Bab 3. Kesempatan Kedua.

83.3K 6.3K 436
                                    

Note : Vote sebelum membaca agar aku rajin update.

* * *

Charlotte dibawa ke sebuah danau hitam, para pelayan tidak benar-benar memotong tubuh gadis itu dikarenakan ketidaktegaan. Para pelayan itu lebih memilih untuk membuang jasad Charlotte di dalam danau hitam.

"Saya tidak percaya kami harus kehilangan Nyonya secepat ini, sepertinya tidak akan ada lagi suara tawa bahagia Nyonya di mansion. Aku yakin bukan Nyonya pembunuhnya, ini pasti sebuah rencana dari Tuan," ujar Grace. Dia adalah seorang pelayan pribadi Charlotte sejak dua tahun yang lalu.

"Tidak mungkin Nyonya yang memiliki sifat lemah lembut dan mudah tersenyum seperti Nyonya mempunyai niat yang jahat seperti itu," ujar Grace sembari mengusap air matanya dengan kasar.

"Grace, aku tahu ini menyakitkan. Aku juga tidak rela kehilangan Nyonya tetapi ini semua sudah terjadi, sekarang kita harus mencari tubuh hewan untuk memanipulasi Tuan agar Tuan Xavier dapat berpikir bahwa kami telah melaksanakan perintahnya," jelas Daia. Dia adalah teman dekat dari Grace.

Grace sangat menyayangi Charlotte karena Charlotte tidak pernah sedikitpun marah kepada para pelayan jika melakukan kesalahan. Charlotte benar-benar adalah seorang wanita yang ceriah, murah senyum, baik hati dan selalu memperlakukan pelayan di mansion layaknya temannya.

Bruk!

Grace terduduk di atas rerumputan dengan tubuhnya yang mulai lemas, ia mulai menangis dan terisak layaknya anak kecil. Gadis itu mencoba untuk menghentikan air matanya dengan mengusap pipinya dengan kasar.

"Aku tidak bisa jika tidak bersama Nyonya, aku ingin ikut Nyonya saja," Isak Grace sembari berbalik ke belakang untuk melihat danau hitam yang kini menjadi tempat pembuangan jasad Charlotte.

"Grace jangan menangis, tolong kau harus kuat," ujar Daia.

"Dari kecil aku tidak punya orang tua, aku selalu dikucilkan, aku selalu dipandang rendah oleh Tuan Xavier, tetapi hanya Nyonya Charlotte yang selalu memperlakukan aku layaknya adiknya sendiri. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih." Grace tidak mampu melanjutkan ucapannya lagi karena bibirnya terus mengeluarkan isakan.

Daia benar-benar merasa sangat kasihan dengan kondisi temannya itu. Alhasil gadis itu ikut duduk di tanah kemudian memeluk erat tubuh Grace.

"Tolong yang lain segera carilah bangkai hewan kemudian bungkus dengan kain putih untuk memanipulasi Tuan Xavier. Tenang saja karena Tuan Xavier tidak akan membuka kain tersebut, karena Tuan memiliki rasa jijik sendari kecil," jelas Daia.

Para pelayan tersebut segera menjalankan perintah tersebut dan buru-buru memasuki hutan. Sedangkan Grace masih terisak sembari memegang dadanya yang terasa sangat sesak.

"Andai saja aku berada di samping Nyonya tadi, mungkin aku akan menggantikan Nyonya untuk dibunuh oleh Tuan Xavier. Aku benar-benar sampah karena tidak bisa membantu Nyonya di saat-saat seperti ini," ujar Grace.

Mendengar perkataan tersebut mampu membuat Daia ikut menangis. Wajar saja bila Grace sampai menangis seperti itu, karena sejak kecil Grace sudah berteman dengan Charlotte dan mereka berdua sudah terlihat layaknya seorang saudara.

"Aku hanya punya Nyonya Charlotte di dunia ini, Daia. Aku hanya punya dia, kenapa Tuan jahat sekali? Kenapa dia memperlakukan Nyonya kita seperti ini? Aku ingin menyusul Nyonya Charlotte saja, aku benar-benar tidak bisa tinggal di mansion itu lagi, tidak ada yang dapat menolongku lagi, Daia." Grace terus-menerus terisak sembari meremas gaun Daia.

"Ayo kita pulang, jangan menangis dan tenangkan dirimu." Daia dengan sekuat tenaga membantu Grace untuk berdiri kemudian meninggalkan danau hitam tersebut.

I Became The Devil's Wife  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang