Chapter-65

181 6 1
                                    

Moza mengerang kesal ketika sekitar kantornya yang awalnya rapi menjadi berantakan. Dia baru saja mendorong banyak barang di depannya hingga jatuh berantakan di lantai. Dia kesal, dia marah dengan apa yang terjadi barusan. Semua proyek Moza gagal, semua kerjasama yang Moza bangun hancur semuanya. Semua itu karena penolakan Triska waktu itu, yang dimana menolak kerjasama Moza dan berakhir seperti ini. Rasanya Moza menyesal telah bersikap baik Triska Selama ini, jika endingnya seperti ini. Bukannya apa tapi Moza benci hal itu.

Pria itu kembali berteriak ketika mendapati file yang dia kirim beberapa hari lalu dan kembali mendapat penolakan. Rasanya begitu menyakitkan, belum lagi jika dirumah Elena sering menguji kesabaran Moza. Tidak mau mengurus Moza, tidak mau memasak, tidak mau melakukan banyak hal di rumah dengan alasan tengah hamil dan harus banyak istirahat. Itu sebabnya pulang dari rumah semua pekerjaan rumah Moza yang melakukannya. Dan Moza masih berpikir mungkin saja itu semua efek kehamilannya, makanya Elena suka bermalas-malasan di rumah. Tapi tidak masalah, mungkin setelah itu semuanya akan berakhir setelah bayi itu lahir.

Padahal dulu apapun yang bersangkutan di rumah dikerjakan oleh Triska. Moza hanya tinggal duduk manis sambil melihat Triska yang sibuk menyiapkan makanan dan juga keperluan yang lain di rumah.

“Moza … .”

Pria itu mendongak menatap Pak Burhan yang masuk ke ruangan ini dengan tatapan mengintimidasi. Pria itu terkejut bukan main apalagi mendengar berita tentang beberapa klien yang membatalkan kerjasamanya dengan perusahaan ini.

“Pak Burhan … kok tiba-tiba kesini?” Ucap Moza heran.

“Saya sengaja datang kesini untuk melihat situasi perusahaan saya. Kenapa banyak sekali perusahaan yang menolak bekerjasama dengan kita,Moza?” tanya Pak Burhan dengan penasaran.

Moza gelagapan, dia sendiri juga tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi.  Semua orang membatalkan kerjasamanya tanpa alasan, bahkan memberi alasan pun juga seratus persen tidak bisa diterima oleh Moza. Dan lagi, perusahaan asing atau perusahaan lainnya juga tidak ingin bekerjasama dengan perusahaan Moza. Itu sebabnya pemasukan perusahaan sedikit menurun.

“Lima persen bukan hal yang sedikit Pak Moza.” Ucap Burhan frustasi. “Aku dengar mereka memutuskan kerjasama karena kamu tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, apakah itu benar Pak Moza?”

Tidak bisa menjadi yang terbaik bagaimana maksudnya? Secara dunia kerja, Moza adalah pemimpin yang baik. Dia bekerja di bawah tekanan dan juga menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat. Dulu di bawah, jika kinerja pria itu tidak baik mana mungkin dia menjadi manager? Rasanya sangat mustahil untuk Moza di posisi ini jika kinerjanya kurang bagus.

Disisi lain Pak Burhan berpikir apa yang dikatakan Moza itu benar. Hanya saja berita perceraian Moza terdengar aneh di telinga Burhan. Yang bilang mantan istri Moza berselingkuh dan menolak punya anak lagi dari Moza itu tidak sepenuhnya benar. Karena Burhan juga mendengar jika yang berselingkuh itu Moza bulan Triska. Yang menggugat cerai memang Moza tapi semua itu Moza lakukan untuk bisa hidup bersama selingkuhannya. Itu sebabnya banyak sekali perusahaan yang mengakhiri kerjasama mereka karena tidak ingin bekerjasama dengan orang yang tidak baik. Tidak bisa bersyukur memiliki satu suami dan malah tergoda dengan wanita lain. Entah itu benar atau tidak, tapi banyak orang bilang seperti itu.

Disini Moza mencoba menjelaskan pada Burhan jika semua itu tidak benar. Pria itu tidak melakukan perselingkuhan dan berita perceraian itu benar ada apanya. Moza hanya tidak ingin tersakiti, dia akhirnya melepas diri dari mantan istrinya. Apakah salah Moza seperti itu? Dia tidak berselingkuh kenapa juga dia yang dituduh selingkuh? Kasusnya kemarin memang cukup rumit, Moza sempat ingin mencari tahu selingkuhan Triska siapa. Tapi setelah dipikir kembali semua itu terlihat percuma, mau dengan siapa wanita itu menjalin cinta tentu saja bukan urusan Moza. Kalau pun berita di luar sana Moza juga tidak bisa berbuat banyak hal. Dia tidak bisa menghentikan opini dan juga pikiran banyak orang, sehingga pria itu memilih untuk diam. Dengan harapan jika semua itu bisa berlalu dengan cepat, Moza sangat sedih ketika mendengar berita itu. Dia takut berita itu mampu mempengaruhi dirinya dan juga Naufal. Dua hidup seorang diri tapi kebanyakan orang malah menuduh Moza berbuat tidak-tidak.

“Ya mau gimana lagi, semua orang menganggap kamu selingkuh. Saya pikir juga begitu, tapi setelah mendengar ini semoga setelah ini semua orang bisa memahami dirimu, Pak Moza.” Burhan merasa iba, dua belas tahun bukan hal yang gampang. Burhan pernah diposisi Moza dan rasanya benar-benar sakit. Itu sebabnya Burhan meminta Moza untuk lebih sabar lagi. Ini ujian bagi hidup Moza untuk bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. “Kalau begitu bujuk mereka agar tidak membatalkan kerjasamanya, untuk mempertahankan posisi kamu sekarang.”

“Baik Pak, akan saya usahakan.”


***

Kepergian Burhan membuat Moza menghela nafasnya berat. Dia pun menatap pintu kaca itu kembali tertutup dengan rapat. Setelah itu memanggil salah satu ob di kantor untuk membersihkan ruangannya dengan cepat. Untung saja Burhan tidak bertanya terlalu banyak kenapa ruangannya berantakan, banyak barang yang berserakan di atas lantai dan juga beberapa barang pecah pula. Moza terlalu emosi sehingga dia tidak bisa mengontrolnya sedemikian rupa.

Pria itu memutuskan untuk pulang lebih awal dengan membawa beberapa berkas yang lainnya ke rumah. Dengan harapan semua itu bisa dikerjakan dengan cepat ketika di rumah.  Sayangnya, saat sampai di rumah Moza malah melihat Elena yang duduk di depan pintu rumah dengan kesakitan. Pria itu segera turun dari mobil dan menghampiri Elena dengan cepat.

“Sayang … apa yang terjadi, kenapa kamu bisa ada disini!!” Teriak Moza khawatir

“Aku terpeleset, perut aku sakit Moza.”

Moza khawatir, dia pun segera menggendong Elena ke arah mobilnya. Mengendarai mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. Elena mengeluh sakit perutnya, dan ada sesuatu yang merembes diantara kedua kakinya. Pria itu takut jika terjadi sesuatu dengan bayi yang ada di dalam kandungan Elena.

Perjalanan cukup singkat, Moza akhirnya sampai di rumah sakit. Pria itu memanggil suster dan juga perawat lainnya untuk membantu Moza membawa Elena. Menggigit jempol tangannya Moza nampak ketakutan.

“Tolong selamatkan dia dan juga bayinya.” Ucap Moza gemetar.

“Kami akan berusaha.” Dokter membalik badannya menatap semua suster yang ada disana dengan nafas gursa. “Siapkan ruang operasi.”

Jantung Moza berdebar seketika. Tatapannya fokus pada Elena yang menggeleng cepat, seolah wanita itu tidak mau di bawa ke ruang operasi. Tapi jika terlambat sedikit saja mereka akan kehilangan calon anak mereka. Moza mencoba menyakinkan Elena lewat tatapan matanya, mencoba menyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Elena dan juga calon bayinya akan selamat dan sehat. Menghentikan langkahnya, Moza menatap Elena yang sudah dibawa ke ruang operasi, disana Moza duduk dengan lemas. Pikirannya melayang di beberapa tahun kejadian dimana Triska melahirkan Naufal,wanita itu bertaruh nyawa untuk memberikan Moza gelar sebagai ayah. Dan sekarang hal itu dilakukan oleh Elena, wanita yang begitu dicintai oleh Moza selama ini. Rasa ketakutan cukup dominan, tapi sebisa mungkin Moza berpikir positif akan hal itu dan yakin jika semuanya akan baik-baik saja. Elena dan juga calon bayinya selamat dan sehat.



To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang