Keesokan harinya, Elena kembali ke rumah barunya. Moza bilang hari ini akan ada banyak tukang yang mulai membangun rumahnya. Dan juga beberapa orang untuk membersihkan rumahnya pulang. Rumah itu tidak begitu buruk, hanya saja lama tidak ditinggali jadi terlihat buruk.
Katanya, sebelum berangkat ke kantor Moza lebih dulu mampir ke toko aluminium. Untuk memesan kaca, dan juga pintu baru untuk rumah itu. Dah benar saja, ketika Elena datang kaca dan juga pintu itu susah datang. Dan semua orang susah mulai memasang pintu dan kaca dengan penuh hati-hati.
"Mas … sarapan dulu." kata Elena.
Semua orang menoleh menatap Elena dari atas hingga bawah. Lalu meninggikan pekerjaan mereka dan mulai menghampiri Elena. Wanita itu juga meminta maaf, karena hanya bisa membelikan nasi bungkus. Dan juga kopi yang dibungkus dengan kantong plastik kecil. Bukannya apa, untuk memasak pun Elena juga tidak memiliki lahan. Dia tinggal di hotel, dan tidak mungkin juga kan Elena meminjam dapur hotel untuk memasak?
"Nggak papa Mbak, ini mah udah lebih dari cukup." kata salah satu diantara mereka.
Elena tersenyum. "Ini nanti sampai besok Mas pasangnya?"
Tukang itu menjelaskan, jika memasang kaca dan pintu hanya membutuhkan waktu setengah hari saja sudah dari cukup. Lagian tidak semua kaca di rumah ini bolong, dan sisanya masih bisa digunakan dengan baik. Cuman, kalau membersihkan rumah ini yang membutuhkan waktu cukup lama. Bisa sampai dua atau tiga hari untuk memastikan kalau debu di rumah ini hilang beneran.
Elena manggut-manggut, dia pun meminta izin untuk melihat isi rumahnya seperti apa. Karena kemarin, dia hanya bisa melihat luar rumah yang luas. Dan isinya Elena sama sekali tidak melihatnya. Ketika wanita itu menginjakkan kakinya di teras rumah, Elena lebih dulu memasang masker di wajahnya. Dia pun masuk ke dalam dan mendapati rumah ini kosong. Tidak memiliki barang apapun, dan Elena akan mengisinya setelah rumah ini benar-benar bersih dari debu. Ada dua kamar yang bersebelahan, dan juga dapur yang luas dekat dengan taman belakang rumah. Padahal Elena berpikir jika dia akan membuat taman kecil di depan rumah nantinya. Tapi tidak masalah bisa jadi dia membuat dua taman di rumah ini, agar terlihat asri.
Mengelilingi rumah ini, dan melihat ada banyak sapu, sampah dan juga lantai yang berkerak. Elena pun berjongkok mengambil sapu itu. Setidaknya dia memiliki pekerjaan yang harus di lakukan, dia tidak bisa jika hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apapun.
"Mbak … astaga, jangan Mbak. Biar saya sama yang lain aja. Mbak tinggal lihat aja." pekik salah satu wanita yang entah masuknya sejak kapan.
Elena terkejut, apalagi wanita itu juga langsung menarik sapu yang ada di tangan Elena dengan kasar. "Eh … nggak papa kok, biar saya bantu." mencoba merebut sapu itu. Ternyata wanita itu malah membuang sapu itu agar jauh dari Elena. "Kenapa di buang sih? Saya kan mau bantu kalian." ujar Elena tidak enak hati.
"Udah Mbak jangan. Nanti kita yang dimarahi, lebih baik Mbak tunggu saja di depan."
"Tapi--" belum sempat Elena melanjutkan ucapannya, wanita itu lebih dulu mendorong tubuh Elena untuk keluar dari rumah ini. Bersamaan dengan itu, Elena malah melihat Moza yang berdiri tegak di depan rumah ini tengah mengobrol dengan salah satu tukang di rumah ini. "Moza kamu kok udah ada disini, katanya ke kantor?" ujarnya mendekati pria itu.
Moza hanya tersenyum, dia tidak sengaja lewat. Lebih tepatnya ingin tahu sudah sampai mana mereka memperbaiki rumah ini. Dan ternyata kaca masih terpasang setengah, pintunya juga belum dipasang secara sempurna. Bagian dalam rumah juga ternyata masih kotor. Dan mungkin akan membutuhkan waktu cukup lama agar rumah ini bisa ditempati dengan kayak. Belum lagi, setelah ini Moza juga harus membelikan banyak perabotan untuk rumah Elena agar ada isinya. Tidak mungkin jika Elena akan tidur di atas kardus atau mungkin koran bekas.
"Nanti aja Za, kalau aku udah ada uang aku beli sendiri kok." Elena benar-benar tidak enak hati dengan Moza. Rumah dia yang membelikan, hotel juga dia yang bayar. Masa hal sekecil ini saja harus Moza?
Tentu saja sesuai janji Moza, jika apapun yang Elena inginkan akan Moza penuhi. Wanita itu sudah menjadi tanggung jawab Moza, bukannya masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu. Tapi Moza tidak tega jika harus melihat temannya menderita, apalagi itu wanita yang di sakiti dan di hajar habis-habisan oleh pria.
"Tapi Za, aku yang nggak enak sama Triska. Takutnya istri kamu salah paham sama kita."
Moza hanya tersenyum mirip sambil mengacak rambut Elena pelan. Tentu saja hal itu mampu membuat Elena langsung diam. Pasalnya, dulu, hal itu sering Moza lakukan ketika Elena tiba-tiba saja berubah cerewet disampingnya. Dan sekarang hal itu kembali terulang.
"El, aku ke kantor dulu. Nanti sore kalau Triska nggak buru-buru nyuruh pulang aku mampir ya." ucap Moza dan mendapat anggukan dari Elena.
****
Triska mondar-mandir di depan kaca, setelah mendapat panggilan masuk dari ibu mertuanya. Anne meminta Triska untuk datang ke rumah, dan menggajak Triska maupun Naufal untuk makan siang bersama. Tentu saja hal itu sering terjadi, ketika ini mertuanya hampir setiap satu minggu sekali meminta Triska dan Naufal datang ke rumahnya. Tidak hanya pada ibu mertuanya, kadang ibu Triska juga meminta Triska datang bersama dengan Naufal. Maklum saja cucunya masih satu dan yang paling di sayang oleh banyak orang.
Merasa siap dengan make upnya yang sederhana, Triska pun langsung menuju ke sekolah Naufal. Lima belas menit jelas Naufal bubar, dan dia tidak ingin terlambat ketika menjemput putra satu-satunya. Mengendarai mobil bekas milik Moza dulu, akhirnya Triska pun pergi ke sekolah Naufal.
Tepat sekali, lima belas menit akhirnya Triska dan sampai di depan gerbang sekolah Naufal. Wanita itu langsung melambaikan tangan nya ketika melihat Naufal yang keluar dari pos satpam. Maklum saja, anak murid disini jika bukan ibu dan saudaranya yang jemput pun tidak bisa. Belum lagi, harus konfirmasi lebih dulu pada wali kelas atau mungkin guru piket yang menjaga di depan. Jika ibu anak tidak bisa menjemput, dan digantikan oleh saudaranya.
"Bunda kok rapi banget, mau kemana?" tanya Naufal setelah mencium punggung tangan Triska.
"Ke rumah oma dong. Oma minta kita ke rumahnya loh. Ayo."
Naufal bersemangat dia pun langsung berlari kecil ke arah mobilnya. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan oma nya. Selama di mobil Triska bahkan meminta Naufal untuk mengganti bajunya lebih dulu. Jangan sampai di datang ke rumah oma dan Naufal masih menggunakan seragam merah putihnya. Selain besok masih dipakai, di rumah pakai baju Naufal semuanya sudah tidak ada yang muat.
"Bund, beliin oma oleh-oleh ya." kata Naufal.
"Iya. Mau dibeliin apa Fal, oma?"
Naufal berpikir sejenak sambil mengusap dagunya. Dia jadi ingat cerita temannya tentang kue kukus yang di dekat dealer motor. Kue kukus itu terbilang enak dan harganya juga tidak begitu mahal. Naufal inhil membelikan kue itu sekaligus dia juga ingin mencicipinya nanti. Kalau bisa beli dua rasa yang berbeda, satu untuk oma dan satu untuk Naufal dicicipi di rumah.
Tentu saja hal itu langsung membuat Triska tertawa. Dia pun menuju toko kue itu dengan cepat, jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah Naufal. Jadi tidak membutuhkan waktu yang lama. Sesampainya disana, Triska langsung mengabari Moza jika dia harus pergi ke rumah Irene untuk makan siang. Dan yang jelas Triska akan pulang malam hari atau sore nanti setelah Irene mengizinkan Naufal untuk pulang.
Turun dari mobil dan membeli empat rasa yang berbeda. Triska pun kembali ke mobil, bersamaan dengan itu dia malah melihat satu mobil yang terparkir indah di depan sebuah warung makan. Mobil itu sepertinya Triska tahu milik siapa. Hampir mirip milik Moza, tapi mana mungkin Moza ada di sekitar sini. Dia kan baru bilang kalau masih ada di kantor bersama dengan klien.
"Nggak mungkin ah, mobil begitu banyak." gumam Triska menyakinkan diri.
Naufal yang sudah kepanasan pun meminta Triska untuk cepat membuka pintu mobilnya. "Ayo bund … "
Tersadar dari lamunannya, Triska pun tersenyum. "Ayo sayang … Kita berangkat ke rumah oma."
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/300673928-288-k978686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...