Chapter-45

134 9 4
                                    

“Sebenarnya ini ada masalah apa? Kenapa kalian bertengkar malam-malam begini?” tanya Pak Rt.

Triska mengusap air matanya, melihat dua orang menjijikkan itu rasanya Triska menyesal untuk meneteskan air matanya. Tapi nyatanya hatinya begitu sakit melihat suami yang dia cintai, suami yang dia harapkan  selama ini bersanding dengan orang yang pernah dicintainya. Ya, Moza mengakui jika selama ini Moza masih mencintai Elena sampai detik ini. Moza menyimpan rasa itu bertahun-tahun waktu mereka masih sekolah dulu. Waktu bertemu dengan Triska, kehidupan dan juga perasaan pria itu sedang kacau-kacaunya. Moza yang membutuhkan orang yang selalu ada untuknya, dan memperhatikan dirinya menerima kehadiran Triska dengan lapang dada. Meskipun tidak ada rasa cinta dan hanya sekedar melanjutkan hidup. Mumpung ada yang mau, Moza memilih mengajak Triska untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Perkenalan mereka berjalan cukup singkat, tidak selama yang orang pikirkan. Hanya beberapa bulan, dan Moza meminta keluarganya untuk membelikan rumah sebagai tanda jika dirinya mampu menghidupi Triska setelah lulus kuliah nanti.

Dan benar saja, setelah lulus kuliah beberapa bulan setelah pendekatan. Moza langsung melamar Triska dan mereka pun menikah, Moza membutuhkan seseorang yang selalu ada untuknya, orang yang bisa menggantikan posisi Elena dan harapan bisa mencintai Triska. Semakin Moza memaksa dan semakin Moza mencoba untuk menerima dan mencintai Triska. Nyatanya pria itu gagal, pria itu tetap menyimpan rasa cinta yang besar itu untuk Elena di hati kecilnya. Dia hanya merasa berhutang budi dengan Triska yang sudah mau menerimanya dan hidup bersamanya hingga memiliki anak. Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi ya bagaimana lagi namanya perasaan tidak bisa di bohongi. Dan ketika bertemu dengan Elena, perasaan itu kembali muncul dan jauh lebih besar lagi. Itu sebabnya Moza lebih memilih mempertahankan Elena ketimbang Triska.

Menikah dan hidup bersama dengan orang yang dicintai. Tidak menjamin  bisa hidup semati dengan orang yang sama.

Emosi dengan keadaan Triska sempat menyerang Elena dengan brutal. Mendorong wanita itu hingga menampar nya, membuat sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah. Terlihat jelas wajah Moza yang panik dan khawatir, sehingga pria itu langsung memeluk Elena dengan erat dan hangat.

Pelukan itu sering Triska rasakan dulu, ciuman hangat, dan juga sentuhan memabukkan sering Triska rasakan ketika mereka sedang berdua. Atau salah satu diantara kita merasa lelah dan ingin bersandar. Tapi hal itu tak lagi Triska rasakan setelah Elena kembali datang dan menghancurkan semuanya.

“Dan kamu itu sebenarnya siapa? Kenapa datang ke rumah omah langsung menyerang pemilik rumah?” kata Pak Rt kembali.

Triska menarik nafasnya panjang, mengusap air matanya yang lagi-lagi terus menetes. “Saya Triska istrinya Moza suami Elena.” jelas Triska, sekolah menunjukkan haknya yang lebih tinggi dari Elena di hadapan semua orang. Pelakor macam Elena tidak layak hidup dan dilindungi seperti ini.

Pak RT mengangguk, dia pun menatap Elena dan Moza secara bergantian. “Terus kenapa marah seperti itu Bu? Apa tidak bisa dijelaskan dengan baik-baik?”

Dijelaskan secara baik seperti apa yang Pak Rt inginkan? Wanita mana yang tega dan rela melihat suaminya menikah dengan orang lain, yang dimana orang itu bilang mereka hanya sebatas teman. Tapi bisa dibelikan rumah, di biayai hidupnya sampai enak. Masa iya Triska salah jika dia marah seperti ini, apalagi disisi lain Naufal sendiri tengah sakit dan membutuhkan bapaknya.

Disini ada banyak hal yang membuat Triska terkejut. Pak Rt memberitahu Triska kalau Elena dan Moza sudah menikah, mereka menikah dengan alasan istri pertama sudah menyetujuinya. Alasan kedua mereka menikah karena Moza ingin segera punya anak. Dan Moza bilang jika istri pertama tidak bisa hamil kembali, itu sebabnya dia menikah. Dan lagi, Pak Rt juga menjelaskan kalau istri pertama dan istri kedua ini saling mengenal satu sama lain, sehingga mereka menikah pun tidak menimbulkan masalah sama sekali. Pak Rt juga menunjukan  satu video yang pernah Moza kirimkan untuk bukti jika istri pertamanya sudah memberi izin. Sayangnya orang yang berada di dalam video itu bukan Triska melainkan Maya sekretaris Moza sendiri.

Triska menggeleng, “Itu bukan saya. Itu Maya sekretaris Moza, istri sahnya Moza itu saya. Kalau kalian tidak percaya saya ada buktinya.”

Mengeluarkan satu persatu berkas penting dalam hidupnya. Wanita itu menunjukkan pada semua orang, jika orang yang ada di video dan dirinya itu berbeda. Yang di video bukanlah istri asli Moza melainkan orang lain, mereka hanya dibohongi oleh Moza karena tidak tahu yang terjadi. Di Buku nikah itu sudah terlihat jelas dua foto yang sama dengan orang yang sama pula.

“Itu saya … itu surat nikah saya sama Moza.” kata Triska kembali.

“Jadi selama ini Pak Moza sudah berbohong kepada kami? Video dan juga surat pernyataan ini semuanya palsu?” kata Pak Rt melirik Moza.

Moza menggeleng, dia mencoba ingin menjelaskan tapi Triska sudah lebih dulu mengangkat  tangannya dan membuat pria itu kembali terdiam. “Kamu mau jelasin apa lagi Mas? Mau bohong apalagi ke semua orang? Kamu nggak pernah minta izin aku kalau mau menikah sama aku, dan aku nggak pernah menandatangani apapun dan surat apapun. Dan sekarang kamu bilang alasan menikah karena aku nggak bisa punya anak?”

Triska merubah posisi duduknya, dia mengacak rambutnya yang sudah terlihat sangat kacau. “Mas kamu nyuruh aku bayi tabung biar aku bisa hamil, sayangnya gagal, tapi kamu—”

“Kamu menolak untuk kedua kalinya Triska. Kamu menolak bayi tabung lagi waktu aku nyuruh kamu begitu!!” potong Moza cepat. Seolah dia tidak Terima jika wanita itu terus menerus menyalahkan dirinya. Moza tidak merasa dirinya salah, dia hanya meminta haknya. Apa salahnya jika Moza menginginkan Triska hamil kembali? Toh, Triska itu istrinya tapi wanita itu dengan brengseknya menolak permintaan Moza.

“Aku nggak menolak. Aku hanya minta waktu, tapi kamu malah punya anak dari perempuan lagi Mas. Apa sih kurangnya aku di kamu!! Ha!!!”

Moza diam menatap Triska marah. Wanita itu tidak memiliki kekurangan apapun. Secara fisik, Triska cantik tubuhnya juga tidak kendur. Meskipun punya anak dan menikah, wanita itu masih terlihat kencang. Moza juga tahu Triska jarang sekali perawatan wajah dan badan di salon maupun di rumah. Terlihat cantik dengan alami, hanya saja tetap tidak bisa membuat Moza jatuh cinta dengan wanita itu. Seperti ada penghalang tinggi antara Triska dan Moza.

“Bodoh ya Mas aku, banyak orang yang bilang kamu berhubungan dengan Elena. Tapi aku masih percaya kalau orang yang bilang itu bohong, taunya bener ya Mas! Apa jangan-jangan waktu pergi ke luar kota satu minggu yang lalu kamu pergi honeymoon sama Elena? Iya?” Triska mengusap air matanya, pandangannya fokus pada satu kalung yang menarik perhatian Triska sehingga membuat wanita itu tersenyum menyakitkan. “Kalung kita sama ya Mas, biar bisa dibilang adil kan yaa satu dibeliin satu lagi dibeliin juga ya Mas ya? Kamu pernah mikirin perasaan aku nggak sih Mas waktu begini? Sakit tau Mas!! Sakit banget, aku berkorban banyak hal untuk kamu tapi kamu malah berkhianat seperti ini!! Apa kurangnya aku di hidup kamu Mas? Apa!!!”


To be continued.

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang