Chapter-08

115 4 0
                                    

Keesokan paginya Triskan dikejutkan oleh Elena yang berada di dapur. Wanita itu tengah sibuk berada di dapur untuk membuat sesuatu. Berhubung hari ini libur, Triska selesai seperti ini. Bangun siang hari karena dia berpikir tidak ada yang perlu dia kerjakan. Tidak membuat sarapan, kopi atau apapun itu. Dan nyatanya sekarang … Triska malah melihat Elena yang berada di dapur tengah masak.

"Apa yang kamu lakukan Elena!!" pekik Triska lantang.

Elena terkejut mendengar suara pantang dari arah belakang. Sanking kagetnya, pisau yang digenggam pun terjatuh mengenai jempol kaki Elena. Masih untung bukan bagian yang tajam, sehingga tidak membuat jempol kaki Elena sakit.

"Astaga Triska aku kaget … " kata Elena sambil mengusap dadanya.

"Kamu sendiri ngapain di dapur aku? Kok nggak minta izin dulu!!"

Elena mundur beberapa langkah, dia pun meminta maaf atas kelancangan nya yang masuk ke dapur Triska tanpa meminta izin lebih dulu. Dia hanya tidak mau menumpang enak saja, layaknya tamu yang bisa bangun siang dan juga bersantai ria. Sedangkan pemilik rumah malah diperlakukan layaknya pembantu, harus melayani semua apapun yang tamu inginkan. Elena tidak menginginkan hal itu.

Tapi nyatanya itu yang akan Triska lakukan pada Elena. Dia itu tamu di rumah Triska, mana mungkin tamu harus masuk dapur dan masak? Bukannya itu jauh tidak sopan, dibanding membuat pemilik rumah layaknya babu?

Menarik tangan Elena, Triska pun meminta wanita itu untuk menunggu di meja makan bersama dengan suami dan anaknya. Sedangkan dirinya akan menyelesaikan masakan Elena yang tinggal memindahkan sayur ke hemat yang semestinya.

"Lain kali, tolong ya Elena. Jangan berbuat seperti ini lagi, kamu itu tamu aku. Nggak mungkin aku minta tamu buat masak di rumah aku sendiri." omel Triska.

Sepanjang omelan itu Elena hanya mampu diam saja. apalagi instruksi Moza yang meminta Elena untuk tidak mengatakan apapun. Karena Moza tahu, jika wanita itu sudah berkata yang ada ucapannya akan sepanjang jalan rel kereta api yang tidak memiliki ujung sama sekali.

Menyiapkan semua makanan diatas meja makan, Triska langsung meminta Elena untuk makan. Setelah berpisah dari suaminya, wanita itu terlihat kurus kering dan tak terawat. Meskipun kerja di klinik kecantikan, nyatanya penampilannya bahkan tidak sama seperti dulu lagi. Kali ini terlihat tua, dan tidak menarik sama sekali di mata orang. Kalau begini terus, bagaimana Elena bisa mencari pria lain untuk dijadikan imam nya nanti?

Setelah sarapan Triska juga meminta Moza untuk mengantar Elena pulang ke rumahnya. Bagaimanapun Elena juga tidak boleh pergi dari rumah cukup lama. Takutnya menimbulkan fitnah dengan status Elena yang baru. Dari banyaknya pandangan, banyak sekali orang menganggap janda adalah status yang rendah. Apapun masalahnya, entah itu pria atau wanita yang melakukan kesalahan. Atau keduanya yang sama-sama melakukan kesalahan. Tapi tetap saja dimata banyak orang di seluruh dunia, hanya wanita lah yang berhak salah atas nama janda. Sedangkan selama ini, tidak ada satu wanita pun yang meminta atau menginginkan status janda dalam dirinya. Mereka juga menginginkan keluarga yang utuh untuk anaknya, bahkan mereka juga menyalahkan diri mereka karena tidak bisa menjadi orangtua untuk anaknya kelak.

"Tris nggak perlu. Aku bisa pulang sendiri kok, kamu udah banyak banget bantu aku." ucap Elena tidak enak hati.

Menaruh sendoknya dan menatap Elena dengan senyum jahilnya, Triska pun langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak usah merasa nggak enak begitu. Kamu itu sudah termasuk bagian dalam keluarga kita. Kenapa sih harus merasa nggak enak?"

"Iya aku tau. Aku terimakasih banget udah di anggap sebagai keluarga. Tapi kan kalau cuma masalah pulang, aku bisa sendiri." tolak Elena kembali.

Tapi nja tanya Triska tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Nyatanya Triska masih tetap bersikeras pada Moza untuk mengantar Elena pulang ke rumahnya. Belum lagi tatapan dan juga anggukan Moza yang mengarah pada Elena, yang meminta wanita itu menurut saja. Dibanding harus berdebat dengan Triska yang tidak akan ada ujungnya.

"Ya sudah, aku pulang diantar sama Moza. Puas kamu!!" kata Elena akhirnya.

"Puas dong." jawab Triska sambil tertawa kecil.



****


Memarkirkan mobilnya di depan kontrakan Elena. Moza pun menghela nafasnya berat. Dia pun menatap rumah kontrakan ini yang terlihat kecil dengan halaman rumah yang luas. Ketika Triska ingin turun dari mobil, saat itulah Moza langsung menyentuh tangan Elena hingga membuat wanita itu menghentikan tangannya  yang sempat menyentuh pintu mobil.

"Ada apa Za? Mau mampir?" ucap Elena, sambil menepis tangan Moza. Setidaknya mereka menjaga, jika Moza adalah suami dari temannya.

Moza menggeleng, dia tidak ingin mampir hanya sekedar minum teh atau menikmati kue kering saja. Dia hanya meminta Elena untuk meninggalkan rumah ini dan juga pekerjaannya saat ini. Bagaimana pun kehidupan selanjutnya Elena jauh lebih berarti dibanding kejadian itu.

Moza hanya takut jika mantan suami Elena yang gila itu, datang kembali dan berbuat kasar. Iya kalau Moza pas ada tidak masalah, Moza masih bisa melindungi wanita itu. Kalau Moza tidak ada, siapa yang akan melindungi Elena setelah ini? Tidak ada!!

"Tapi aku capek, Za. Aku udah berapa kali pindah rumah dan kerjaan juga. Nyatanya apa? Sama aja kan, sejauh apapun aku pergi mantan suami aku pasti tau." jelas Elena.

"Tapi kalau kamu masih disini, dia pasti nyariin kamu terus, El."

"Dia udah terlanjur tau kan, biarin aja. Kalau kamu minta aku pindah rumah, untuk saat ini aku nggak bisa. Tabungan aku sudah habis buat aku pindah rumah terus menerus. Dan ini udah terakhir kalinya, aku juga harus nyari duit lagi buat semua ini. Tolong kasih aku waktu."

"Aku tanggung semuanya." Elena menoleh cepat menatap Moza dengan tatapan tidak percayanya. "Aku cariin kamu rumah, nggak usah kerja aku semua yang cukupin kebutuhan kamu." ujarnya kembali.

"Maksud kamu apa sih?"

Merubah posisi duduknya menghadap wanita itu. Moza pun meraih tangan Elena, hingga membuat wanita itu menatap tangannya. Tentu saja hal itu membuat Elena tidak nyaman, mereka itu berteman sejak sekolah. Moza juga teman Triska, meskipun Elena kenal Triska juga dari Moza. Tapi tetap saja hal dan posisi seperti ini tidak menguntungkan sama sekali bagi Elena.

Pria itu meminta Elena untuk tidak bekerja, acara mantan suaminya tidak tahu gimana rumah wanita itu berada. Jika Elena masih tetap bekerja, dimanapun bahkan mau pindah rumah sejauh apapun Moza pastikan mantan suami Elena pasti akan tau rumah Elena yang baru terus menerus. Itu sebabnya Moza meminta pada Elena untuk tetap dirumah dan tidak bekerja apapun.

"Jangan gila Za!! Iya kalau aku kaya raya sih nggak masalah ya, tinggal ongkang-ongkang kaki. Ini aku beban negara Za, aku kudu cari duit hari ini buat makan besok. Terus kamu minta aku nggak kerja? Emangnya aku mau makan apa? Tanah? Daun? Atau batu kerikil?"

"Aku yang penuhi semua kebutuhan kamu. Apapun yang kamu minta, aku semua yang penuhin. Kamu mau kan?"

Wanita itu menolak. Dia tidak ingin menjadi beban dalam hidup Moza. Apalagi selama ini, setelah menikah mereka juga sudah jarang sekali kontak, bahkan nyaris tidak pernah. Suami Elena yang cemburuan, dan juga Elena yang tidak enak hati harus kontak kembali dengan temannya yang mayoritas sudah menikah semua. Dia masih memiliki malu, jika harus bertemu dengan temannya. Seharusnya masalah ini tidak sampai ke telinga Moza, tapi karena kecerobohan Elena hal ini pun terjadi.

Kalaupun Moza menginginkan Elena pindah rumah itu masih bisa dibicarakan baik-baik. Menunggu sekitar enam atau satu tahun ke depan lah, agar Elena memiliki banyak uang untuk menyewa kontrakan atau ngekos setiap bulan juga tidak masalah. Tapi jika untuk tinggal sekarang dan semua apapun kebutuhan Elena yang penuhi Moza. Mohon maaf Bu, Elena bukan simpanan yang didatangi saat dia butuh pelepasan.

"Nggak Za!! Aku nggak mau!!"

"Kenapa nggak mau? Kamu nggak mikirin masa depan kamu apa? Aku kayak gini juga demi kamu El. Biar kamu jauh dari mantan suami kamu dan memulai hidup baru." ucap Moza kesal. Sikap keras kepala wanita itu tetap saja ada.

"Percuma Moza!!

"Nggak akan percuma kalau kamu percaya sama aku, nurut sama aku. Apapun itu semuanya nggak akan jadi percuma. Mau kan? Sekali aja, nurut sama aku ini semua demi kebaikan kamu, El."

Dan pada akhirnya apa yang bisa Elena lakukan jika sudah berhadapan dengan Moza?

To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang