi di rumah ini. Moza sudah mengusirmu, minimal tahu tempat dong.” cibir Elena. seolah dia salah pemilik sah rumah ini.

“Bener ya, kamu itu nggak tau diri banget. Dulu kamu datang kesini dengan keadaan kacau aku masih mau menampungmu. Saat kamu dihajar suami kamu, aku masih mau menenangkan dan menghibur kamu. Tapi yang kamu lakukan malah merebut suamiku dengan alasan cinta? Ini bukan cinta Elena tapi obsesi karena kamu tidak pernah diperlakukan seperti aku.” 

Elena tidak suka dengan hal itu, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Rasa ingin memukul wajah Triska tapi Elena tahu jika setiap ujung rumah ini ada CCTV nya. Yang dimana Moza bisa saja datang ke rumah jika ada pertengkaran hebat. 

“Mohon maaf, sebelum kamu diratukan oleh Moza, aku sudah lebih dulu diperlakukan ratu oleh Moza. Ingat kan Moza bilang apa? Dia lebih cinta ke aku ketimbang hidup bahagia dengan kamu. Kamu itu cuma serbuk cabai yang nggak akan dilirik sama Moza. Wanita mandul kayak kamu bisa apa? Suruh hamil lagi aja nggak bisa ngakunya sehat taunya bermasalah.” 

“Aku nggak mandul Elena!!!” teriak Triska tidak Terima.

Elena tertawa. “Kalau bukan mandul apa namanya sampai nggak bisa punya anak lagi? Kalau nggak mandul harusnya udah punya anak lagi kan sesuai dengan apa yang Moza inginkan? Kalau nggak mandul ya nggak mungkin sekali tancap sama aku langsung bisa hamil.” 

Triska geram, mulutnya terbuka ingin sekali menjawab ucapan itu. Tapi Elena lebih dulu mengangkat tangan nya ke udara hingga bibir Triska kembali tertutup. “Pulang gih, pengrusak!!” desis Elena sebal.



To be continued 

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang