Chapter-59

96 5 0
                                    

Untuk pertama kalinya setelah dua minggu berlalu. Akhirnya Triska pun mendapatkan surat gugatan cerai dari Moza. Pria itu ternyata juga menggugat dirinya dalam hal ini dan juga hak anak asuh. Tapi dengan percaya diri Triska pun mendatangi sidang pertamanya di pengadilan agama. Sayangnya, sidang pertama mereka harus tertunda karena sama-sama menyalahkan. Moza menuduh Triska menjalin hubungan dengan orang lain selama menikah dengan Moza, itu sebabnya Triska tidak mau mengandung anak kedua dari Moza. Karena lebih memilih mengandung bayi dari selingkuhannya ketimbang dengan suaminya sendiri. Ditambah lagi ada banyak sekali foto Triska dengan berbagai pria yang wanita itu aja tidak tahu siapa. wajahnya sangat asing sehingga membuat gelagapan ketika mendapat pertanyaan yang tidak masuk akal.

Wanita itu mencoba untuk menjelaskan dan menuduh balik jika yang menjalin hubungan itu Moza bukan dirinya. Bukti yang Triska punya adalah bukti real selama ini. Moza menikah siri dan istri sirinya tengah hamil anaknya. Bukan Triska yang tidak mau, tapi Moza saja yang tidak sabar untuk menunggu Triska kembali hamil.

Dan yaa, sidang ditunda satu bulan kedepan. Tapi tidak masalah, setelah itu Triska tidak akan pernah mau datang ke sidang agar cepat selesai. Atau tidak mengeluarkan sedikit uang agar masalah ini dipercepat, dan Triska bisa mendapatkan akte janda dengan cepat pula.

Menarik nafasnya, Triska memutuskan untuk minuman di pinggir jalan. Tempat tongkrongan ini cukup unik, bernuansa jadul begitu juga dengan ornamen yang dipajang pun juga barang-barang unik jaman dulu. 

“Gimana? Sukses?” tanya Nisa.

Setelah sekian abad akhirnya mereka pun bertemu. Dan Triska sedikit terkejut dengan pengakuan Nisa yang sudah bertunangan dengan Rizky. “Ditunda karena semua Moza punya banyak bukti palsu agar aku nggak bisa mengajukan hak anak.”

“Licik banget, pasti ulah ular itu!!” desisi Nisa kesal.

“Memangnya ada orang lain lagi selain dia?”

Tentu saja tidak ada, yang sirik pada hidup Triska yang sudah mapan kan Elena bukan yang lain. Kalau saja ada orang lain, sudah dipastikan akan mengalami kehidupan yang sama dengan Triska juga. Menikah untuk menderita, dan sekarang Nisa jadi takut untuk menikah. Dia sering kali bertanya pada Rizky apakah pria itu mencintainya atau tidak dan itu dia lakukan setiap hari untuk menyakinkan jika pria itu tulus mencintainya.

Triska tertawa. “Bego!! Kamu pikir kehidupan orang semuanya sama? Aku aja yang bodoh dan nggak beruntung menikah dengan Moza> Coba saja kalau waktu bisa diputar kembali, mungkin aku nggak mau menikah dengan pria yang belum selesai dengan masa lalunya. Dengan pria yang masih mencintai wanita lain dan tidak bisa menerima orang baru. Bukannya bahagia malah nyakitinnya nggak nanggung-nanggung, dasar opet gak tau diri!!”

Nisa ikutan tertawa, mungkin waktu itu mata Triska tertutup dengan butiran cinta yang memiliki kabut tebal. Sehingga Triska tidak bisa melihat jika ada bayangan hitam yang berdiri tegak di belakang Moza. makanya Triska cinta mati dengan pria itu sehingga disakiti saja dia masih mau-mau terus.

“Untung nggak gila, coba kalau gila udah pasti heboh satu dunia.” goda Nisa menaik turunkan alisnya.

Triska memutar bola matanya malas. “Berkat Bagas nih, kalau enggak mungkin aku udah masuk RSJ waktu itu juga karena semalam aku nangis terus sampai pusing dan mogok makan.”

Sebodoh itu Triska, padahal dulu dia adalah orang yang cerdas. Tapi melihat kejadian ini, Nisa jadi berpikir, sepintar apapun kita dalam hal materi belum tentu juga kita pindah dalam hal kehidupan, masa depan dan juga pasangan hidup. Mungkin Triska adalah orang yang belum beruntung mencintai orang, dia menggunakan perasaannya tidak dengan logikanya ketika dia jatuh cinta dengan Moza. Makanya sampai sejauh ini saja Triska tidak tahu apapun. Tapi tidak masalah, mungkin setelah ini Triska mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dan Nisa hanya bisa mendukung dan juga memberikan saran untuk Triska untuk berubah menjadi pribadi yang baik.

“Balik yuk, aku ada kerjaan banyak di kantor nggak enak aja kalau sering pergi terus menerus sama Bagas.” ajak Triska dan membuat Nisa mengangguk.

Ngomong-ngomong soal Bagas … Nisa Jadi ingat teman sekolahnya yang dulu bernama bagas, pria yang berkacamata kuda yang terkenal culun dan selalu berlindung di ketiak Triska. Karena waktu itu Triska adalah orang yang lumayan famous waktu sekolah, tidak hanya Bagas yang berlindung tapi juga dengan Nisa yang menjadi teman baik Triska sampai sejauh ini. Apa mungkin … dia Bagas yang sama?


***

“Kamu pikir kamu bisa ngalahin aku, Tris?” ejek Moza.

Ya, mereka tidak sengaja bertemu di salah satu pusat perbelanjaan di ibukota. Dengan Moza yang mengantar Elena belanja, sedangkan Triska mampir hanya membeli sesuatu saja. Dulu Moza tidak pernah mau mengantar Triska belanja, kalaupun mau mereka harus bertengkar lebih dulu. Triska lebih sering belanja sendiri, dengan alasan maklum saja Moza kerja capek pulang-pulang butuh istirahat total. Dan sekarang pria itu lakukan pada wanita lain, bukan dengan Triska waktu mereka bersama ulu?

Sakit hati? Jelas saja bodoh!! Triska mencintai Moza bukan main, tapi yang dicintai mirip sekali dengan pulu-pulu yang tidak tahu diri.

“Aku memang nggak bisa ngalahin kamu Mas, aplagi bukti yang kamu kasih itu semuanya bohong. Kamu melakukan itu karena ingin hak asuh anak jatuh ke tangan kamu, sebagai manager perusahaan kamu juga harus memberi contoh yang bagus kan untuk perusahaan kamu bekerja. Tapi ingat Mas apa yang kamu lakukan hari ini akan kamu ambil buahnya di kemudian hari. Kamu sudah berkhianat dan tidak mau mengakui semua itu, ganti pasangan hidup biasanya rezeki juga berganti sih Mas. Semoga kamu nggak hidup sengsara ya.”

Moza mengeraskan rahangnya, dia sempat terkecoh dengan ucapan Triska. Tapid etik berikutnya Moza pun tersenyum manis. “Aku nggak takut sama ucapanmu itu, kehidupan aku lebih bahagia ketimbang sama kamu yang monoton, Triska.”

“karena kamu tidak pernah mencintaiku, Mas. kamu tidak bisa menerima aku sepenuhnya dalam hidup kamu, dan menganggap jika hati, hidup dan juga pikiran kamu hanya milik Elena. Makanya waktu wanita itu kembali, kamu menjadi garda paling depan untuk kehidupan Elena. Sedangkan selama ini aku sudah mencintaimu secara tulus.”

Moza menggeleng, dia bukannya tidak mau mencintai Triska. Dia sudah pernah mencoba tapi gagal, Moza tidak bisa mencintai wanita lain selain Elena. Entah kenapa, menurut Moza kehidupannya benar-benar mati, dia kehilangan harapan dan juga separuh jiwanya ketika Elena pergi. Itu sebabnya waktu ada yang mau dengannya Moza langsung mengajaknya untuk berhubungan serius. Bukan karena cinta tapi untuk melangsungkan hidupnya agar tidak putus asa dan berakhir dengan bunuh diri.

“Kamu jahat Mas!!” kata Triska penuh penekanan.

“Aku kan cuma memperjuangkan rasaku saja, jahatnya dari mana?”

“Kamu sudah nyakitin aku selama ini, kamu pikir jadi aku gampang?” air mata Triska kembali menetes dengan derasnya. Bagaimana sih mendengar hal itu rasanya?

Moza tersenyum miring. “Maaf ya kalau aku nyakitin kamu dan buat kamu kecewa, nggak bermaksud tapi mumpung ada juga. Aku harus balik cari istriku lagi, semoga setelah ini kamu bisa menghadapi aku di pengadilan lagi ya Triska. Orang selingkuh seperti kamu tidak akan memenangkan hak asuh Naufal.” katanya dan berlalu.

Triska yang geram, marah pun melempar sepatu yang dia pakai. sayangnya karena matanya sudah minus dan kadang tidak jelas melihat, sepatu itu melayang ke sembarang arah dan mengenai orang lain.

“Lihat aja Mas kamu nggak akan bahagia hidup dengan Elena!!!” terika Triska lantang dan langsung mendapatkan banyak perhatian dari orang lain.


To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang