Chapter-63

119 8 0
                                    

Meneguk minumnya, Triska tersenyum kecil. Dia bisa bebas dari pria menyebalkan macam Moza. Dia bisa melakukan banyak hal tanpa adanya larangan. Dia bisa beli apapun yang dia inginkan tanpa harus minta izin lebih dulu. Jadi gini yaa rasanya hidup tanpa beban? Tanpa memikirkan besok mau makan apa? Besok masak apa? Harga bahan makanan naik atau tidak selalu Triska pikirkan setiap hari. Tapi hari ini … entah kenapa rasanya benar-benar berbeda dari hari biasanya. Dia begitu bahagia dan merasa lega dengan semua ini.

“Bagaimana harimu?” Pertanyaan itu membuat Triska menoleh, menatap Bagas yang baru saja datang dengan secangkir teh hangat di tangannya. “Apa semuanya baik-baik saja?”

Triska mengangguk, menggerakkan bibirnya ke atas dan tersenyum. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang Triska inginkan. Dia berpisah dari Moza dan memberitahu kedua belah pihak keluarga atas perceraiannya dengan Moza. Marry begitu bahagia melihat Triska yang sudah lepas dari Moza. Begitu juga dengan Muji yang awalnya tidak setuju dan meminta Triska bertahan demi anak. Tapi dengan tegas Triska menolak, dia tidak ingin menyiksa dirinya dan juga batin nya lebih lama lagi hanya karena ini. Sudah cukup!!  Menurut Triska sudah cukup dua belas tahun dia menemani Moza, dan sekarang sudah saatnya dia memilih hidup dan juga bahagianya sendiri. Ratu tanpa Raja juga tetap menjadi Ratu meskipun yang memberi gelas itu adalah Raja. Tapi dengan optimis Triska yakin jika kehidupannya setelah ini akan jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Baik. Aku merasa lega dengan semua ini Gas. Terimakasih sudah membantuku sejauh ini, kalau nggak ada kamu mungkin aku masih terpuruk di rumah itu.” Jelas Triska sedih

Dia tidak tahu jika Bagas tidak datang dan membantu. Mungkin dengan lapang dada Triska malah menerima pernikahan Moza dan juga Elena. Walaupun mereka mengancam semuanya karena Naufal, mungkin dengan bodohnya Triska akan tetap terkurung disana. Untung saja Bagas datang tepat waktu, mau membantu Triska hingga dia benar-benar pisah dari Moza.

“Aku kan cuma bantu sedikit, semuanya kamu yang jalani sendiri.” Protes Bagas yang tidak mau sepenuhnya dibilang membantu kasus Triska.

Tapi kenyataannya semuanya bisa seperti ini berkat Bagas. Dari biaya pun juga setendahnya Bagas yang membayar, bukan sepenuhnya dari Triska. Itu kenapa Triska ingin berterima kasih karena sudah dipertemukan dengan orang baik seperti Bagas. Dan Triska juga berharap Bagas tidak akan meminta imbalan apapun karena sudah membantunya.

Tapi yang ada, pria itu malah meminta Triska untuk menemaninya datang ke sebuah pesta. Disana akan ada banyak sekali orang pebisnis yang akan datang untuk menyambut grup Lindo. Yang dimana grup itu dinaungi oleh adik Bagas sendiri. Alindo yang sejak kecil tinggal di luar negeri, besar disana dan sesekali datang ke tempat ini untuk bertemu dengan Bagas. Ya, Alando Bagaskara. Mungkin ini sedikit mengejutkan Triska yang dimana jika mereka bertemu setelah itu.

“Ikut aku aja, mungkin kamu bisa berbisnis dengan perusahaan lainnya. Atau meningkatkan pengalaman bisnis kamu lagi juga bisa.” Jelas Bagas.

“Boleh. Kapan?”

“Lusa. Aku akan menyiapkan semuanya untukmu.”

Triska menolak, dia bisa menyiapkan semuanya sendiri. Lagian ini hanya baju apa yang harus dipakai bukan apa-apa kenapa juga harus Bagas yang menyiapkan semuanya? Tapi disini Bagas tetap keukeuh untuk menyiapkan semuanya. Bagas akan mempersiapkan baju apa yang pantas dipakai oleh Triska, karena pria itu ingin baju mereka mirip atau hampir mirip.

Anggap saja ini rencana Bagas yang disengaja. Dia memang ingin datang ke tempat itu bersama dengan Triska. Menggunakan baju yang sama, agar seluruh dunia tahu jika mereka adalah pasangan yang serasi. Peduli setan dengan pendekatan Bagas yang mendadak itu, karena satu Minggu yang lalu Triska baru saja menerima akta cerai sipil. Mau dianggap apa Bagas juga sudah tidak peduli lagi.

“Nggak papa. Biar aku yang siapin, sepertinya … warna blue sky juga bagus.” Ide Bagas. Seolah membayangkan warna itu, Bagas malah terkesan dengan kemeja blue sky yang dia lihat tadi cukup menarik perhatiannya. Dia ingin membelinya cuma tidak ada pasangan dress-nya, dan Bagas meminta butik itu untuk membuatkan satu lagi versi wanita. Yang tidak begitu terbuka dan tertutup. Seolah dengan bayangan saja Bagas sudah memikirkan warna itu cocok dengan kulit Triska.

“Aku sempat memikirkan warna itu tadi, astaga … .”

“Kalau begitu kita pakai warna itu saja besok.” Ide Bagas menjentikkan tangannya.

“Boleh. Tidak ada salahnya.”

Mendapat persetujuan dari Triska. Pria itu langsung mengirim pesan pada pemilik butik untuk mempercepat gaun itu, bisa tidak bisa besok harus jadi. Berapapun biayanya akan Bagas tanggung, yang penting gaunnya jadi besok siang.

“Oke. Sampai ketemu besok.”



***

Moza menghela nafasnya berat, akhir-akhir ini pekerjaannya sangat menyiksa. Beberapa proposal banyak yang ditolak, beberapa proyek yang terbengkalai. Ada juga yang gagal tanpa sebab dan alasan. Belum lagi di rumah Elena suka sekali marah tidak jelas, karena Naufal dan juga hal lainnya. Bahkan selama hamil Elena begitu sensitif dan gampang marah. Melihat foto Triska saja Elena langsung marah dan membuangnya. Bahkan semua barang Triska yang di rumah itu semuanya menjadi abu, ada juga yang diberikan pada orang dan dijual secara online oleh Elena. Cincin yang pernah Moza berikan di hari jadi pernikahan mereka pun juga dijual habis oleh Elena. Begitu juga dengan kalung yang sama dengan milik wanita itu juga dijual dan disisakan punya dia sendiri. Menurut Elena, dia tidak suka jika ada barang yang sama dengan milik orang lain. Apalagi itu dari orang yang pernah dia kenal baik sebelumnya.

“Saham turun dua persen itu cukup banyak, Moza. Tolong bekerjalah lebih keras lagi.” Ucap Pak Burhan.

Moza hanya diam saja sambil menatap tabel di hadapannya. Dua persen itu lumayan bagi Moza, tapi kok bisa ya saham turun begitu. Sedangkan selama ini pekerjaan Moza semuanya baik-baik saja. Apapun yang dia kerjakan, apapun yang terjadi dengan pekerjaannya semuanya bisa diatasi. Tapi kali ini …

“Maaf Pak sepertinya saya kurang fokus. Setelah berpisah dari istri saya semuanya kacau. Saya minta maaf Pak.” Kata Moza mendrama.

“Aku tahu apa yang terjadi denganmu, Moza. Tapi jangan ikut campurkan masalah keluarga dengan pribadi. Istrimu memang bersalah, sudah berselingkuh dan meninggalkan kamu. Tapi bukan berarti kamu harus terpuruk seperti ini kan? Kamu harus bangkit lagi, Moza. Kamu harus menunjukkan pada mantan istri kamu jika tanpa dia kamu bisa hidup. Bukan malah menerima nasib dan menyengsarakan hidup kamu.”

Lagi, lagi Moza hanya diam sambil mengamati tabel. Dia tahu apa yang harus dia kerjakan setelah ini. “Baik Pak, saya akan bekerja lebih keras lagi untuk memulihkan perusahaan kita.”

“Hmm, kamu bisa datang ke pesta besok menggantikan saya. Disana akan banyak pebisnis untuk menjalin kerjasama. Semoga dengan ini kamu bisa memperbaiki apa yang terjadi di perusahan kita Moza.” Kata Burhan penuh harap.

“Baik Pak besok saya akan datang.”

Dan ya, besok Moza akan tahu pria mana yang berselingkuh dengan Triska selama Moza mengusirnya. Pria sial mana yang berhasil merebut hati Triska mantan istrinya itu.



To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang