Bab 22. Memohon lagi.

46.4K 3.7K 1.1K
                                    

Note: VOTE SEBELUM MEMBACA AGAR AKU SEMANGAT UNTUK UPDATE!!!

Follow juga akun wattpadku nursida122004 karena nanti bab-bab selanjutnya akan aku privat.

Mohon tandai bila ada typo.

Selamat membaca.

* * *

Charlotte berkali-kali menghela napas ketika mengingat pembicaraannya tadi bersama Xavier di taman. Gadis itu tidak akan menduga bahwa Xavier akan mengucapkan kalimat yang kasar.

Setelah Xavier mengucapkan kalimat kasar itu, Charlotte langsung marah kemudian memilih mengakhiri pembicaraan tersebut dengan cara meninggalkan pria itu.

Belum saat yang tepat untuk memberikan balasan yang setimpal pada Xavier. Charlotte saat ini benar-benar harus ekstra hati-hati dalam mengambil langkah.

Kini sudah memasuki waktu malam hari, Charlotte memilih untuk menenangkan pikirannya dengan cara tidur lebih awal. Kali ini ia akan tidur tanpa banyak berpikir seperti hari-hari sebelumnya.

Gadis itu mulai menutup kedua matanya dan mulai memasuki alam mimpi.

"Jalang sepertimu memang tidak berguna, biadab! Jangan halangi aku!" Trishan mendorong tubuh kecil Charlotte hingga terjatuh ke lantai.

"Jangan sakiti ibuku!" teriak Charlotte.

"Jalang!" Trishan mengambil sebuah vas bunga kemudian langsung melemparkannya ke wajah ibu Charlotte.

"Ibu!" Charlotte berteriak ketakutan ketika menyaksikan wajah ibunya berdarah dan terluka karena dilempari vas bunga. Charlotte menangis sejadi-jadinya sembari menjambak rambutnya sendiri.

"Dasar Jalang! Cuih!" Trishan meludah tepat di wajah ibu Charlotte.

"Ayah, ibuku terluka. Tolong bantu dia." Charlotte menarik-narik tangan Trishan.

Deg!

Tiba-tiba saja Charlotte terbangun dari mimpinya kemudian buru-buru meraba lehernya untuk mencari kalungnya dan benar saja ternyata kalungnya masih berada di tangan Lucifer.

Mimpi beberapa tahun yang lalu datang lagi dan mulai menghantui ketenangan Charlotte. Gadis itu merasa sangat tidak tenang, ia mulai kembali memikirkan kalungnya yang kini berada pada Lucifer.

Detak jantung gadis itu berdetak tidak karuan serta dadanya terasa sangat sesak dan hampir menangis. Charlotte benar-benar tidak bisa mengusir mimpi buruknya tanpa bantuan kalungnya.

Charlotte menjambak rambutnya dengan frustasi kemudian berjalan menuju ruangan mandi. Gadis itu bergegas membasuh wajahnya.

"Aku benar-benar harus mengambil kalung itu," gumam Charlotte.

Hari sudah menjelang tengah malam. Charlotte tidak menjadikan itu sebuah alasan untuk segera merebut kalungnya. Gadis itu memakai jubah tebal untuk menutup tubuhnya dari udara dingin.

Setelah selesai bersiap-siap, Charlotte segera keluar dari kamarnya melalui jendela agar tidak ketahuan oleh ayah dan adiknya. Gadis itu nekat berjalan kaki untuk menuju mansion Duke.

Charlotte berjalan menuju hutan belantara seorang diri dengan hanya membawa belati di sakunya, ia mulai berjalan dengan terburu-buru agar cepat sampai.

Satu jam perjalanan lamanya, akhirnya Charlotte sampai di kediaman Duke yang terlihat sudah sangat sepi. Gadis itu berdiri di depan gerbang dengan perasaan penuh campur aduk.

I Became The Devil's Wife  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang