Triska terkejut ketika melihat Moza pulang ke rumah bersama dengan Elena. Bahkan Triska juga bisa melihat wajah Elena yang banyak luka lebam. Belum lagi jaket suaminya yang bertengger manis di bahu Elena. Seperhatian itu ya Moza pada Elena? Apalagi selama ini Moza selalu memperlakukan orang lain dengan sama. Sama seperti Moza memperlakukan Triska selama ini.
Dengan keadaan menangis, Elena langsung menghampiri Triska dan memeluk wanita itu dengan erat. Tangisannya tak berhenti, hingga membuat wanita itu menatap Moza dan meminta penjelasan dari pria itu. Apa yang terjadi dengan Elena? Dan kenapa wanita itu bisa menangis sesenggukan? Apa Moza melakukan sesuai yang menyakiti Elena? Tapi apa mungkin?
Moza sendiri mengangkat tangannya, meminta Triska untuk tenang. Hal ini terjadi bukan karena ulahnya, dan Moza yakin jika Elena tidak bertemu dengannya sudah dipastikan jika Elena akan tinggal nama saja. Mantan suaminya begitu kejam menyiksa Elena tanpa belas kasihan, dan Moza juga bingung mau membawa Elena pergi kemana. Sedangkan wanita itu tidak tahu harus pergi kemana untuk menyelamatkan diri.
"Sebenarnya apa yang terjadi, dan kamu kenapa nangis El." ucap Triska bingung sambil melepas pelukan itu.
Tangisan Elena semakin kencang, dia pun kembali memeluk Triska dengan erat. Seolah gerak geriknya itu menunjukkan jika dia membutuhkan pelukan dibanding dengan pertanyaan. Langsung saja Triska memilih diam dan menenangkan wanita itu. Bahkan Triska meminta Elena untuk membersihkan dirinya lebih dulu, keadaanya sangat kacau dan luka itu juga pasti terasa sakit. Harus segera diobati agar tidak infeksi. Tidak ada kulit mulus seperti yang Triska lihat kemarin.
Elena pun mengalah, dan memilih membersihkan diri. Dia tidak mungkin berbicara dengan Triska dengan keadaan sekacau ini. Sedangkan Triska dia pun langsung meminta Moza untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Elena. Dan kenapa bisa Moza pulang ke rumah membawa wanita lain? Apa dia tidak memiliki tempat tinggal, sehingga Elena harus dibawa pulang? Apa kata orang-orang jika melihat ada perempuan lain tidak mereka kenal berada di rumah mereka. Belum lagi ibu Moza bisa datang kapan saja jika orang itu mau.
Pria itu langsung menjelaskan jika dia tidak sengaja bertemu dengan Elena di tengah jalan, setelah pulang bertemu dengan Niko membahas bayi tabung yang dia inginkan. Moza melihat mantan suami Elena, mulai memukul wanita itu. Tidak hanya luka di wajahnya saja, tapi lengannya juga ada luka memar yang panjang. Belum lagi luka bekas rokok di punggung tangan wanita itu. Entahlah, mantan suaminya itu gila atau bagaimana Moza sendiri juga tidak paham. Dia suka sekali menyiksa Elena, bahkan tadi Elena memohon ampun saja mantan suaminya sama sekali tidak peduli. Tentu saja hal itu membuat Moza tidak tega melihatnya.
Moza juga menawarkan diri untuk membawa wanita itu pulang ke rumahnya. Tapi Elena menolak, karena dia takut jika mantan suaminya itu bersikap kasar padanya kembali. Ini bukan kali pertama, tapi sudah terjadi beberapa kali hingga Elena harus berpindah tempat tinggal ketika mantan suaminya tahu tempat tinggalnya yang baru. Itu sebabnya Moza membawa Elena pulang ke rumah, karena dia sendiri tidak tahu harus membawa Elena pergi kemana. Belum lagi, Moza tidak ingin Triska memiliki pemikiran yang tidak-tidak tentang Moza dan juga Elena. Mereka hanya sebatas teman tidak lebih, dan Triska harus tahu hal itu. Dia harus memahami keadaan Moza yang ingin membantu temannya yang mengalami kesusahan. Tanpa memperdulikan perasaan Triska seperti apa, apalagi itu perempuan.
"Kamu bener sih Mas, jangan bawa Elena pulang dulu ke rumahnya. Masih bahaya Mas, mantan suaminya nggak mungkin tinggal diam. Pasti dia nyariin Elena dan menyiksa dia kembali." kata Triska emosi. Setidaknya rasa kasihan Triska lebih dominan, ini manusiawi semua orang pasti akan merasa kasihan jika melihat orang disiksa seperti itu.
"Itu yang aku pikirin, Tris. Aku kasihan sama dia, makanya aku bawa dia kesini. Seenggaknya biarkan dia menumpang di rumah kita untuk beberapa hari kedepan."
Triska setuju, dia akan mencoba mencari tempat tinggal yang aman untuk Elena. Bahkan Triska juga akan mencarikan pekerjaan yang akan juga untuk wanita itu. Pendidikannya lumayan tinggi, jadi kalau kerja di kantoran masih bisa diterima. Elena tidak perlu lama-lama tinggal di rumahnya lagi dan menimbulkan masalah baru.
Dan kebetulan sekali di kantor tempat Moza bekerja, membuka lowongan kerja sebagai staff. Mungkin saja Moza bisa memasukkan Elena bekerja di kantornya, agar Elena juga terhindar dari mantan suaminya. Entah kenapa hal itu langsung membuat Triska tidak suka, tapi mau bagaimana lagi Triska tidak memiliki hak untuk protes.
Moza tidak mengatakan apapun. Dia pun memilih diam sambil menatap pintu yang baru saja dibuka, dan muncullah Elena yang sudah bersih mengenakan baju milik Triska. Disini wanita itu bisa melihat luka sayat dan masih banyak lagi di tubuh Elena. Tentu saja Triska langsung mengambil kotak obat yang ada di dapur dan membawanya ke hadapan Elena. Mengobati satu persatu luka yang ada di tubuh Elena.
"Tris … Kamu nggak perlu begitu aku bisa sendiri kok." kata Elena tidak hati, sambil menepis tangan Triska. Dia bisa mengobati lukanya sendiri, asalkan obat yang dia butuhkan ada.
"Keburu infeksi kalau nunggu kamu, mending diem dulu ngomongnya nanti aja." jawab Triska sedikit cetus.
Elena memilih diam, dia pun menatap Moza yang menganggukkan kepalanya, tanda jika Elena tidak boleh membantah apapun yang wanita itu katakan. Atau tidak Triska akan mengomel sepanjang masa hanya karena luka Elena. Sudah tau kan Triska suka sekali ngomel dan sulit untuk berhenti jika orang itu tidak pergi. Bahkan Moza sering melakukan hal itu ketika dia bertengkar dengan Triska.
Setelah dirasa selesai, Triska meminta Elena untuk ke kamar tamu. Malam ini dia bisa menginap di rumah ini sampai kondisi yang induktif. Meskipun wanita itu menolak dan bisa pulang ke rumah tapi nyatanya Triska meminta Elena untuk tetap berada di rumah ini.
"Aku nggak enak sama kamu, mending aku pulang ada Tris." kata Elena.
"Mau dipukuli lagi sama mantan suami kamu yang gila itu!! Semalam aja, setelah itu terserah."
"Tapi--"
"Udah El nurut aja mending, hanya semalam besok aku anterin kamu pulang."
Pada akhirnya Elena pun mengalah, dia pun menginap di rumah ini hanya untuk satu malam. Berjalan gontai menuju kamar tamu Triska langsung menyiku perut Moza beberapa kali. Tentu saja sikuan itu memiliki arti yang luar biasa. Dia masih belum menyangka jika mantan suami Triska berbuat sejauh ini. Menyiksa Elena dengan begitu kejam, hingga merasa ketakutan. Kalau saja Moza melakukan hal itu pada, Triska sudah dipastikan jika Triska sendiri juga tidak ingin memaafkan Moza apapun caranya.
"Aku nggak mungkin seperti itu. Pernah apa aku kasar sama kamu." dengus Moza.
"Ya nggak sih, tapi kan itu aku kepikiran aja Mas. Siapa yang menuduh sih."
"Mending kamu tidur. Di rumah ada tamu, jangan sampai tamu kita kelaparan di pagi hari." kata Moza cepat dan menahun Triska masuk ke dalam pelukannya.
Triska mengangguk, sifat Moza memang lembut dan hampir setiap hari meminta Triska untuk tidur sore, karena takut wanita itu kecapekan. Tapi masa iya hanya karena kedatangan Elena semuanya berubah? Seolah ucapan itu begitu tegas dan menggambarkan jika Triska selalu bangun siang dan tidak menyiapkan apapun. Padahal mau tidur seluruh apapun Triska masih bisa bangun pagi untuk membuatkan Moza dan juga Naufal sarapan dan juga bekal mereka. Ini hanya karena Elena loh, bukan yang lain apa iya harus seperti ini?
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/300673928-288-k978686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...