Chapter-20

156 5 0
                                    

Pulang dari kebun binatang dengan alasan ingin bertemu dengan Nico. Moza memilih untuk pergi ke rumah Elena, membawakan makan malam seperti biasa untuk wanita itu. Tadi, waktu Moza makan dia bilang ingin makan udang tapi tapi tempat tinggal Elena dan juga penjual udang cukup jauh. Sehingga yang Elena lakukan adalah memberitahu Moza jika besok datang, Moza bisa membeli udang mentah untuk Elena. Tapi yang ada Moza malah datang malam-malam membawa udang yang sudah matang dan siap santap.

Ah ya, nama Nico dua yang ada di ponsel Moza adalah nomor Elena. Moza sengaja memberitahu Elena untuk tidak mencampur nomor yang Triska tahu dan sudah tersimpan di ponsel Moza, sama dengan nomor ponsel yang sudah Moza berikan khusus untuk Elena.  Itu sebabnya sejak tadi, ketika Triska melihatnya Moza dengan cepat membalik badannya agar wanita itu tidak curiga. Dan menganggap jika itu adalah Nico dan mereka sedang membahas tentang bayi dan tabungnya.

“Kan bisa diantar besok Za.” kata Elena

“Udah terlanjur, aku juga nggak mungkin ngebiarin kamu tidur dengan rasa lapar.”  jawab Moza.

Elena tersenyum, dia pikir setelah Moza menikah pria itu akan berubah total tidak seperti biasanya. Ternyata tidak, Moza masih sama seperti yang Elena kenal dulu.

Tapi masalahnya Elena itu sudah makan, tadi dia baru saja menghabiskan satu mangkuk mie instan yang dia buat dadakan karena memang seharian ini Elena tidak memasak. Dia hanya memasak nasi saja, masalah lauk masalah gampang bagi Elena karena dia hanya mengurusi dirinya sendiri bukan dengan orang lain. Makanya Elena nampak santai, kecuali Moza bilang jika dia ingin datang ke rumah barulah Elena memasak untuk makan siang atau mungkin makan malam bersama dengan Moza.

“Makan Elena, aku udah jauh-jauh belinya cuma buat kamu loh.” titah Moza.

“Seriusan Za tadi aku sudah makan, masih kenyang banget loh.”

“Tapi Za—”

“Makan Elena.” perintah Moza tanpa mau diganggu gugat.

Elena mengalah, dia pun mengambil piring kosong dan langsung menikmati makannya dengan hingga habis. Elena cukup tau, Moza bukan tipe orang yang suka sekali di bantah. Apa yang Moza berikan pada Elena sejak dulu, adalah bentuk perhatian Moza yang selalu khawatir dengan keadaan Elena. Dari dulu Elena itu paling ngeyel, paling sulit diberitahu dan kadang hanya menurut pada Moza saja. Itu sebabnya setelah berpisah lama dan melihat keadaan Elena yang memprihatinkan membuat pria itu merasa ingin sekali melindunginya Elena kembali seperti dulu lagi. Apapun yang terjadi dengan wanita itu adalah tanggung jawab Moza sejak dulu.

Membereskan piring kotornya, Elena tak kuat lagi untuk berjalan ke arah dapur. Perutnya begitu penuh dan begah membuat Elena tidak nyaman. Jika saja tadi Moza mau datang dan membawa makanan minimal Elena tidak perlu menghabiskan satu mangkuk mie instan yang dia buat sendiri.

“Aku kekenyangan.” keluh Elena, menaruh kepalanya di atas meja saking tidak kuatnya.

Moza tertawa kecil, menyentuh puncak kepala Elena dan mengusapnya dengan lembut. Dia sudah berani main fisik dengan wanita yang saat ini menjadi istri dirinya.

“Ya emang harus gitu, ikut aku minimal harus gemuk. Tulang sama kulit ini harus terisi daging.” kata Moza tertawa.

Ya tapi ya tidak begini juga kan? Bagaimanapun perut Elena ini tidak bisa menampung banyak sekali makanan yang dikonsumsi. Makan satu atau dua kali dalam sehari sudah cukup untuk Elena, susahnya wanita itu suka sekali ngemil berat seperti roti dan juga minum susu. Moza tidak perlu khawatir karena Elena yakin setelah menikah dan hidup dengan Moza sudah dipastikan berat badan Elena akan terus bertambah sampai dia benar-benar gemuk.

“Iya deh iya.” jawab Elena pasrah.

“Aku pulang dulu ya, takut nanti Triska nyariin.” pamit Moza dan mendapat anggukan dari Elena.

Setelah dipastikan aman dan ada beberapa orang yang nongkrong di depan rumah Elena. Moza pun segera pulang ke rumah Triska, wanita itu pasti menunggunya sampai tidak tidur sebelum Moza pulang ke rumah.

Berbeda dengan Elena yang harus terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun dia juga istri Moza, tapi Triska lebih berhak atas Moza. Apalagi kedudukan Triska lebih tinggi daripada Elena, tapi tidak masalah yang penting Moza berlalu adil antara Elena dan juga Triska.



***

Seperti biasa, Triska selalu disibukkan dengan kegiatannya sebagai istri dan juga ibu yang baik untuk Naufal. Menyiapkan sarapannya dan juga bekal untuk mereka berdua. Padahal semalam, Triska dan Moza baru saja tidur tepat jam dua dini hari setelah melakukan puas melayani Moza. Padahal sudah diberitahu Nico jika hal ini tidak boleh, tapi apa boleh buat Moza juga tidak bisa menahan diri lama-lama untuk tidak menyentuh istrinya. Dan akhirnya hal itu pun terjadi diantara mereka dengan dua permainan, dan barulah mereka tidur dengan nyenyak.

Triska harus bangun jam empat pagi untuk menyiapkan hal itu. Triska sempat melirik ponsel Moza yang saat ini sudah berpola, dan otomatis Triska tidak bisa lagi membuka ponsel Moza dengan sesuka hatinya. Entah apa yang Moza sembunyikan, tapi semoga saja Moza tidak melakukan hal yang dia benci.

Merasa sudah, Triska pun langsung membangunkan Naufal untuk segera mandi. Begitu juga dengan Moza yang paling sulit di bbanguni, meskipun sudah membuka mata kadang Moza masih kembali tidur beberapa menit lagi.

“Za bangun Za, ini sudah pagi loh.” kata Triska.

Moza hanya bergumam, dia pun langsung duduk dengan mata yang masih tertutup. Tentu saja hal itu membuat Triska gemas dan langsung mencubit hidung Moza.

“Sakit Triska!!” dengus Moza dan menepis tangan Triska. 

“Makanya bangun, ini sudah pagi loh. Kalau nggak bangun nanti telat pergi ke kantornya.” kata Triska.

Moza mengerjap, meraih ponselnya dan menatap jam di layar ponselnya. Masih setengah enam kurang dan Triska bilang nanti Moza terlambat ke kantor? Mungkin istrinya ini lupa kalau punya suami seorang bos, yang bisa datang ke kantor kapan saja dia mau. Berdiri dari duduknya, Moza pun segera pergi mandi. Triska pun juga langsung menyiapkan baju apa yang harus Moza pakai hari ini. Semenjak jadi ibu rumah tangga, hal sekecil apapun sekarang menjadi perhatian Triska.

Setelah dirasa keduanya sedang melaksanakan ritual mandi, Triska menunggu mereka di meja makan sambil menikmati secangkir susu hangat sambil membaca koran. Banyak sekali berita kecelakaan lalu lintas di jalan raya dan mengakibatkan nyawa mereka melayang cuma-cuma. Hingga akhirnya ada satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal mengirim sebuah foto pada Triska. Wanita itu tergelak dan menaruh cangkirnya di atas meja dengan alis yang menumpu satu sama lain.

“Foto apa ini?”



To be continued



Update cepet di Fizzo yaaaaa udah mau 30 bab nih ...
Yuk kepoin keseruan Triska dan juga Moza disana ya.
Selain baca disana kalian juga bakalan dapat koin yang bisa di rupiah kan. Lumayan kan baca dapat bonus duit.
Kuy mampir ke Fizzo AgathaQuiin20.
Terimakasih, jangan lupa follow, tab bintang, share dan like yaaaaaaa

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang