Hanya bisa menarik nafasnya panjang, Triska hanya mampu mengusap dadanya dengan sabar. Akhir-akhir ini sifat Moza sering kali banyak berubah, dia jadi jarang pulang ke rumah, bahkan waktu pulang pun selalu saja marah. Entah apa yang membuat dia marah, atau mungkin ada yang terjadi di kantor yang sehingga membuat dirinya marah. Triska sudah menurunkan egonya meminta maaf lebih dulu agar masalah ini selesai. Tapi tetap saja Moza ya Moza, tidak ada yang bisa mengalahkan sifat keras kepala Moza selama ini.
“Aku mau ke luar kota selama satu minggu, nggak papa kan aku tinggal?” ucap Moza.
Triska menoleh, menatap Moza dengan nanar. Biasanya Moza selalu bilang Naufal titipin mami dulu kamu ikut aku ke luar kota tapi kali ini benar-benar diluar dugaan Triska. Yang dimana Moza sama sekali tidak mengajak Triska dan malah berkata tidak masalah kan jika ditinggal? Tentu saja tidak ada masalah kalau ditinggal, tapi kan rasanya aneh saja kalau yang biasanya diajak jadi tidak diajak.
“Nggak papa kok.”
“Oke.”
Lagi-lagi Triska hanya mampu menarik nafasnya panjang, dia tidak lagi menjawab ucapan Moza yang menurutnya menyakitinya. Wanita itu masih berpikir positif saja, siapa tahu Moza banyak kerjaan yang mengharuskan Triska tidak boleh ikut dengannya seperti dulu. Atau mungkin ada hal penting yang membuat Triska tidak boleh ikut dan itu aturan kantor. Atau mungkin …
Decitan kursi membuat Triska mendongak, dia pun menatap Moza yang bangkit dari duduknya sambil mengusap sudut bibirnya yang kotor oleh saus. Triska juga ikut berdiri, dia pun memperhatikan Moza yang menunjukkan raut wajah lelah dan bingung. Entah perasaan Triska saja, atau mungkin setiap hari ekspresi Moza seperti itu.
“Mau berangkat sekarang Mas?” tanya Triska mengalah, lebih menahan rasa sakit yang dia rasakan setelah hari itu ketimbang harus bertengkar dengan Moza.
“Iyaa. Ada rapat penting, file nya lupa aku tinggal di kantor.”
Triska pun mengangguk, mengambil tas kantor warna hitam Triska langsung mengantarkan Moza dan negara Naufal pergi ke depan rumah. Menyalami tangan suaminya dengan hikmah, Triska pun bisa melihat mobil yang Moza tumpangi pergi meninggalkan halaman rumahnya. Membalik badannya hendak pergi, deringan ponselnya membuat Triska merogoh ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata nomor yang dirahasiakan, nomer yang sering kali menelpon Triska terus menerus dan mengirim foto Moza di segala tempat. Belum lagi, nomer tak dikenal itu sering menelpon Triska dan memberitahu Triska apa yang selalu Moza lakukan diluaran rumah, yang dimana Triska tidak tahu sama sekali.
Wanita itu mengabaikan panggilan masuk itu beberapa kali. Palingan juga panggilan masuk tidak penting, yang dimana suka sekali membuat Triska emosi dan berpikiran buruk tentang Moza. Tapi nyatanya sampai sepuluh kali panggilan di nomor yang sama membuat Triska jengah dan menerima panggilan masuk itu dengan terpaksa.
“Kenapa lagi!! Sekarang mau bilang apa lagi!!” cetus Triska kesal.
“Kenapa nggak ikut Moza ke luar kota? Nggak diajak ya? Atau Moza ngajak istri barunya?”
Triska melempar lap kotor di atas meja lalu berkacak pinggang. Ini maksudnya apa? Istri baru yang mana yang dia sebut? Istri Moza itu hanya Triska tidak dengan yang lain, lagian kalaupun Moza ingin menikah lagi itu harus izin Triska lebih dulu. Mau menikah secara diam-diam pun juga tidak mungkin bisa terjadi, karena dimanapun izin istri pertama itu adalah paling penting. Dan Triska yakin kalau Moza tidak mungkin melakukan hal itu, kalaupun iya mau menikah dengan siapa lagi dia itu?
“Jangan fitnah deh jadi orang, apalagi kalau nggak ada bukti. Moza nggak mungkin nikah lagi apa lagi tanpa persetujuan aku juga. Ngaco aja jadi orang!!”
Di seberang saja Triska mendengar orang itu tertawa. “Kamu itu terlalu polos, terlalu lugu dan terlalu baik Triska. Sampai dimanfaatin sama Moza dan juga istri barunya, kalau aku nggak kasihan sama kamu mungkin aku nggak akan bilang begini sama kamu.”
“Minimal kasih tau dulu nama kamu siapa baru aku bisa percaya semua ucapan kamu tentang Moza dan juga istri barunya!! Ada aja kalau mau merusak rumah tangga orang, dasar orang gila!!!”
Setelah itu, Triska pun memutuskan sambungan telepon nya dengan perasaan kesal. Mungkin dia harus bertanya langsung dengan Moza tentang kebenarannya istri baru Moza, masa iya suaminya menikah lagi dan Triska tidak tahu? Tidaknya jika hal itu benar-benar terjadi Triska harus tahu wanita mana yang berani menikahi Moza yang sudah menjalin rumah tangga selama dua belas tahun bersama dengan Triska. Wanita di masa lalunya, atau mungkin wanita yang baru ditemui dan langsung jatuh cinta?
***
Setelah mendapatkan pesan masuk dari Moza, Triska langsung menyiapkan semua yang Moza butuhkan untuk berangkat besok pagi. Semuanya serba mendadak, dan seperti biasa selalu saja Triska yang menyiapkan semuanya tanpa adanya yang tertinggal. Ah ya, masalah waktu itu Triska yang meminta maaf dan Moza memberikan sebuah hadiah kecil ulang tahun Triska keesokan harinya. Tidak buruk juga, yang penting dia ingat dan Triska luluh seketika. Maklum saja wanita kan menang seperti itu dengan kata maaf, atau mungkin hadiah kecil pun sudah membuat hati dan perasaan Triska luluh dan memaafkan Moza langsung. Bahkan hadiah yang Moza berikan pun sudah dipakai indah di jari manisnya. Ya, cincin mungkin full permata itu sangat menarik perhatian Triska. Cincin yang diberikan satu hari setelah ulang tahunnya membuat Triska jatuh cinta.
Menutup kopernya, Triska pun tersenyum. Dia mengirim pesan pada Moza jika apa yang dibutuhkan semuanya sudah siap. Moza tidak perlu lagi menyiapkan apapun lagi, karena semuanya sudah Triska siapakan. Moza tidak perlu khawatir lagi kalau ada barang atau apapun itu yang tertinggal.
“Sudah selesai.” kata Triska bersemangat. Tidak masalah dia tidak bisa ikut Moza keliling kota lagi mungkin tidak untuk saat ini. Kalau ada kesempatan sudah pasti Triska bisa ikut Moza pergi keluar kota seperti dulu lagi.
Bangkit dari duduknya dan hendak merebahkan dirinya diatas kasur. Suara bel rumah membuat Triska menatap pintu kamarnya yang tertutup. Alisnya mengerut, matanya menatap jam dinding ruangan ini dengan heran. Siapa yang datang ke rumahnya ketika Triska tidak memiliki janji dengan siapapun termasuk Anisa.
“Iya tunggu sebentar.”
Berlari ke arah bawah dengan tergesa, Triska pun langsung membuka pintu rumahnya dengan lebar. Sehingga menunjukkan wajah wanita cantik yang berseri di depan pintu dengan senyum yang sumringah. Tidak ada luka lebam, tidak ada sayatan, tidak ada luka, tidak ada penampilan kucel, tidak ada lagi dekil yang tidak enak dilihat. Tidak seperti Triska yang hampir setiap hari penampilannya berantakan.
“Elena … .” panggil Triska kegirangan. Setidaknya dia tidak boleh menunjukkan raut tidak sukanya di depan teman Moza. Karena bagaimanapun, Triska tidak memiliki hak seperti itu.
Tobe continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romantizm🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...