Chapter-12

180 6 0
                                    

Tepat jam lima sore, Moza tak kunjung pulang ke rumah. Padahal Triska sudah menunggunya di depan rumah. Sore ini Triska berniat untuk mengajak Moza pergi ke toys kingdom untuk membeli mainan. Naufal menginginkan satu mainan mobil remot pengeluaran terbaru. Sedangkan Moza tak kunjung pulang juga, dia sudah berusaha menelponnya dan juga mengirim pesan pada Moza. Tapi nyatanya tak ada satu panggilan atau pesan dari Triska yang direspon oleh Moza. Ini kali pertama Moza bersikap seperti ini. Sedangkan dulu, sesibuk apapun Moza dia pasti  menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Triska. Jika dia akan pulang terlambat karena masih ada meeting dengan klien. Tapi nyatanya sampai saat ini Moza tak kunjung memberi kabar.

"Bund, ayah belum pulang ya?" tanya Naufal kesekian kalinya.

"Tunggu ya, Nak. Mungkin ayah lagi di jalan, jadi nggak bisa angkat telepon Bunda."

Naufal mengangguk, dia pun kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan kecewa. Mobil itu tinggal satu, dan Naufal berharap tidak ada yang membelinya kecuali dirinya. Sedangkan Naufal sendiri juga sudah merencanakan, jika nanti piknik dia akan membawa mobil remot itu bermain bersama dengan ayahnya. Tapi yang ada …

Melihat hal itu Triska pun sedih. Dia berusaha untuk menelpon Moza dan juga mengirim Moza pesan singkat. Jika Naufal marah karena menunggu Moza pulang terlambat. Lagian ini juga sudah gelap, sudah dipastikan toys kingdom akan tutup dalam hitungan jam.

Menaruh nafasnya dalam, Triska pun bangkit dari duduknya dan hendak masuk ke dalam rumah. Bersamaan dengan itu, Triska malah melihat sebuah mobil yang baru saja masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Apalagi mobil itu diparkir indah di samping mobil Triska.

"Mama … " pekik Triska kaget. Dia adalah ibu mertua Triska yang datang bersama dengan bapak mertua. langsung g saja Triska menghampirinya dan menyalami tangan mereka secara bergantian. "Mama kok nggak bilang kalau mau ke rumah." ucapnya.

"Kenapa? Kamu mau pergi ya sama Naufal?"

"Rencananya sih Mah, mau beliin Naufal mobil remot. Tapi nunggu mas nggak pulang-pulang."

Anne mengangguk kecil, dia pun langsung memamerkan paper bag berwarna hitam pada Triska. Isi paper bag itu adalah mainan yang diinginkan Naufal. Tentu saja hal itu langsung membuat Triska memeluk mertuanya itu dengan erat. Disana Moza tidak ada untuknya ketika Triska dan Naufal membutuhkan pria itu. Nyatanya masih ada Anne mertua yang selalu membantu dan menyelamatkan Triska dari amukan Naufal.

"Mama boleh masuk?" ucap Anne lembut.

"Astaga … aku sampai lupa Mah, masuk aja. Aku bikin minum dulu ya tapi."

Anne dan Paul pun masuk kedalam rumah Triska. Disana mereka berdua bisa melihat Naufal yang duduk dengan wajah sedihnya. Anne pun menghampiri Naufal dan memberikan paper bag itu tepat di hadapan Naufal.

Tentu saja bocah kecil itu menoleh kaget  dia pun menatap Anne dan juga Paul secara bergantian. Setelah itu, memeluk mereka juga dengan hangat. Betapa bahagianya Naufal saat ini, dilihat kakek neneknya bisa mampir ke rumahnya. Meskipun ini sudah gelap.

"Oma datang kok nggak bilang-bilang sih." kata Naufal kaget.

"Surprise dong." kekeh Anne.

"Tapi Oma sama Opa lagi makan di luar. Terus ingat kamu, terus kita mampir." jelas Paul duduk di samping Naufal sambil mengusap puncak kepala bocah itu.

Tidak hanya itu, Anne juga meminta Naufal untuk membuka paper bag yang dia berikan. Di dalamnya ada sesuatu yang dimana nantinya akan membuat Naufal suka. buru-buru bocah itu langsung membuka paper bag dan terkejut.

Isinya hanya satu mobil besar dan juga hewan dinosaurus di samping mobil itu. Tentunya itu adalah mobil yang diinginkan Naufal sejak kemarin sore. Hanya dia menunggu waktu ayahnya yang lengang untuk membeli mobilnya. Tapi yang ada Naufal sudah mendapatkan dari oma dan juga opa nya.

Melihat hal itu Triska pun tersenyum,m sambil membawa dua gelas teh hangat dan juga cemilan yang dia miliki. Triska juga menjelaskan pada Anne dan juga Paul, jika Naufal sangat menginginkan mobil itu hingga tak mampu tidur nyenyak.

"Sekarang sudah punya kan? Dijaga ya, jangan dirusak." kata Anne mengusap rambut Naufal, dan menatap Triska penuh dengan arti.


***

Maksudnya apa?

Itu yang sejak tadi Triska pikirkan. Dia tidak begitu paham dengan ucapan Anne barusan, jika itu tentang mainan yang baru saja dia belikan. Tentu Naufal pasti akan menjaganya dengan baik. TIdak mungkin bocah itu merusaknya, apalagi Naufal itu tipe orang yang sangat sayang mainan. Moza bahkan sampai membelikan satu tempat untuk menyimpan mainan milik Naufal.

Kalau ucapan itu untuk Triska, tentu tidak mungkin. Triska tidak membeli apapun dalam minggu ini. Jika minggu lalu, Triska masih membeli satu buah parfum kesukaannya. Dan pastinya wanita itu pasti akan menjaga dan menghemat parfum miliknya, yang harganya bisa dikata lumayan mahal.

“Kamu akan biarkan Mama sama Papa berdiri terus apa, Tris?”

Seketika itu juga Triska mengerjapkan matanya. Dia terlalu banyak memikirkan ucapan ibu mertuanya itu, hingga dia lupa untuk mempersilahkan ibu mertuanya masuk ke dalam rumahnya.

Wanita itu juga memberitahu Anne dan juga Bram, jika sampai detik ini Moza belum pulang. Padahal dia sudah janji akan mengantar Triska dan Naufal untuk membeli mainan baru. Tapi Triska tentu saja berpikir positif, jika mungkin moza banyak kerjaan dan lupa mengabari Triska. Setelah naik jabatan, pekerjaan Moza cukup banyak dan yang jelas tidak bisa ditinggal. Itu kenapa Moza akhir-akhir ini jarang sekali di rumah dan menghabiskan waktu bersama dengan keluarga.

Bram memutuskan untuk bermain dengan Naufal, sedangkan Anne memilih duduk di samping Triska. Usia Naufal juga sudah dibilang memenuhi syarat untuk memiliki adik. JIka nanti Naufal punya adik, pasti dia tidak akan merasa kesepian lagi. Tapi sampai sekarang Triska juga belum hamil-hamil. Meskipun dia sudah tidak lagi menjalani keluarga berencana.

Kalau boleh jujur Triska juga pengen hamil lagi, tapi masalahnya jika TUhan belum memberinya dia bisa apa? Minum jamu yang ibu mertuanya berikan juga sudah, untuk menambah kesuburan dan juga gairah saat bercinta. Minum pil atau vitamin juga sudah, sampai membuat Triska bosan dan membuang pil itu. Dia sudah berusaha apapun caranya sudah dia lakukan. Tapi ‘kan hamil atau tidaknya semuanya tergantung sama Tuhan ‘kan?

Wanita itu juga tidak terlalu memaksakan diri untuk hamil kedua,. dia sudah memiliki Naufal dan menurut Triska itu sudah lebih dari cukup. jIka Tuhan berbaik hati dan murah hati, lalu memberi momongan kembali Triska dan Moza pasti akan senang melihat hal itu. Apalagi Moza ingins ekali anak perempuan. Agar Triska tidak merasa paling cantik diantara Naufal dan juga Moza.

“Doain aja ya, Mah … ,” katanya. Ada nada sedih di ucapannya, tapi hal itu tentu saja tidak membuat Anne merasa curiga. Dan lebih memilih bercanda tawa bersama dengan Naufal dan juga Bram.

Andai saja mencetak bayi tak sesulit ini, mungkin Triska sudah membuat banyak bayi dari dulu. Tapi … menarik nafasnya panjang Triska hanya mampu melihat orang di depannya dengan tatapan sedih. Perasaan gelisah, khawatir campur aduk menjadi satu membuat Triska merasa takut

To be continued

Dua Cincin Pernikahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang