Chapter-37

173 6 0
                                    

Mau tidak mengakui sampai kapan? Itulah pertanyaan Nico yang selalu diingat oleh Moza. Mau sampai kapan dia menyembunyikan Elena di balik kata teman? Nico dan juga Reno sudah tahu betul bagaimana perasaan Moza pada Elena waktu mereka masih sekolah. Meskipun mereka berpikir setelah memiliki kekasih masing-masing, Moza bisa melupakan perasaannya pada Elena. Mereka berpikir setelah menikah dan juga memiliki anak Moza akan berubah dan bisa mencintai Triska. Tapi yang terjadi … pikiran mereka salah dan dipatahkan oleh pengakuan Moza yang mengakui jika dirinya sudah menikah dengan Elena secara siri.

Mungkin saat ini Triska tidak tahu apapun tentang masa lalu Moza, tentang pernikahan Moza dan juga Elena. Tapi bukan berarti selamanya Triska tidak akan tahu kan? Suatu ketika dia akan tahu semuanya tentang Moza dan juga Elena di masa lalu seperti apa. Entah dari orang lain atau mungkin dari Moza ataupun Elena sendiri yang mengakui perlakukan bejat mereka di belakang Triska. Kurang apa Triska pada mereka yang percaya sepenuhnya meskipun Triska tidak suka dengan Elena.

“Sudah siap?” Moza terkejut bukan main, dia pun tersenyum menatap Triska yang ternyata sudah siap lebih dulu ketimbang dirinya. Beberapa hari lalu setelah melamar ternyata Triska lolos dan datang untuk interview  hari ini adalah hari pertama Triska bekerja di perusahaan asing itu. Makanya sebisa mungkin wanita itu menunjukkan penampilannya yang terbaik. Tidak hanya itu Moza mendadak ingat Triska yang dulu yang masih bekerja. Penampilan dan juga make up yang sama, masih cantik meski usianya tidak lagi muda. “Ayo berangkat.” ajak Triska kembali dan membuat Moza kembali tersenyum.

Mereka berdua pun memutuskan untuk berangkat bekerja bersama. Disini Triska sedikit gugup karena sudah bertahun-tahun tidak bekerja, dan kali ini dia kembali bekerja dengan status newbie. Rasa jantung ingin lepas itu dia terus rasakan ketika dia sudah sampai di depan kantornya. Tentu saja hal itu membuat Moza sedikit gemas dengan sikap Triska yang tidak seperti biasanya.

“Itu jangan digenggam mulu kenapa sih.” goda Moza tak henti-hentinya tertawa.

“Aku gugup Mas, udah berapa tahun enggak kerja akhirnya kerja lagi. Duh … jantung aku mau copot, habis itu tangan aku keringat dingin lagi.”

Moza semakin tertawa kencang, untung saja masih di dalam mobil coba jika diluar mobil mungkin semua orang akan menatap mereka berdua dengan heran. Disini Triska yang kesal pun langsung memukul lengan Moza dengan kencang, sehingga membuat tawa pria itu hilang seketika digantikan dengan cekikikan kecil yang tidak bisa Moza tahan.

“Ketawa kok terus.” sinis Triska.

“Habisnya lucu sih kamu, begitu aja gugup. Dulu waktu kerja nggak begini juga, kenapa ini gugup sih.”

Triska sendiri juga tidak tahu kenapa dia segugup ini. Wanita itu merasa hari ini terasa berbeda tidak seperti dulu. Entah perasaan Triska saja apa mungkin semuanya berbeda sehingga membuat Triska sedikit gugup. Turun dari mobil setelah menyalami Moza, wanita itu langsung masuk ke lobi kantor untuk absen lebih dulu dan barulah dia bertemu dengan Nico yang sudah membantunya bisa masuk ke perusahaan ini tanpa sepengetahuan Moza.

Ya, perusahaan ini adalah milik teman Nico. Moza tidak tahu siapa teman Nico kali ini, tapi yang pasti dengan bekerja disini Triska akan tahu segalanya tentang Moza seperti apa. Bukannya untuk merusak rumah tangga Triska, hanya saja Nico tidak tega jika Moza menyakiti wanita sebaik dan juga setulus Triska terlalu jauh. Lebih baik Triska tahu lebih dulu ketimbang nanti yang ada sakit hati itu akan terasa lebih dalam lagi.

“Hai Triska … aku Bagas temannya Nico, selamat bergabung di perusahaan aku.”  kata Bagas sebagai sapaan.

Triska tersenyum canggung, dia sedikit membungkuk agar terlihat lebih sopan dengan atasan di hari pertamanya. “Baik Pak Bagas, jika ada apa-apa mohon saya ditegur ya. Saya akan bekerja semaksimal mungkin di kantor ini.”

Bagas mengajak Triska ke ruangannya yang dekat dengannya. Posisinya langsung tinggi sebagai sekretaris Bagas, tidak di divisi bawah seperti yang lainnya. Bagas memang sudah memiliki sekretaris tapi kan masalahnya sekretarisnya kali ini sedang hamil tua, itu sebabnya Bagas langsung mencari sekretaris baru agar semua pekerjaannya cepat selesai.

“Selemah bekerja Triska.” kata Bagas tegas.

“Baik Pak, terimakasih.”


***


Pukul setengah satu siang Moza memilih untuk keluar kantor. Dia melewatkan makan siangnya karena sebuah rapat penting, alhasil dia pun pulang ke rumah Elena. Hari ini Triska sudah bekerja sudah dipastikan wanita itu akan sibuk dengan pekerjaannya dan tidak akan melayani Moza lagi seperti dulu. Itu sebabnya Moza lebih memilih pulang ke rumah Elena untuk mendapatkan perhatian lebih dari istrinya yang kedua.

Turun  dari mobil dengan beberapa belanjaan yang disembunyikan di dalam mobil, Moza pun tersenyum ketika Elena tersenyum ke arahnya sambil membungkus beberapa cemilan yang dijual untuk pembelinya.

“Kamu kesini kok tumben nggak bilang dulu, biasanya bilang dulu kalau mau datang.” kata Elena tidak enak hati.

“Mampir aja sih, sekalian bawain belanjaan kamu kemarin itu.”

Elena mengangguk, dia pun meminta Moza untuk istirahat di dalam. Mengambilkan dua piring makanan, Elena pun langsung menyediakan dihadapan Moza dengan cepat. Tak lupa juga meja makan kecil ini sudah dilengkapi dengan buah, seperti meja makan milik Triska yang tidak pernah telat buah disana. Karena Triska bilang Moza itu suka buah, apapun dia suka kecuali kiwi. Moza tidak suka dengan buah itu karena menurutnya cukup menggelikan. Kulitnya yang berwarna coklat, dengan isian berwarna hijau dan biji yang bisa dimakan. Moza merasa geli untuk menyentuhnya apalagi sampai memakannya.

“Kamu belum makan kan?” tanya Elena

“Belum. Aku habis dari kantor langsung kesini.” jawab Moza cepat.

“Enggak pulang ke rumah Triska?”

Disini Moza langsing menjelaskan jika Triska sudah bekerja di perusahaan asing di ibukota. Sudah pasti Triska akan jauh lebih sibuk di kantor ketimbang mengurus Moza di rumah. Tau sendiri kan wanita karis macam Triska akan dihadapi oleh banyaknya masalah, rapat, pertemuan dan juga masih banyak lagi kegiatan kantor yang mengharuskan Triska ikut. Lagian dia mengizinkan Triska bekerja juga bukan tanpa sebab, setidaknya jika wanita itu bekerja dunia Moza akan sedikit leluasa. Tidak harus bertengkar dengan Triska, tidak harus melihat wajah wanita itu ditekuk terus menerus. Dan yang lebih penting dengan adanya Triska bekerja hubungan Moza dan Elena akan jauh lebih aman. Triska tidak mungkin mengurus hubungan ini sedetail mungkin, dan Triska akan mengira jika Moza seperti ini karena wanita itu yang sibuk bekerja. Setidaknya Moza tidak disalahkan dalam hal ini, yang salah tetap Triska.

Melahap habis masakan Elena, pria itu segera mungkin kembali ke kantor. Dia tidak mau pak Burhan mencarinya hanya karena masalah dia pergi dari kantor terlalu lama. Yang ada Moza harus menunjukkan sikap baiknya agar proyek besar ini lagi dipegang kembali oleh Moza.

“Aku pergi dulu, jaga diri baik-baik ya nanti malam aku menginap disini.” kata Moza dan membuat kedua pipi Elena merona. Sudah pasti malam nanti …. Ah membayangkan saja membuat Elena tersenyum malu.

“Hati-hati dijalan, Za.”


To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang