Chapter-11

94 4 0
                                    

Melihat rumah yang dibelinya beberapa hari yang lalu, Moza pun tersenyum senang. Rumah itu sudah bersih dan jadi sesuai dengan apa yang Elena inginkan. Dan hari ini wanita itu akan pindah ke rumah ini, dan meninggalkan hotel yang beberapa hari ini menampung dirinya. Tinggal isinya, untung saja Moza membeli satu tempat tidur lebih dulu untuk Elena tidur. Sedangkan lainnya mungkin bisa menyusul nanti atau besok jika dia memiliki banyak waktu untuk belanja kembali bersama dengan Elena.

Ini sudah hari ketiga, Elena selalu bersama dengan Moza. Entah hanya untuk membeli piring, atau mungkin gelas cantik kesukaan Elena. Tidak hanya itu, selama tiga hari ini juga Moza pulang larut malam, dan dia beralasan pada Triska jika ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan di akhir bulan ini. Agar Moza memiliki waktu untuk Triska dan juga Naufal. Itu alasan Moza pada Triska, kenyataanya tentu saja belum pasti.

Triska tahu betul bagaimana sikap Moza selama ini, yang tidak mau mengalah. Moza yang ingin sekali seperti dulu, pergi keluar malam dan semuanya tanpa ada larangan sama sekali. Padahal dia itu tahu, jika dia sudah menikah dan memiliki anak. Sedangkan sikapnya kadang seperti orang bujang yang tak memiliki tanggungan apapun. Apalagi ketua temannya yang juga memiliki istri dan anak, melakukan hal yang sama seperti Moza. Dan sekarang hal itu ketambahan Elena yang juga teman mereka waktu sekolah dulu. Wanita itu memiliki kehidupan yang buruk, di tinggal suaminya dan juga anaknya karena suatu hal entah apa. Sedangkan dulu waktu pacaran, Triska masih ingat betul kalau suaminya itu mencintai Elena begitu dalam. Bahkan untuk menyakiti nya saja kekasihnya tidak tega. Tapi sekarang … Benar ya kata orang, jika perasaan, sikap, dan apapun itu dia diubah dan dibentuk seiring berjalannya waktu.

"Udah lama Za?" pertanyaan itu membuat Moza menoleh. Dia pun menatap Elena yang membawa satu tas di tangan kirinya dan berdiri di samping Moza, dengan tangan yang menutup keningnya karena cuaca panas. "Maaf ya aku baru datang. Taksi online nya lumayan lama." ujarnya kembali.

"Nggak papa, ayo masuk."

Elena mengangguk, dia pun segera masuk bersama dengan Moza untuk melihat isi rumahnya yang masih kosong. Bahkan Elena juga sempat terkejut jika ada satu ranjang di kamar paling depan.

"Ini kamu yang beli Za?" tanya Elena ragu.

Kalau bukan Moza lalu siapa lagi? Hidup Elena sekarang juga tergantung pada Moza. Jika pria itu tidak memberinya uang, maka Elena juga tidak akan memiliki uang sepeser pun. Mengingat Moza yang melarang Elena untuk bekerja. Moza hanya takut, jika nanti mantan suami Elena kembali dan menghajar dirinya.

Pria itu juga belum membeli apapun. Dia hanya membeli tempat tidur untuk Elena tidur. Agar wanita itu tidak tidur beralasan tikar, yang dimana akan membuat Elena sakit.

"Enak ya Za jadi kamu. Dulu, aku juga memiliki semuanya. Setelah mama meninggal, dan papa kabur dari rumah. Hidupku luntang lantung, belum lagi punya suami kayak udah masuk neraka." ucap wanita itu sedih.

"Udah jangan dipikirin lagi, sekarang mulai dari awal. Yang sudah, berlalu nggak perlu diingat kembali. Masih ingat kan, ucapan pak Tres masa lalu itu untuk dikenang tidak untuk diingat atau di ulang."

Tertawa terpingkal, Moza pun menunjuk tumpukan piring dan gelas yang masih di atas lantai. Itu adalah piring dan juga gelas cantik pilihan Elena. Moza pikir selera wanita itu berubah taunya masih sama. Menyukai barang atau apapun yang warnanya natural dan soft. Tidak ada banyak corak, dan juga warna yang dominan.

Moza memberitahu Elena jika dia baru saja mengirim transfer sejumlah uang, pada kartu platinum yang dibawa oleh Elena. Uang itu bs ia dibuat beli sofa, lemari kecil atau apapun yang Elena butuhkan untuk mengizinkan rumah ini agar tidak kosong. Meskipun dalam hati Elena ingin menolak, nyatanya dia juga membutuhkan Moza saat ini sampai dia menemukan pekerjaan yang pas untuknya.

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang