Racun 2

22 2 0
                                    

CHAPTER 57: RACUN (2)

WEI WuXian terdiam, "Dia meninggal dunia.
"Mendadak, wajah Lan WangJi yang basah oleh air mata dan memantulkan cahaya dari nyala api melintas dalam benaknya.
Wei WuXian berseru, "Lan Zhan bagaimana?
"Jiang Cheng, "Memangnya bagaimana lagi?
Dia sudah pulang.
Sejak awal ayahnya ingin meminta orang untuk membawanya ke Gusu.
Dia menolak.
Dilihat dari keadaannya, dia pasti sudah lama tahu kalau hari itu akan tiba. Lagipula di situasi sekarang ini tidak ada sekte yang lebih mendingan dari yang lain.
"Mereka berdua duduk di pagar kayu lagi.
Wei WuXian, "Lalu apa yang terjadi dengan Lan XiChen?
"Jiang Cheng, "Sekte Wen sudah membakar Paviliun Perpustakaan, kan?
Tempat puluhan ribu buku kuno dan lembaran musik tersimpan.
Orang-orang Sekte Lan berhasil menyelamatkan sebagian. Barangkali mereka memberikannya ke Lan XiChen dan menyuruhnya kabur dengan membawa itu semua. Mereka melindungi apa pun sebisanya, kalau tidak, semuanya akan hilang.
Itu dugaan semua orang.
"Wei WuXian menengadah menatap langit dan berujar, "Benar-benar menjijikkan.
"Jiang Cheng, "Yah. Sekte Wen benar-benar menjijikkan.
"Wei WuXian, "Sampai seberapa lama mereka akan membuat keributan seperti ini?
Ada begitu banyak sekte.
Tidak bisakah kita bergabung dan....
"Mendadak serangkaian langkah kaki mendekat. Sekumpulan bocah lelaki berseragam latihan meloncat ke aula seperti monyet dan berteriak, "Shixiong!!!"
Shidi termuda terlihat semringah, "Shixiong!!!
Kau masih hidup!!!
"Wei WuXian, "Apa maksudmu aku masih hidup? Aku tidak pernah mati kok!"
"Shixiong, kudengar kau sudah membunuh makhluk buas berusia empat ratus tahun?!
Apa benar?
Kau membunuhnya?!"
"Shixiong, yang sangat ingin kutanyakan adalah, apa kau benar-benar bertahan tanpa makan selama tujuh hari?!"
"Kau benar tidak pernah berlatih inedia diam-diam di belakang punggung kami?!"
"Seberapa besar Xuanwu Pembantai itu?
Apa muat di dalam Lianhua Wu?!"
"Xuanwu Pembantai hanya kura-kura, kan?!"
"Shixiong, kau sudah menghabiskan tujuh hari penuh bersama Lan WangJi dari Gusu?
Dan dia tidak memukulmu sampai mati?!
"Atmosfer yang sebelumnya khidmat mendadak gempar.
Sejak awal luka Wei WuXian tidaklah terlalu parah, hanya gara-gara waktu itu dia tidak memakai obat serta menderita karena lelah dan lapar. Tapi fisik tubuhnya cukup bagus. Setelah ramuan dioleskan ke luka bakar itu, demamnya pun segera turun. Dia akan kembali bertingkah lincah setelah beberapa hari beristirahat. Seusai kekacauan Xuanwu Pembantai di Gunung Muxi, 'Kawasan Pendoktrinan' yang sudah Sekte Wen dirikan di Qishan telah hancur sepenuhnya. Semua murid kembali ke sekte masing-masing. Sebaliknya, Wen Chao juga tidak langsung menindak lanjuti. Nyonya Yu pun memanfaatkan kesempatan dengan memarahi Wei WuXian habis-habisan dan melarangnya keluar selangkah pun dari gerbang Lianhua Wu, bahkan tidak diperbolehkan untuk bermain-main di danau. Oleh karena itu, dia hanya bisa memanah layang-layang bersama para murid Sekte Jiang setiap hari.Tidak peduli seberapa menyenangkannya suatu permainan, kalau dimainkan setiap hari tetap akan membosankan. Sehingga sekitar setengah bulan kemudian, ketertarikan para pemuda itu pun menyurut. Suasana hati Wei WuXian sendiri juga tidak bagus. Dia memanah tanpa peduli bahkan membiarkan Jiang Cheng mendapat peringkat pertama beberapa kali.
Suatu hari setelah ronde panahan terakhir usai, Wei WuXian mengangkat tangan kanan untuk menghalangi cahaya matahari di keningnya saat menengadah, "Ayo selesaikan dan berhenti bermain.
Makanan sudah menunggu di rumah.
"Jiang Cheng, "Hari ini cepat sekali selesai?
"Wei WuXian melempar busur panahnya dan duduk di atas tanah, merasa kecewa, "Membosankan.
Ayo berhenti.
Siapa yang dapat tempat terakhir di ronde barusan?
Ambillah layang-layangnya bersama shidi keenam kita.
"Seorang bocah berkata, "Shixiong, kau benar-benar licik.
Kau selalu membuat orang lain mengambilkan layang-layangmu.
Itu tidak tahu malu.
"Wei WuXian melambaikan tangan, "Aku juga tidak punya pilihan.
Nyonya Yu tidak membolehkanku pergi ke luar.
Dia sekarang sedang di rumah. Mungkin JinZhu dan YinZhu sedang mengawasi dari pojok dan siap menangkapku kapan saja. Kalau aku pergi keluar, Nyonya Yu akan mencambuk seluruh lapisan kulitku.
"Shidi yang mendapat tempat terakhir pun berkelakar, tertawa sembari bergegas mengambil layang-layang mereka.
Jiang Cheng sedang berdiri, sementara Wei WuXian masih duduk di tanah. Mereka berdua saling mengobrol.
Wei WuXian bertanya, "Tadi Paman Jiang pergi pagi-pagi sekali—kenapa masih belum kembali? Apa dia akan pulang tepat waktu untuk makan malam?"
Tadi pagi, Jiang FengMian dan Nyonya Yu bertengkar lagi. Sebenarnya kurang tepat menyebutnya bertengkar.
Nyonya Yu sendiri yang mengamuk, sementara sebagian pengendalian diri Jiang FengMian masih kukuh.
Jiang Cheng menjawab, "Ayah sedang pergi ke Sekte Wen untuk meminta pedang kita lagi, kan?
Setiap kali membayangkan Sandu-ku sekarang berada di genggaman anjing Wen, aku...
"Wajahnya diliputi rasa jijik.
Wei WuXian, "Sayang sekali pedang kita belum punya kekuatan spiritual yang besar.
Kalau bisa menyarungkan diri, maka tidak akan ada yang bisa memakainya.
"Jiang Cheng, "Mungkin bisa berhasil kalau kau berkultivasi selama delapan puluh tahun lagi."
Mendadak beberapa bocah bergegas masuk ke lapangan latihan Lianhua Wu, berteriak penuh kepanikan, "Ada yang terjadi!
Shixiong, Shixiong, ada yang terjadi!!!"
Mereka adalah para shidi yang tadinya pergi mengambil layang-layang.
Wei WuXian terlonjak berdiri, "Ada apa?"
Jiang Cheng, "Di mana shidi termuda?
Kenapa dia tidak ada?
"Memang benar.
Shidi termuda mereka sudah pergi mendahului semua orang tadi, tapi sekarang dia tidak ada di mana-mana.
Seorang bocah terengah-engah, "Shidi kita dibawa pergi!"
"Dibawa pergi?!
"Wei WuXian turut mengambil busur panahnya. Dengan senjata di genggaman, dia bertanya, "Siapa yang membawanya pergi?
Kenapa bisa dibawa pergi?!
"Bocah itu menjawab, "Kami tidak tahu!
Kami tidak tahu kenapa!
"Jiang Cheng juga gelisah, "Apa maksudmu tidak tahu?"
Wei WuXian, "Jangan gelisah.
Ceritakan pada kami dengan jelas.
"Bocah itu, "Saat, saat kami akan mengambil layang-layangnya, layang-layang itu jatuh di sebelah sana, jauh sekali.
Begitu kami tiba di sana, kami melihat ada puluhan orang, semuanya dari Sekte Wen dan mengenakan seragam dari sekte itu. Ada murid dan pelayan. Yang memimpin mereka adalah wanita muda. Dia memegang layang-layang yang tertancap panah. Saat melihat kami, dia bertanya siapa pemilik layang-layang itu.
"Bocah lain meneruskan, "Layang-layang itu milik shidi termuda kita, jadi dia bilang itu miliknya. Kemudian wanita itu tiba-tiba marah dan berteriak 'berani-beraninya kau', lalu dia menyuruh anak buahnya untuk membawanya pergi!
"Wei WuXian, "Begitu saja?"
Para pemuda itu mengangguk, "Kami bertanya padanya kenapa mereka membawa shidi termuda pergi, dan wanita itu terus bilang bahwa dia sudah melakukan pengkhianatan dan punya niat tersembunyi. Jadi dia memerintah anak buahnya untuk menahannya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa jadi kami berlari ke sini.
"Jiang Cheng mengumpat, "Mereka bahkan tidak punya alasan untuk membawanya pergi! Apa-apaan yang ingin dilakukan Sekte Wen?!"
"Iya! Sama sekali tidak beralasan!"
Wei WuXian, "Jangan ada yang bicara.
Orang-orang Sekte Wen bisa mengetuk pintu rumah kita kapan saja. Jangan biarkan mereka mendengar pembicaraan kita yang bisa dijadikan ancaman. Aku mau tanya, wanita itu, apa dia tidak membawa pedang?
Apa dia terlihat agak cantik, dengan tahilalat di atas bibirnya?"
Shidi itu, "Iya! Benar dia!
"Jiang Cheng berujar penuh benci, "Wang LingJiao! Dasar...
"Mendadak suara dingin seorang wanita terdengar, "Kenapa berisik sekali?
Tidak bisakah aku melalui satu hari saja dengan tenang dan damai?!
"Nyonya Yu melenggang dengan jubah violetnya yang mengombak.
JinZhu dan YinZhu masih berarmor, mengikutinya dari belakang, satu di sisi kiri dan satunya lagi di sebelah kanan. Jiang Cheng memanggil, "Ibu, orang-orang Sekte Wen ada di sini.
Shidi termuda kami dibawa pergi!
"Nyonya Yu, "Kalian semua berteriak begitu keras sampai aku bisa dengar semuanya dari dalam. Lalu kenapa?
Dia dibawa pergi, bukan dibunuh, tapi kau sudah gempar begini. Apa seperti itu sikap seorang pemimpin sekte masa depan?
Tenanglah!
"Usai bicara, Nyonya Yu beralih ke gerbang di depan lapangan latihan.
Sekitar selusin kultivator Sekte Wen—semua mengenakan jubah bermotif matahari—memasuki gerbang satu persatu. Di belakang mereka ada seorang wanita dengan pakaian mencolok berjalan masuk dengan langkah yang tak tergesa-gesa.Perawakan wanita itu anggun. Wajahnya juga memikat.
Dengan mata mempesona, bibir merah membara, dan tahilalat di atas bibirnya, dia terlihat sangat cantik.
Namun bertumpuk-tumpuk cincin yang tersemat di jarinya membuatnya terkesan ingin membungkus diri dengan semua perhiasan dan hasrat dari pasangannya; benar-benar memudarkan pesonanya sendiri.
Dia adalah Wang LingJiao yang pernah dipukul kasar oleh Wei WuXian saat di Qishan sampai muntah darah.
Wang LingJiao tersenyum, "Nyonya Yu, aku di sini lagi."
Nyonya Yu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi, seolah merasa kalau mengatakan sesuatu padanya bisa mengotori mulutnya sendiri. Wang LingJiao berjalan menuruni tangga di gerbang utama.
Baru Nyonya Yu berbicara, "Kenapa kau membawa pergi murid dari Sekte YunmengJiang?
"Wang LingJiao, "Membawa pergi?
Maksudmu yang tadi di luar itu?
Ceritanya panjang.
Bagaimana kalau kita membicarakannya dengan santai setelah duduk di dalam?
"Seorang pelayan, tanpa memberitahu maksud kedatangan atau permintaan apa pun, melangkah melalui gerbang sekte lain dan menuntut masuk tanpa ragu dan 'membicarakannya' setelah duduk di dalam.
Wajah Nyonya Yu kian mendingin.
Jari tangan kanannya yang tersemat cincin Zidian berkedut beberapa kali.
Di balik tangannya, urat nadi sedikit menonjol dari kulitnya yang putih.
Dia bertanya, "Membicarakannya setelah kita duduk di dalam?
"Wang LingJiao, "Tentu saja. Sebelumnya aku tidak punya waktu untuk duduk di dalam saat menyampaikan perintah itu, kan. Tolong.
"Mendengar kata 'perintah', Jiang Cheng pun mendengus dingin. Ekspresi JinZhu dan YinZhu juga tampak marah. Meski demikian, Wang LingJiao adalah orang penting dari pihak Wen Chao. Mereka tidak bisa menyinggungnya begitu saja.
Sehingga, meski wajah Nyonya Yu dilingkupi ejekan dan suaranya sarat akan sarkasme, dia masih menjawab, "Tentu, bagaimana kalau kau masuk?
"Wang LingJiao tersenyum padanya.
Dia benar-benar berjalan masuk.
Namun, kendati berkata ingin duduk, dia tidak langsung duduk. Malahan dia berjalan-jalan mengelilingi Lianhua Wu dengan penasaran dan berkomentar macam-macam.
"Lianhua Wu cukup bagus. Sangat besar. Hanya saja rumahrumahnya terlalu tua."
"Semua kayunya hitam.
Warnanya jelek sekali. Tidak begitu cerah."
"Nyonya Yu, kau memang bukan nyonya yang baik. Kau tidak tahu cara mendekorasi tempat ini sedikit saja?
Lain kali, gantung lebih banyak tirai merah. Pasti akan lebih cantik.
"Sembari berjalan melewati setapak, dia menunjuk-nunjuk sekitar seolah taman itu miliknya sendiri. Alis Nyonya Yu sudah sangat berkedut sampai Wei WuXian dan Jiang Cheng mengira dia bisa membunuh orang sewaktu-waktu.
Usai berkeliling, Wang LingJiao akhirnya tiba di aula utama.
Dia beralih duduk di meja paling depan tanpa diundang, menunggu sebentar.
Melihat tidak ada yang hendak melayaninya, dia pun menggebrak meja sambil mengernyit dan menuntut, "Di mana tehnya?"
Meski terbalut segala hal yang gemerlap, kelakuannya sama sekali tidak punya sopan santun. Dia bertingkah seperti pelawak. Semua pelayan yang menempuh perjalanan dengannya sudah terbiasa melihatnya bertingkah seperti itu. Nyonya Yu duduk di tempat yang lebih rendah. Ujung lebar dari jubah dan lengannya mengombak, membuat sosoknya terlihat lebih ramping dan posturnya lebih anggun.
JinZhu dan YinZhu berdiri di belakangnya, sama-sama menunjukkan seringaian kecil di wajah mereka.
YinZhu menjawab, "Tidak ada teh.
Ambil sendiri kalau mau.
"Wang LingJiao membelalakkan mata, terkejut, "Apa pelayan Sekte Jiang tidak pernah melakukan apa-apa?
"JinZhu, "Pelayan Sekte Jiang punya hal lain yang lebih penting untuk dilakukan.
Tidak ada yang perlu menuangkan teh untuk orang lain.
Mereka tidak cacat.
"Wang LingJiao mengamati mereka, "Kalian siapa?
"Nyonya Yu, "Pelayan pribadiku.
"Wang LingJiao berujar penuh hinaan, "Nyonya Yu, Sekte Jiang-mu ini benar-benar kelewatan.
Bukan begini seharusnya. Bahkan pelayan biasa berani menginterupsi pembicaraan di aula utama. Pelayan seperti mereka pasti akan langsung ditampar kalau di Sekte Wen.
"Wei WuXian, kau bicara begitu, tapi kau sendiri juga pelayan, bukan?
Nyonya Yu menjawab tanpa ragu, "JinZhu dan YinZhu bukanlah pelayan biasa
. Mereka sudah bersamaku sejak aku masih muda. Mereka tidak pernah melayani siapa pun selain aku, dan tidak ada yang bisa menampar mereka. Tidak akan bisa dan tidak akan berani.
"Wang LingJiao, "Nyonya Yu, apa maksudmu?
Di sekte terkemuka, harus ada perbedaan jelas antara atasan dan bawahan supaya tidak ada kekacauan.
Pelayan semestinya tetap jadi pelayan.
"Nyonya Yu sepertinya mengerti betul maksud kalimat terakhir itu. Sambil melirik Wei WuXian, dia sependapat dan menjawab angkuh, "Itu benar.
"Sejurus kemudian dia bertanya, "Sebenarnya kenapa kau membawa pergi murid dari Sekte YunmengJiang-ku?"
Wang LingJiao, "Nyonya Yu, sebaiknya kau membuat garis yang jelas antara dirimu dengan bocah kurang ajar itu.
Dia punya niat tersembunyi, tapi dia sudah tepergok dan dipindahkan entah ke mana supaya diurusi.
"Nyonya Yu mengangkat alisnya, "Niat tersembunyi?
"Jiang Cheng menyela, "Niat tersembunyi macam apa yang dimiliki shidi termuda kami?
"Wang LingJiao, "Aku punya buktinya.
Bawa kemari!"
Salah satu murid Sekte Wen menyerahkan sebuah layang-layang.
Wang LingJiao mengguncang benda itu, "Ini buktinya.
"Wei WuXian tertawa, "Layang-layang itu hanyalah monster bermata satu biasa.
Bukti macam apa ini?
"Wang LingJiao menyeringai, "Kaupikir aku buta? Amati dengan benar.
"Kuku jari telunjuknya yang dicat semerah bunga pala mulai menunjuk ke sana-sini, menganalisis dengan pongah, "Apa warna layang-layang ini? Keemasan.
Apa bentuk monster bermata satu?
Bulat.
"Nyonya Yu, "Jadi?"
Wang LingJiao, "Jadi?Nyonya Yu, kau masih belum menyadarinya?
Keemasan dan bulat—terlihat seperti apa?
... Matahari!
"Di hadapan semua orang yang terbengong, dia terus melanjutkan dengan penuh kemenangan, "Dari begitu banyak desain yang ada, kenapa dia membuatnya seperti monster bermata satu? Kenapa dicat warna keemasan?
Memangnya dia tidak bisa membuat bentuk lain? Warna lain?
Apa kalian akna bilang ini hanya kebetulan?
Tentu saja tidak.
Dia pasti sengaja melakukannya. Memanah layang-layang seperti ini berarti 'memanah matahari'!
Dia ingin memanah matahari!
Itu penghinaan besar terhadap Sekte Wen. Bukankah itu namanya niatan terselubung?
"Melihat bagaimana wanita itu mengarang-ngarang teori terlalu jauh dan begitu bangga akan dirinya sendiri, Jiang Cheng akhirnya tak sanggup lagi, "Walaupun warnanya keemasan dan bulat, tapi jelas itu berbeda dari matahari.
Mirip bagaimana?
Sama sekali tidak!
"Wei WuXian, "Jadi dari penjelasanmu itu, berarti kau juga tidak boleh makan jeruk keprok. Bukankah jeruk keprok juga keemasan dan bulat? Tapi aku sudah sering melihatmu memakannya, kan?"
Wang LingJiao melotot padanya.
Nyonya Yu berujar dingin, "Jadi, kau datang kemari hari ini karena layang-layang itu?"
Wang LingJiao, "Tentu saja tidak.
Hari ini, aku mewakili Sekte Wen dan Wen Gongzi untuk menghukum seseorang.
"Wei WuXian merasakan jantungnya berdegup kencang.
Dugaannya benar.
Sesaat kemudian, Wang LingJiao menunjuk kearahnya, "Di Gunung Muxi, bocah kurang ajar itu sudah berkata tidak sopan saat Wen Gongzi bertarung melawan Xuanwu Pembantai.
Dia membuat banyak keributan dan membuat Wen Gongzi kelelahan dan hampir kalah melawan makhluk buas itu—bahkan sampai kehilangan pedangnya!"
Mendengar bagaimana wanita itu membalik hitam menjadi putih* dan mengarang-ngarang cerita, Jiang Cheng begitu marah sampai mulai tertawa. Wei WuXian mengingat Jiang FengMian yang pergi dan membatin, Mereka sengaja memilih datang di saat-saat begini.
Atau, mereka sengaja memancing Paman Jiang supaya keluar dari sini!

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang