Chapter-01

451 11 0
                                    

Kata orang, istri yang baik itu adalah istri yang bisa memanjakan suaminya dengan banyaknya jenis masakan di rumah. Awalnya Triska tidak percaya dengan hal itu, dia menganggap cinta darinya untuk suaminya itu sudah sebagai pondasi dalam hidupnya. Masakan atau apapun yang mereka bicarakan itu hanyalah sebuah bonus dalam hidup Triska yang tidak begitu pandai memasak. Dan nyatanya benar. Dulu Triska dan juga suaminya lebih suka menghabiskan uang di luar rumah. Makan diluar adalah jalan ninja ketika suaminya, meminta Triska untuk memasak. Bukannya apa, Triska adalah wanita yang paling tidak suka jika tangannya memiliki aroma bawang dan juga bumbu dapur.  Dan sekarang wanita itu sedang berkutat di dapur hanya untuk membuatkan sarapan untuk suami dan juga anaknya.

Sepagi ini dia membuat tiga piring nasi goreng ayam dan juga bakso untuk mereka. Triska tahu betul, jika suaminya itu suka sekali dengan ayam. Apapun olahannya, dia selalu mencari yang namanya ayam. Sedangkan anaknya dia memang suka tapi tidak sebegitu sukanya seperti suaminya.

Bertepuk tangan melihat hasil masakannya, Triska pun tersenyum manis. Sudah jam enam pagi tanda jika mereka berdua harus segera bangun. Suaminya Moza harus segera pergi ke kantor untuk bekerja. Sedangkan anaknya Naufal dia juga harus bersekolah bukan?

Moza Abimana adalah suami Triska, pria yang sangat memuliakan dan juga mencintai Triska sejak mereka kuliah. Mereka memutuskan menikah, ketika Abimana sudah membeli rumah dengan kerja kerasnya. Dia bekerja disalah satu kantor swasta dan menjabat sebagai direktur utama di kantor. Sedangkan Naufal Abimana, dia adalah anak laki-laki yang berusia sepuluh tahun. Dia masih duduk di kelas lima sekolah dasar di salah satu sekolah swasta.

Menyibakkan selimut tebalnya, Triska langsung meminta Moza untuk bangun lebih dulu. Ini sudah jam enam, Triska tidak mau suaminya ini terlambat pergi ke kantor. Apalagi selama ini Moza sama sekali tidak pernah terlambat pergi ke kantor, walaupun jalanan kadang juga ada macetnya.

“Ayo Mas bangun … ini sudah jam enam loh. Nggak mau telat kan?” kata Triska.

Moza yang masih mengantuk malah menarik pinggang Triska dan kembali tidur. Tentu saja wanita itu langsung meronta dan meminta Moza untuk bangun. Dia tidak ingin Naufa melihat adegan dewasa ini, walaupun hanya sebuah pelukan saja.

“Lima menit lagi.” kata Moza dengan suara khas orang bangun tidur.

Triska menggeleng, tidak ada lima menit dan juga sepuluh menit. Dia akan menyiapkan baju kantor Moza hari ini, dan meminta pria itu untuk segera mandi. Begitu juga dengan naufal, Triska juga menyiapkan seragam anaknya hari ini dan melihat jadwal pelajaran anaknya saat ini. Dia tidak mau jika naufal ceroboh seperti beberapa hari yang lalu. Dimana anak laki-lakinya itu harus dihukum, karena lupa membawa buku catatan.

Setelah melihat mereka berdua bangun dari tidur mereka, Triska tersenyum bahagia. Dalam pikirannya dulu menikah itu sangat mengerikan. Apalagi dia juga pernah kena mental down, karena tetangganya yang suka sekali bertengkar hanya karena masalah sepele. Dan saat ini Triska baru tahu, jika tidaks emua rumah tangga itu harus diawali dengan nada tinggi dan juga sebuah teriakan. Dia juga yakin dan percaya, setiap rumah tangga memiliki kisah masing-masing dan itu semua berbeda.

Sama halnya dengan Triska dan juga Moza, yang sudah menikah hampir dua belas tahun ini. Tidak gampang untuk mempertahankan pernikahan selama ini, belum lagi triska tahu betul bagaimana sikap suaminya selama ini dan juga pola pikirnya. Sangat sulit untuk  menyatukan dua pemikiran yang berbeda dalam satu pikiran. dan Triska akan jauh lebih baik mengalah dan memahami semuanya. Dia tidak akan berontak, jika itu masih dianggap wajar. tapi Triska juga akan menolak keras jika semuanya sudah tidak bisa dipikir dengan akal sehat.

Setengah jam berlalu, wanita itu belum juga melihat suami dan juga anaknya keluar dari kamar mereka. Ingin rasanya wanita itu kembali naik ke lantai dua. Namun, dia urungkan ketika melihat suami dan juga anaknya yang turun secara bersamaan. Seperti biasa, Moza yang langsung mengecup kening Triska dan juga anak laki-lakinya yang langsung mengecup pipi kiri Triska.

“Selamat pagi.” sapa mereka berdua dengan bahagia.

“Selamat pagi juga.” sapa balik Triska.

Wanita itu langsung meminta Moza untuk memimpin doa sebelum mereka sarapan. Barulah mereka menikmati sarapan paginya dengan bercanda tawa, dimana Naufal yang bercerita jika hari ini dia ada ujian matematika harian. Dia juga meminta ayah dan ibunya untuk mendoakan dirinya agar bisa sukses seperti ayahnya ketika dia dewasa nanti. 

“Ayah dukung apapun yang menjadi cita-citamu, Nak.” kata Moza tersenyum bangga sambil menatap Triska yang hanya menunjukkan senyum cerianya.

Tidak salah bukan, Jika Naufal bangga memiliki orang tua seperti mereka. Dimana bundanya tidak pernah meninggikan suaranya, dan lebih memahami Naufal. Begitu juga dengan ayahnya, yang selalu mendukung apapun yang Naufal lakukan selama itu positif bagi anak itu. Dia terlahir dari keluarga yang penuh cinta dan juga kasih sayang. Dia tidak kekurangan apapun, itu sebabnya dia sangat menyayangi keluarga ini dengan sepenuh hatinya.

Menatap jam dinding di rumahnya, Triska meminta Moza dan juga Naufal untuk segera berangkat. Dia tidak ingin penyemangat dalam hidup Triska harus terlambat, pulang dengan cerita yang buruk. Entahlah … rasanya Triska sama sekali tidak suka.

“Berangkat ya Bund,” pamit Naufal mengecup punggung tangan triska dan menuju ke mobil.

Begitu juga dengan Moza yang langsung menghampiri istri tercintanya dan mengecup kening wanita itu. Begitu juga dengan Triska yang langsung menyalami tangan Moza dan mengecup punggung tangan pria itu.

“Aku berangkat.” pamit Moza tersenyum kecil.

“Hmm, hati-hati ya Mas. Nanti kalau sudah sampai kantor, jangan lupa kabari aku.” jawab Triska dan membuat Moza tersenyum kecil dan mengangguk. hal itu tidak akan pernah lupa dalam pikiran Moza. Dia akan selalu mengabari wanita itu dimanapun dirinya berada.

Wanita yang sudah memberikan gelar seorang ayah. Bahkan selama menikah dengan Triska, Moza adalah orang yang paling beruntung. Istri cantiknya yang selalu sabar menghadapi Moza selama ini. Meskipun selama ini Moza adalah orang yang suka sekali marah dengan hal-hal kecil.

“Ayah nanti yang jemput aku siapa?” tanya Naufal.

“Nanti pulang sama Ayah aja ya. Sekalian beliin bunda hadiah.”

Alias Naufal mengerut bingung, dia pun menatap Moza dengan tatapan bingung. “Hmm, bunda lagi ulang tahun?”

Moza tersenyum, lebih dari ulang tahun. Bahkan hari ini adalah hari spesial dalam hidup Moza dan juga Triska. Pria itu sudah membayangkan bagaimana bahagianya wajah Triska yang akan menerima hadiah dari Moza. Meskipun hanya dibelikan satu ikat rambut saja istrinya pasti sudah bahagia, apalagi hadiah yang akan Moza berikan hari ini, akankah Triska merasa bahagia lagi dengan hadiah Moza hari ini?


To be continued


Aku up ulang yaaa, ada beberapa ku revisi biar enak di baca.
So, happy Reading

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang