Foto keluarga di ruang tengah tiba-tiba saja jatuh dan pecah, membuat Triska yang ada di sampingnya terjingkat kaget. Matanya menatap lurus pada foto itu yang sebagian tertutup pecahan kaca. Ada apa? Kenapa perasaan Triska tiba-tiba saja tidak enak? Dan kenapa Triska tiba-tiba saja memikirkan Moza? Apa yang terjadi dengan pria itu.
Mengambil ponselnya dan melihat jam di layar ponselnya, Triska semakin khawatir ini sudah jam sepuluh malam tak Moza tak kunjung pulang. Ponsel pria itu tidak bisa dihubungi sama sekali sejak sore tadi. Dan Triska berharap di manapun Moza berada laki-laki itu akan baik-baik saja.
Berjalan pelan ke arah foto itu jatuh, Triska mendesah pelan. Dia pun lebih memilih mengambil sapu dan juga sekop untuk membersihkan pecahan kaca itu. Dengan pelan tapi pasti Triska memunguti pecahan kaca itu dan membersihkannya dengan cepat. Tapi yang ada karena terburu, jari telunjuk Triska mengenai ujung kaca yang runcing dan berdarah.
“Aww … .”
Mengibaskan tangannya Triska pun langsung menghisap jarinya yang terus mengeluarkan darah itu hingga berhenti. Mencari plester di kotak obat ujung ruangan, Triska akhirnya menemukan plester luka yang tinggal satu-satunya di kotak itu. Sangking lamanya Triska tidak melihat kotak obat, sampai dia tidak tahu obat apa saja yang habis disana.
“Bun kenapa?” tanya Naufal yang turun dari arah tangga.
“Tangan Bunda kena pecahan kaca nih, Mas Naufal.” cerita Triska dengan suara manja pada anak laki-lakinya.
Naufal yang khawatir pun langsung mendekati Triska dan melihat jari Triska yang sudah dibungkus dengan plester luka. “Kok bisa kena pecahan kaca? Bunda pecahin apa emang?”
Triska menunjuk pada satu foto keluarga yang jatuh ke lantai. Foto itu tiba-tiba saja jatuh tanpa adanya angin dan menyenggol nya. Belum lagi paku yang menyangga foto itu juga tidak lepas dari tempatnya. Tidak ada hewan yang menjijikkan yang menyenggol frame foto itu, tapi … kenapa bisa foto itu jatuh dari tempatnya?
“Mungkin yang buat pasang foto lepas Bun makanya fotonya jatuh.” kata Naufal.
Mungkin benar kata Naufal, lubang untuk memasang foto lepas sehingga membuat foto itu terjatuh dan pecah. Apalagi foto itu juga sudah lama, waktu Naufal masih kecil. Sudah saatnya mereka mengganti foto keluarga mereka dengan foto yang baru.
Triska meminta Naufal untuk membantunya membersihkan percikan kaca. Tangan Triska masih berdenyut nyeri sakit ketika memegang gagang sapu. Triska mengambil pecahan kaca, sedangkan Naufal yang bagian menyapu. Membersihkan sela-sela kecil hingga bersih dan dipastikan tidak ada pecahan kaca yang tertinggal.
“Kamu jam segini kok belum tidur sih Mas, katanya besok mau ke kebun binatang ini nanti kalau bangunnya kesiangan gimana? Nggak jadi berangkat dong.” goda Triska sambil tertawa kecil.
“Ya nggak lah Bun, aku udah pasang alarm kok. Jadi nggak mungkin telat bangun.”
Tapi tetap saja di jam segini seharusnya Naufal sudah tidur. Meskipun hari libur, Naufal tidak pernah tidur sampai selarut ini. Merasa sudah bersih dan tangan Triska tidak lagi tersakiti nyeri, Triska meminta Naufal untuk segera tidur. Ini sudah malam tidak baik untuk anak seusia Naufal untuk tidur larut malam. Triska akan membuang pecahan kaca ini di dapur sambil menunggu Moza pulang. Masa iya sampai jam segini pekerjaan Moza belum juga selesai? Atau mungkin Moza lupa dengan janjinya?
Tidak!! Moza tidak mungkin lupa dengan janjinya pada Naufal, sesibuk apapun Moza dia pasti menyempatkan waktu untuk Naufal.
Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Triska sampai tidak sadar jika Moza baru saja pulang dengan wajah lelahnya. Pria itu mendekati Triska dan menyentuh bahu wanita itu.
“Triska.” panggil Moza pelan.
Triska menoleh kaget. “Mas Moza bikin kaget aja.”
“Maaf ya aku bikin kamu kaget. Besok jadi ke kebun binatang nggak?”
****
Melihat gelang yang melingkar di tangan kirinya, Triska baru saja masuk ke kebun binatang bersama dengan Moza dan juga Naufal. Putranya itu sangat bahagia melihat banyak sekali burung dengan berbagai nama, asal, hingga makanan apa yang sering mereka makan. Triska mengabadikan momen terindahnya di ponselnya setiap kali Naufal dan Moza menghentikan langkahnya. Apalagi ketika melihat monyet yang melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dan mengeluarkan suara yang melengking, sehingga membuat Naufal dan juga Moza tertawa bersama.
Tidak hanya burung dan monyet. Ada banyak sekali hewan yang dipamerkan. Dari yang paling jinak sampai yang paling buas juga ada. Naufal bisa melihat kuda Nil yang membuka mulutnya lebar-lebar ke permukaan air. Ada juga yang berenang di balik aquarium kaca.
“Kuda nilnya gede ya Yah.” kata Naufal.
“Iya gede banget, mana banyak lagi. Ini kalau kita jatuh otomatis masuk ke dalam kuda Nil.” kekeh Moza.
Naufal menggeleng cepat, “Kuda Nil kan makan rumput Yah, masa iya kuda nil makan manusia.”
Lah kita kan juga tidak tahu apa yang terjadi setelah melewati jembatan kuda Nil ini. Apalagi jembatan ini tidak begitu lebar, dan mereka harus berbagi dengan orang dari arah berlawanan untuk berjalan. Kalau saja kesenggol sedikit dan tidak hati-hati bisa jadi pengunjung jatuh ke dalam kolam kuda Nil. Belum lagi pagar jembatan ini juga hanya bagian atas dan samping yang memiliki jarak. Sehingga kaki mereka saja bisa lolos dari pinggiran jembatan kuda Nil.
Setelah puas melihat kuda Nil, Naufal pun kembali berkeliling melihat hewan lainnya. Dia juga sempat mengabadikan momen foto bersama dengan burung-burung lucu dan juga cantik.
“Berani kan Bun aku foto sama burung.” kata Naufal percaya diri.
Triska tersenyum dan mengacak rambut Naufal. “Anak Bunda kan harus berani.”
“Iya dong.”
Setelah merasa puas berkeliling kebun binatang, Triska memilih untuk duduk sejenak sambil menikmati minumannya. Di tengah jalan keliling ada satu toko yang disediakan oleh pihak kebun binatang untuk membeli snack atau mungkin minum. Karena tadi minuman Triska yang habis lebih dulu, wanita itu membeli tiga botol minuman dingin untuk berjaga-jaga. Tapi yang ada Moza dan Naufal malah betah tidak minum dari awal masuk hingga akhir.
“Capek banget ya, Tris.” celetuk Moza, merebut minuman Triska dan meneguknya.
“Hmm, aku jarang olahraga makanya jalan begini langsung capek.”
“Ya nggak masalah, harusnya tadi kamu bilang kita bisa sewa sepeda listrik atau istirahat bentar.”
Halah itu tidak perlu, meskipun capek tapi Triska menikmatinya. Dia bisa mengambil beberapa video dan juga foto Moza dan juga Naufal sebagai koleksinya. Tapi disini Triska baru sadar jika sejak tadi Moza sesekali sibuk dengan ponselnya saat Naufal tidak mengajak Moza berbicara. Dan mereka lebih memilih berinteraksi ketika Naufal menarik tangan Moza untuk melihat hewan yang ingin Naufal tunjukan pada Moza.
“Itu … kamu kenapa sibuk banget sama HP kamu sih, Mas. Ada apa?” tanya Triska yang membuat tubuh Moza menegang seketika.
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/300673928-288-k978686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin Pernikahan
Romance🚫21+ (Revisi TOTAL!! Judul sebelumnya Dua Cincin) Dalam bayangan Triska Putri Wardani, pernikahan adalah hal yang paling sakral dalam hidupnya. Dia memiliki impian menikah sekali seumur hidupnya dengan orang yang dia cintai. dan hal itu benar terj...